Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Meniupkan Ruh Orkestra pada Waditra Wangsa Syailendra

11 Mei 2021   18:27 Diperbarui: 11 Mei 2021   18:36 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sound of Borobudur adalah harapan untuk mengglobalkan keagungan nilai warisan leluhur (dok.ANTARA Foto, Sound of Borobudur/ed.WS)

Candi Borobudur yang, menurut sejarawan Belanda JG de Casparis dalam disertasi doktor pada tahun 1950,  pembangunannya diprakarsai oleh penguasa kerajaan Mataram yang bernama Raja Samarattungga dan diselesaikan oleh putrinya Ratu Pramudawardhani itu memang tak kunjung habis mengalirkan inspirasi.

Kedua penguasa dari Wangsa Syailendra itu pastinya takkan menduga kalau pesona adikarya arsitektural mereka yang, sebagaimana disampaikan UNESCO di situs resmi mereka whc.unesco.org, diperkirakan dibangun pada abad 8 dan 9 tersebut ternyata masih mampu menggugah para pemerhatinya untuk membuat terobosan-terobosan di bidang yang mereka geluti.

Kali ini, sebagaimana dirilis soundofborobudur.org, giliran relief alat-alat musik gamelan (waditra) di tubuh candi yang sukses membuat para musisi kawakan Indonesia seperti Trie Utami yang dikenal sebagai vokalis band legendaris genre musik jazz 'Krakatau' dan Dewa Budjana yang merupakan gitaris grup band terkenal 'GIGI' beserta teman-teman mereka tergerak untuk berupaya menghadirkan kembali instrumen-instrumen musik abad 8 yang sudah punah itu dalam khazanah musik negeri ini.

Tim yang didukung penuh oleh musikus-komponis-pencipta lagu senior Purwa Caraka selaku produser eksekutif ini bekerja tidak setengah-tengah dalam proyek seni idealis yang dinamai Sound of Borobudur (SOB) itu. Mereka sudah berhasil merekacipta seperangkat dawai dan alat gerabah yang sebelumnya hanya bisa dilihat pada relief candi hingga bisa dimainkan kembali.

Produk-produk rekacipta itu mereka kolaborasikan dengan berbagai alat musik tradisional dari 34 provinsi di Indonesia yang sengaja mereka kumpulkan. Para musisi tersebut juga bekerjasama membuat komposisi, aransemen, dan berupaya memainkan kembali instrumen relief itu dalam interpretasi kekinian. Belasan komposisi sudah berhasil direkam lengkap dengan gambar-gambar pendukung. Reliefnya sudah mewujud menjadi alat musik nyata. Namun SOB baru menapaki anak tangga pertama, masih entah ada berapa pijakan lagi yang masih harus didaki Trie dan kawan-kawan untuk merealisasikan impian agung : Borobudur pusat musik dunia.

Sejak dirintis lima tahun silam, SOB telah mengalami banyak kemajuan sebagaimana yang dikatakan Trie Utami,"... dulu (instrumen hasil rekacipta masih berkulitas) seadanya yang penting bunyi. (SOB) nggak cuman gagasan, (itu sebuah) wacana besar, terus (butuh) kerja besar, (selama)5 tahun bolak-balik (mengunjungi Candi Borobudur untuk riset dan) sekarang ya sudah (berhasil direkacipta) 200 alat sesuai relief" (hot.detik.com,8 April 2021). 

Dewa Budjana, sebagaimana dirilis wartamagelang.com, seusai pementasan musik SOB (8/4) di Omah Mbudur (Kompleks Candi Borobudur, Magelang) memaparkan bahwa ada ratusan jenis alat musik di relief candi fenomenal itu dan tidak semuanya berasal dari Jawa Tengah. Ada yang berasal dari Kalimantan, bahkan Thailand dan India.

Hal itu memunculkan dugaan bahwa "... Borobudur (pernah) merupakan pusat seni dunia. Atau kalau tidak, disini merupakan pusat berkumpulnya seniman-seniman dari seluruh dunia dengan alat-alat musik yang berbeda. Mungkin zaman dulu di sini pernah ada konser besar seluruh dunia,"paparnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam kesempatan yang sama mengungkapkan apresiasinya,"... Ada beberapa orang nekat, kang Purwa, mbak Iik, mas Dewa mengeksplor Candi Borobudur dan menemukan alat-alat musik di relief-relief itu. Mereka kemudian berusaha membuat replikanya, menemukan bunyinya dan sekarang jadi komposisi yang luar biasa. Mungkin hipotesisnya benar, bahwa Borobudur adalah pusat musik dunia. Kita ingin mewujudkan itu." Ungkapnya seperti dirilis m.suarakarya.id.

Konsistensi dan persistensi mereka layak diacungi jempol. Rekacipta alat-alat musik dari relief Candi Borobudur, membunyikannya kembali dengan interpretasi jaman sekarang dalam komposisi-komposisi terbaik, dan memainkannya bersama dalam sebuah orkestra. Itulah hakekat Wonderful Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun