"Bagi orang Korea, makan adalah kegiatan yang sangat bersifat sosial dan komunal, itulah sebabnya bahkan kata 'keluarga' dalam bahasa Korea memiliki arti 'mereka yang makan bersama'." Tutur Park yang percaya bahwa aspek interaktif dari siaran mukbang merupakan bagian yang sangat menarik bagi para pemilik hati yang kesepian tersebut.
Jawaban serupa nampaknya juga cocok dialamatkan pada para pecinta mukbang di luar Korea. Hasil penelitian tim periset Kagan Kircaburun, Andrew Harris, Filipa Calado, dan Mark D. Griffiths yang diterbitkan dalam jurnal International Journal of Mental Health and Addiction edisi 6 Januari 2020 menegaskan hal tersebut.
Mereka menyatakan bahwa menonton mukbang tampaknya memiliki konsekuensi yang menguntungkan (seperti berkurangnya kesepian dan rasa keterasingan, sarana untuk membangun komunitas sosial virtual) sekaligus konsekuensi yang merugikan (misalnya mengubah preferensi makanan, kebiasaan makan dan tata krama di meja makan, menggiring pada pola makan yang tidak teratur, berpotensi memicu kelebihan berat badan, dan 'kecanduan').