Meski sudah berulangkali menonton 'Curtain : Poirot's Last Case' (2013, ITV) tapi tetap saja ada yang membasah di sudut mata saat menyaksikan detektif kesayangan mendiang Agatha Christie itu demikian ringkih dan tua di kursi roda harus menghadapi penjahat psikopat yang tampil begitu manis terkesan empati pada kemalangan orang-orang di sekitarnya namun sangat ahli menciptakan berbagai pembunuhan tanpa mengotori tangannya sendiri.
Kolonel Hastings, sahabat sejati Hercule Poirot, pun nyaris termakan provokasi membunuh kalau detektif Belgia berkumis spektakular itu tidak turun tangan menyelamatkannya. Kasus terpecahkan dengan pengorbanan yang sangat luar biasa, melanggar prinsip yang sangat teguh digenggam menjelang ajal menjemputnya.
David Suchet, aktor kawakan kelahiran Paddington (Inggris) pada 2 Mei 1946, memang piawai mengubah dirinya jadi identik dengan Hercule Poirot melalui rangkaian serial tv produksi ITV yang ditayangkan selama periode 1989-2013 (Metro UK, 6 Februari 2019). Selama itu pula, bahkan sampai sekarang dalam format rekaman, dia telah menghadirkan penjelajahan misteri tertulis dalam novel-novel Agatha Christie menjadi petualangan visual yang menghipnotis para penontonnya di seluruh dunia tetap terpaku ke layar sampai akhir.
Saat ditanyakan apakah dia sengaja menampilkan Poirot untuk meraih popularitas, David sebagaimana dikutip dalam situs IMDb.com menjawab, "Tidak. Semua yang saya kerjakan diawali dengan membaca novel-novel Agatha Christie. Saya ingin menjadi Poirot yang akan membuatnya merasa bangga. Jadi saya mengalir saja dengan rancangan baju dan kumis yang besar itu. Saya mengalir ke dalam segala sesuatu yang telah dia tulis. Pakaian formal, hadiah kecil berupa vas-vas bunga, kumis yang sempurna."
Aktingnya yang nyaris sempurna sebagai Poirot ditunjang oleh rangkaian tokoh dengan karakter variatif yang telah diperankan David sebelum bertemu tim produksi ITV. Peran pertamanya sebagai detektif di layar lebar adalah sebagai seorang inspektur Yunani dalam film misteri-komedi Disney berjudul 'Trenchcoat' (1983) lalu menjadi teroris Timur Tengah dalam 'The Little Drummer Girl' (1984), penyidik Rusia dalam 'The Falcon and The Snowman' (1985), pemburu Perancis dalam 'Harry and the Hendersons' (1987), dan sebagai bishop Polandia dalam 'To Kill a Priest' (1988).
Selain tampil sebagai Poirot, sebagaimana tercatat dalam situs IMDbcom,  akting gemilang prestisius David di layar televisi juga hadir dalam menghidupkan tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah, dunia hiburan, keagamaan, dan karakter-karakter dari karya fiksi seperti Sigmund Freud dalam 'Freud' (1984), reporter berita William L Shirer dalam 'Murrow' (1986), Aaron dalam 'Moses' (1995), mogul film Louis B Mayer dalam 'RKO 281' (1999), Kardinal Wolsey dalam 'Henry VIII' (2003), nemesis vampir Van Helsing dalam 'Dracula' (2006), dan Robert Maxwell dalam 'Maxwell' (2007).
Soal penghargaan terkait profesinya sebagai aktor sudah sangat banyak, termasuk dua kali nominasi  Satellite Award untuk perannya sebagai Hercule Poirot tahun 2010 dan 2014, dan dalam wawancara dengan Metro UK dia menegaskan bahwa dia tidak akan menerima tawaran peran sebagai Poirot di televisi lagi kecuali untuk versi layar lebar (movie) dengan catatan bahwa skripnya harus berdasarkan karya tulis Agatha Christie.
Broadway World Australia (4/8) lalu mewartakan kabar gembira bahwa David Suchet akan menyambangi para penggemar yang merindukannya di Australia dengan menyuguhkan akting pentasnya dalam pertunjukan 'Poirot and More : A Retrospective' di awal tahun 2020 mendatang. Tur pentas ini akan digelar di kota-kota besar Australia sepanjang Januari-Februari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H