Erny Susanti atau yang lebih dikenal dengan sapaan akrab Berni mencantumkan pernyataan mengenai 'salah urus' pada subjudul bukunya 'MENWA Terabaikan Di Simpang Zaman, Tetap Lurus Walau Salah Urus' (Sakera Arpas Media, 2021, 150 hal).
Tak bisa dipungkiri, sebagaimana diakui oleh penulisnya sendiri saat berbicara di ajang peluncuran buku tersebut beberapa waktu lalu (29/10) di HS Santika Palu, buku itu memang terkesan sangat emosional.
Pada percakapan terpisah, eks Komandan Menwa Batalyon XI 'Cobra' Universitas Moestopo Beragama Jakarta (periode 1996-1998 ) menuturkan bahwa seusai menjalani rangkaian agenda kejuaraaan tenis di mancanegara yang harus tersela pembatasan pandemik dan pulang ke Tanah Air, dia mendapati bahwa institusi Menwa yang dicintainya ternyata dalam kondisi 'hidup segan, mati tak mau'.
Berni pun membawa kegundahan hatinya pada para pengurus Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) DKI Jakarta dan melakukan penelusuran menggali fakta lapangan tentang penyebab meredupnya Menwa saat ini. Lalu terungkap bahwa salah satu penyebab meredupnya institusi bela negara itu adalah organisasi yang mengklaim diri sebagai wadah nasional berbagai satuan Menwa organik di seluruh perguruan tinggi ternyata tidak menjalankan fungsinya dengan baik.Â
Bahkan Berni dan tim menemukan indikasi bahwa para pengurusnya cenderung lebih mengutamakan agenda-agenda kepentingan pribadi maupun politis ketimbang menjalankan kewajiban untuk menaungi secara proporsional para anggota satuan-satuan Menwa di seluruh pelosok Indonesia. Itulah sebabnya dia berani menulis bahwa Menwa sekarang berada dalam kondisi 'salah urus'.
Buku 'MENWA Terabaikan Di Simpang Zaman  ...' yang ditulis Berni dengan editor Maria Dominiq ini selain memaparkan opini pribadi seputar keprihatinannya terkait kondisi Menwa skala nasional saat ini, juga menyuarakan optimisme bahwa Menwa merupakan salah satu elemen penting Komponen Cadangan pada Sistem Pertahanan Rakyat Semesta yang sangat berharga untuk dipertahankan keberadaannya dalam menjaga keutuhan  Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Argumen Berni tersebut didasarkan pada fakta bahwa setiap anggota Menwa adalah bagian dari Civitas Academica yang memiliki kapasitas kecerdasan intelektual relatif di atas rata-rata dan  memenuhi kualifikasi kemiliteran dasar berkat pendidikan-latihan dasar kemiliteran yang telah diikutinya. Bila negara membutuhkan kekuatan tambahan untuk berperang, maka para anggota maupun alumni Menwa merupakan komponen siap-pakai yang bisa diterjunkan segera.
Buku 'MENWA Terabaikan Di Simpang Zaman  ... ' ini merupakan buku ketiga tentang Menwa yang dipublikasikan secara luas. Dua buku sebelumnya adalah 'Patriotisme & Dinamika Resimen Kampus' (Wahyuni Susilowati, Nuansa Cendekia, 2012) dan 'Mengenal (Kembali) Resimen Mahasiswa' (Massaputro Delly TP, AG Publisher, 2019).
Secara khusus Berni menjelaskan bahwa hasil penjualan bukunya akan dialokasikan untuk beasiswa para anggota Menwa, terutama di provinsi-provinsi yang menjadi tujuan kunjungan kerjanya bersama tim Arjuna Pasopati (Arpas).
Â