Kaum perempuan korban penculikan memang sering dilupakan, tidak seperti lebih dari 100 anak sekolah yang diculik dari desa Chibok dan masih hilang selama hampir enam tahun yang membangkitkan kewaspadaan global sehingga mendapat respon internasionalÂ
Sebagian besar perempuan yang berhasil meloloskan diri dari Boko Haram merahasiakan penculikan mereka karena, meski mereka ditahan di luar kehendak sendiri dan telah berupaya melawan, namun cap sebagai simpatisan teroris akan terus melekat sepanjang sisa hidup mereka. Para kerabat bahkan tak segan mengatakan bahwa nasib mereka akan lebih baik kalau terbunuh saat menjadi tahanan teroris..
Namun ada juga para perempuan yang berhasil menyelamatkan diri dan memutuskan untuk membagi pengalaman mereka seperti yang dilakukan Balaraba.
Belakangan ini jumlah pemboman bunuh diri telah menurun ketika Boko Haram dan faksi-faksinya memutuskan untuk fokus pada target pasukan militer, namun bukan berati terhenti sama sekali.
Pada bulan Januari lalu di Chad seorang wanita pembom membunuh sembilan orang, dan di Maidugur dua lainnya meledakkan sebuah pasar yang menewaskan dua orang.
Secara keseluruhan, menurut perkiraan oleh Elizabeth Pearson seorang dosen di Cyber Threats Research Center dan di Swansea University di Wales yang mengkaji ulang tahun media dan laporan PBB, ada lebih dari 540 perempuan lintas usia telah dikerahkan atau ditangkap sebagai pembom sejak Juni 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H