Anak-anak dengan ortu arogan cenderung melihat teman sebagai beban, bukan mitra dalam hubungan yang saling menguntungkan.
"Orang-orang yang memiliki hubungan yang sulit dengan ortu mereka cenderung mengembangkan harapan (yang tidak realistis) tentang seperti apa hubungan itu harus berjalan." Kata Loeb, "Jika anak tidak melakukan apa yang diinginkan, ortu dominan cenderung merasa bersalah dan menahan (ungkapan) kasih sayang. Kita dapat membayangkan bahwa saat anak-anak ini tumbuh dewasa dengan mengharapkan pola serupa dalam hubungan dengan teman-teman atau pasangan romantis."
Akibatnya anak-anak dari ortu arogan-dominan lebih suka memilih untuk tidak mengambil risiko dengan meminta dukungan karena hal itu berisiko direspon dengan penolakan dan merenggangnya hubungan.
Penelitian ini menerima hibah dari National Institute of Health untuk dilanjutkan selama 10 tahun dan Loeb berpikir tentang menambahkan golongan darah peserta serta tanda-tanda penuaan dalam parameter penelitian.
"Anak-anak dengan ortu yang terlalu pengatur akan cenderung berjuang keras untuk menemukan kemandirian dan membuat keputusan otonom di kemudian hari."Kata Loeb, "... jadi saya pikir ini adalah bukti bahwa sangat penting bagi remaja untuk diperbolehkan membuat pilihan-pilihan mereka sendiri."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H