Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Rabu (11/2) melontarkan tuduhan keras bahwa penganiayaan migran Suriah oleh otoritas Yunani di perbatasannya sebanding dengan "apa yang dilakukan Nazi," di masa lalu seraya mengatakan ia akan mengecam tindakan Yunani di platform internasional (Associated Press, 11 Maret 2020).
Ribuan migran berkumpul di perbatasan Turki dengan Yunani, setelah pemerintah Turki mengatakan bulan lalu bahwa mereka tidak akan lagi menampung para pengungsi di negaranya. Pihak berwenang Athena berupaya menghalau para pengungsi yang mencoba menyeberang ke wilayahnya dengan mengerahkan polisi anti huruhara.
Beberapa bentrokan terjadi antara para migran dengan polisi Yunani yang dalam menjalankan tugasnya dipersenjatai dengan gas air mata, granat cahaya, dan meriam air. Yunani menuduh pasukan keamanan Turki telah menembakkan gas air mata pada para polisinya dari sisi lain perbatasan.
Erdogan mengatakan tindakan Yunani telah mengakibatkan kematian empat migran dan sekitar 1.000 orang terluka, tentu saja Yunani membantah tuduhan melakukan penganiayaan.
"Tidak ada perbedaan dengan apa yang dilakukan oleh Nazi dengan gambar-gambar (represi migran) dari perbatasan dengan Yunani."Papar Erdogan sebagaimana dilansir oleh Associated Press, "Menembak, melontar gas air mata, dan menyiramkan air mendidih pada orang-orang tak berdosa yang satu-satunya tujuannya adalah untuk menyelamatkan hidup mereka dan membangun masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka adalah kebiadaban dalam arti sesungguhnya ... "
Erdogan, dalam pidato mingguannya di hadapan legislator partai yang berkuasa, juga mengatakan tidak akan ada perubahan pada kebijakan pemerintahnya yang mengizinkan migran menyeberang ke Eropa sampai Uni Eropa memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam kesepakatan Turki-UE 2016 untuk membantu membendung krisis migran.
Di bawah perjanjian 2016, Uni Eropa (UE) menawarkan bantuan kepada Turki senilai 6 miliar euro (USD 6,7 miliar) untuk menampung para pengungsi Suriah , mendapat fasilitas jalur cepat keanggotaan UE, serta revisi perjanjian Serikat Pabean (Customs Union) yang menyangkut pembebasan penuh/sebagian bea masuk perdagangan antar negara.
"Kami akan melanjutkan tindakan (perbatasan terbuka) saat ini di perbatasan kami sampai semua harapan kami terpenuhi secara konkret." Tandas Erdogan.
Pernyataan Erdogan dikemukakannya beberapa hari setelah ia melakukan perjalanan ke Brussels untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat tinggi UE Â dengan hasil berupa kesepakatant bahwa tim yang dipimpin oleh kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borell dan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu akan meninjau kembali kesepakatan migrasi 4 tahun silam itu.
Cavusoglu mengatakan Selasa (10/2) bahwa kedua tim akan mencoba dan membuat 'pemetaan masalah' pada waktunya untuk dibahas di KTT Uni Eropa 26 Maret 2020 mendatang..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H