Coronavirus yang menyebar dari kota Wuhan (China) dilaporkan telah menginfeksi hampir 3000 orang dan menewaskan sedikitnya 80 orang sehingga mendorong pemerintah Beijing untuk memperpanjang masa libur Imlek ternyata telah mendongkrak harga emas di pasaran.
Harga emas pada hari Senin(27/1) bergerak menuju ke kisaran tertinggi sepanjang lebih dari enam tahun terakhir karena lonjakan kekhawatiran akan munculnya dampak negatif di sektor ekonomi akibat wabah coronavirus yag berlangsung cepat sehingga membuat para pelaku bisnis kehilangan selera untuk berburu saham dan lebih tertarik untuk membeli aset yang lebih tidak beresiko untuk menjaga stabilitas keuangan mereka (MarketWatch, 27 januari 2020).
'Langkah antisipasi penularan flu Wuhan telah memicu aksi jual saham di pasar ekuitas dan kemungkinan akan membuat permintaan akan emas melonjak tinggi hari ini...' Tulis trader independen Stephen Innes dalam sebuah catatan riset harian.
Harga emas bulan Februari 2019 di Comex naik USD 10,30 atau 0,7% menjadi USD 1,582,20 per ons, dan saai ini telah mencapai harga tertinggi transaksi harian (intraday) bursa efek senilai USD1,588,40 dengan menambahkan kenaikan mingguan sebesar 0,7% pada hari Jumat. Keuntungan transaksi emas batangan, menurut data FactSet, telah menempatkan logam mulia itu di level penutupan harga tertinggi sejak 2013.
Produk-produk saham mengalami tekanan pasar dengan T-notes berjangka 10 tahun yang menurun rasio keuntungannya dari 1,68% menjadi 1,62% pada Jumat (24/1) lalu, sebaliknya logam mulia dan obligasi jangka panjang justru mengalami kenaikan. Harga perak per Maret 2019 naik USD13 sen atau 0,7% menjadi USD18,25 per ons yang menempatkan komoditas tersebut pada daftar penutupan harga tertinggi dalam tempo sekitar tiga minggu.
Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H