Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kurangi Jam Kerja agar Hidup Lebih Sejahtera

7 Desember 2019   07:54 Diperbarui: 10 Desember 2019   13:39 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalani dan syukuri kehidupan secara proporsional (doc.PositivePsychology.com/ed.Wahyuni)

"Kita akan memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk mengembangkan kreatifitas yang membawa kita pada kehidupan yang lebih bermakna dan terarah." 

Negara-negara Eropa memiliki jam kerja yang secara signifikan lebih pendek daripada AS dan Inggris, namun tingkat produktifitasnya ternyata lebih tinggi. Contohnya Belanda dan Denmark lebih sukses secara ekonomi daripada AS atau Inggris plus mereka juga memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

Steve Taylor, dosen senior psikologi di Leeds Beckett University (Inggris) menekankan bahwa jam kerja yang lebih pendek atau kuantitas pekerjaan yang lebih sedikit tidak identik dengan kegagalan ekonomi, malah justru sebaliknya.

Jam kerja yang lebih lama, menurut Steve sebagaimana dilansir laman conversation.com, membuat orang lelah secara fisik maupun mental sehingga menurunkan produktifitasnya. 

Fakta menunjukkan bahwa terlalu banyak pekerjaan mengganggu kesehatan, menyebabkan kurang tidur, dan meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung serta diabetes tipe 2.

Sangat banyak manfaat psikologis yang bisa diperoleh dari jam kerja yang pendek. Berkurangnya stres dan kecemasan, bertambahnya waktu kebersamaan bersama keluarga dan orang-orang tercinta, dan ada lebih banyak energi untuk dicurahkan bagi mereka.

Juga memberi kita lebih banyak kesempatan untuk hidup secara autentik dengan mengikuti minat bawaan sendiri, sehingga kita menghabiskan lebih banyak waktu dalam keadaan positif yang oleh para psikolog disebut "mengalir" (ketika kita sangat terserap dalam kegiatan yang menyenangkan).

Kita akan memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk mengembangkan kreatifitas yang membawa kita pada kehidupan yang lebih bermakna dan terarah.

Jam kerja yang lebih singkat juga memungkinkan kita merasakan kegembiraan saat tidak melakukan apa-apa secara khusus. 

Steve yang memiliki minat khusus meneliti orang-orang yang menjalani transformasi kehidupan setelah masa-masa gejolak atau stres yang hebat atau pernah sangat dekat dengan kematian (secara umum Steve menyebutnya kondisi "transformasi pasca-trauma") dalam sejumlah penelitiannya menemukan beberapa fakta menarik.

Orang yang mengalami transformasi ini menyatakan bahwa mereka merasa lebih mensyukuri kehidupan, lebih terhubung dengan alam, memiliki hubungan yang lebih otentik, serta menjadi lebih kreatif dan spiritual.

Perubahan lain adalah mereka tidak lagi tertarik pada pekerjaan ( yang berorientasi pada target materi). Mereka senang menghabiskan waktu tanpa melakukan apa-apa secara khusus, hanya menikmati setiap momen yang hadir dan kehidupan yang dijalani.

Mungkin sudah waktunya kita perlu memikirkan kembali seluruh hubungan kita dengan ekonomi. Jelas bahwa populasi dunia tidak dapat terus memproduksi dan mengkonsumsi barang-barang material dengan level mengarah pada ketamakan seperti saat ini.

Efek pola kerja kita terhadap lingkungan sudah terlalu parah. Planet kita sudah mengalami tekanan sedemikian rupa sehingga dikuatirkan takkan bisa mentolerir lebih banyak lagi kerusakan. 

Sebuah laporan baru-baru ini oleh sekelompok pakar menyarankan bahwa jam kerja yang lebih singkat sangat direkomendasikan sebagai salah satu metode pencegah bencana yang ditimbulkan akibat perubahan iklim yang drastis.

Kehidupan modern memberikan tekanan perhatian pada aspek pekerjaan dalam kapasitas yang sangat tidak proporsional dan berbahaya bagi kesejahteraan kita sebagai manusia. Setiap individu merupakan obyek ekonomis yang nilai hidupnya ditentukan oleh seberapa bagus performa kerjanya di mata para penilai yang memiliki kondisi serupa.

Satu-satunya perbedaan adalah kesadaran bahwa kita memiliki kemerdekaan untuk berubah dan membuat hidup menjadi lebih berarti serta lebih terpenuhi. Lets be alive.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun