Awali dengan mengajak anak saat anda menitipkan zakat pada para amilin (RT/RW/pengurus masjid) atau mustahik (penerima zakat) lainnya, biarkan dia melihat dan mendengar langsung proses yang terjadi. Hal tersebut akan terukir lama dalam memorinya.
Sepulang dari sana bahaslah dengan kalimat-kalimat sederhana sesuai dengan kemampuan pemahamannya. Sampaikan bahwa membayar zakat adalah perintah dari Rabb yang menciptakan dan memelihara dirinya agar keselamatan lahir-batinnya terjamin. Bila anak sudah mulai belajar di taman bermain/taman kanak-kanak/sekolah dasar, maka selanjutnya dorong dia untuk mebayar zakat fitrahnya secara mandiri. Caranya ?
Siapkan kaleng untuk anak menyisihkan uang jajan sampai mencapai besaran zakat fitrah yang berlaku. Atau tawarkan beberapa pekerjaan simpel dari mulai membersihkan kaca atau mengetik sesuatu yang bernilai edukasi dengan gawainya dengan honor bervariasi yang bila digabung mencukupi besaran zakat fitrah.
'Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal (konsisten) lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan' (QS al-Kahfi (18) :46).
Menggembleng anak mandiri membayar zakat fitrah itu upaya menjadikannya saleh (anak saleh itu menentramkan hati dan doanya adalah aset bagi kenyamanan kehidupan akhirat orangtuanya) sekaligus merupakan amalan saleh juga bagi orangtua. Be creative.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H