Sekarang ini secara de facto perang Amerikadan Taliban  di Afghanistan, setidaknya secara teoritis, telah berakhir dengan ditandatanganinya kesepakatan pada Sabtu (29/2) lalu di Doha Qatar (The Washington Post, 2 Maret 2020).
Salah satu butir kesepakatan menyebutkan bahwa paska penandatanganan kesepakatan AS harus mulai menarik pasukan mereka dari negara tersebut, meski mungkin belum akan secara langsung menghentikan pertempuran namun setidaknya akan mengantarkan babak baru dalam perang yang telah berlangsung selama 18 tahun. itu.
Rencananya AS harus menarik seluruh pasukan yang kini berjumlah sekitar 12.000 tentara keluar dari Afghanistan dalam waktu 14 bulan. Belum jelas benar apakah jadwal tersebut akan dipatuhi, mengingat dalam kurang dari 24 jam setelah kesepakatan disahkan pemerintah Afghanistan sulit untuk memutuskan akan membebaskan atau tidak para tahanan Taliban di penjara mereka untuk meredam ketegangan.
Kesepakatan itu juga mengatur penarikan mundur satuan intelijen Amerika. Pemerintah AS telah memerintahkan untuk mengoperasikan tujuh pangkalan,menurut pejabat Departemen Pertahanan., yang berada di Provinsi Herat, Mazar-a-Sharif, Bagram, Jalalabad, Kabul (baik bandara dan basis utama di sebelah Kedutaan) dan lapangan terbang Kandahar di Selatan.Â
Belum ada kejelasan bagaimana militer AS akan memperlakukan beberapa pos lain, khususnya yang digunakan oleh CIA, seperti Camp Chapman di bagian timur Afghanistan.
Trump nampaknya masih berhitung untung-rugi seputar penggantian para pelatih elit militer AS dari Delta Force atau SEAL Team 6 yang dipimpin langsung oleh CIA.Â
Bagaimanapun dia masih enggan melepas sepenuhnya Afghanistan dan dengan keberadaan tim khusus itu, ada peluang untuk mendatangkan lebih banyak pasukan paramiliter yang akan melatih pasukan-pasukan Afghan dan memanggil lebih banyak agen untuk membangun kerjasama dengan kelompok milisilainnya di Afghanistan. Sebisa mungkin dominasi Taliban ditekan serendah mungkin.
Salah satu rencana yang disiapkan adalah menyisakan 2.000 anggota pasukan untuk melakukan misi kontraterorisme. Selain itu, menurut James G. Stavridis yang seorang pensiunan Laksamana ASdan mantan komandan NATO, jika AS ingin melanjutkan pelatihan pasukan Afghanistan dibutuhkan minimal 5.000 anggota pasukan.
Namun sebenarnya ada yang jauh lebih penting ketimbang pasukan, yaitu kesediaan masyarakat internasional untuk terus membiayai pemerintah Afghanistan setelah kesepakatan perdamaian.
Sementara bagi CIA, pertanyaan terpenting adalah masa depan hubungannya dengan jaringan milisi, yang beroperasi di bawah pengawasan yang longgar dari badan intelijen Afghanistan. Kelompok milisi yang terpecah-belah di negara itu dituduh telah melakukan kekerasan sembrono yang menyebabkan korban sipil dan dikritik oleh kelompok HAM.
Struktur pemerintahan yang akan terbentuk paska pembicaraan Taliban dan Presiden Ashraf Ghani akan jadi penentu masa depan hubungan antara CIA dan mitra milisi. Taliban, sebagai syarat kesepakatan damai, bisa saja membongkar atau mengambil alih badan intelijen Afghanistan dan menghentikan operasi CIA.Â