Senin (24/2) lalu harga minyak dunia merosot hampir 4% akibat cepatnya penyebaran coronavirus di negara-negara luar China dan keprihatinan investor atas efek negatif yang ditimbulkan wabah tersebut pada permintaan minyak mentah (Reuters, 25 Februari 2020). Hal itu berpengaruh pada kerugian ekuitas global paska terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Iran, Italia dan Korea Selatan.
Coronavirus telah menginfeksi hampir 77.000 orang dan menewaskan lebih dari 2.500 di China, Daegu yang merupakan kota terbesar keempat di Korea Selatan semakin terisolasi karena peningkatan jumlah korban terinfeksi, dan Italia melaporkan ada 7 kematian serta 220 kasus infeksi. Â
Kuwait, Bahrain, Oman dan Irak pada Senin lalu untuk pertama kalinya mencatat kasus coronavirus di wilayah mereka, yang semua penderitanya adalah mereka yang pernah berada di Iran, terdiri atas 12 orang meninggal dan 61 terinfeksi. Akibatnya Iran mendapat pembatasan ketat imigrasi dari Afghanistan, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Turki.
Chief Executive Amin Nasser dari perusahaan minyak Saudi Aramco menuturkan pada Reuters bahwa dia berharap dampak coronavirus pada penurunan permintaan minyak mentah akan berlangsung singkat dan peningkatan konsumsi akan terjadi pada semester kedua tahun ini.Â
Sementara bank multinasional Amerika Goldman Sachs mencemaskan harga-harga komoditas akan mengalami penurunan tajam sebelum kembali ke posisi harga normal (rebound) setelah China berupaya melakukan kebijakan stimulus ekonomi.
"Janji stimulus telah membuat pasar komoditas berlaku seperti pasar ekuitas, membangun risiko dengan koreksi yang tajam, "Demikian pernyataan manajemen bank tersebut yang tertulis dalam sebuah catatan.
China mengkonsumsi 13 dari setiap 100 barel minyak yang diproduksi dunia tapi hanya dua bulan setelah wabah coronavirus, permintaan minyak negara itu menurun tajam akibat berkurangnya perjalanan udara, transportasi darat, dan usaha manufaktur. Bloomberg telah melaporkan bahwa permintaan minyak Cina telah turun sekitar 3 juta barel per hari, atau setara 20% dari total konsumsi.
Sementara produsen minyak seperti Irak dan Arab Saudi mengalami penurunan profit sampai10%,maka perusahan minyak di Amerika harus rela profit mereka terpotong sampai 60% karena harga titik impas yang jauh lebih tinggi untuk rata-rata sumur minyak yang dibor, yaitu sekitar USD 45 per barel.Â
Sebagian besar minyak mentah yang diimpor China berasal dari Rusia, Afrika, Iran, dan negara-negara Teluk Persia lainnya sehingga wajar saja kalau kawasan tersebut paling dirugikan karenanya (oilprice.com, 24 Februari 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H