Pertandingan antar kesebelasan Indonesia melawan Malaysia petang (5/9) nanti ternyata bukan hanya menyedot antusiasme pendukung kedua belah pihak saja, bahkan berbagai kalangan di belahan dunia berbeda pun turut berdebar dibuatnya. Kenapa ?
Mungkin nilai prestisiusnya jauh di bawah pertandingan Argentina versus Brazil atau Peru versus Paraguay namun, menurut John Duerden sebagaimana dilansir The Guardian, itu akan merupakan pertandingan terbesar sekaligus paling heboh minggu ini.Â
Alasannya sekitar 80,000 pendukung diperkirakan akan berbondong-bondong ke stadion Gelora Bung Karno (GBK) untuk menyaksikan tim nasional bertarung mengalahkan lawannya di putaran kedua kualifikasi zona Asia Piala Dunia 2022.
Sensasi lain terletak pada hubungan Indonesia-Malaysia yang diliputi semangat kompetitif ekstra membara di berbagai sektor hingga acapkali melahirkan pertengkaran sengit di kancah diplomatik dan percik-percik apinya menyebar di berbagai elemen bangsa masing-masing yang bila tak bijak menyikapi bisa memicu perkelahian fisik. Bukan tanpa sebab Timnas Malaysia meminta kendaraan lapis baja disiagakan dalam pertandingan nanti.
Kedua negara pernah terlibat pertikaian di sektor budaya saat masing-masing mengklaim diri sebagai penemu sekaligus pemilik sah batik, wayang kulit, dan rendang. Sepertinya hanya kecintaan terhadap sepakbola-lah yang bisa menyatukan mereka.
Asia Tenggara yang terhubung ke India di barat laut dan China di timur laut merupakan rumah bagi lebih dari 600 juta orang merupakan wilayah sepakbola yang paling bergairah di benua Asia. Di antara semua negara, lupakan dulu China dan India, Indonesia dengan lebih dari seperempat miliar penduduknya adalah negara yang paling bersemangat untuk urusan sepakbola di kawasan tersebut. Tak berlebihan bila Indonesia dikatakan raksasa sepakbola dunia yang masih tertidur.
Indonesia adalah negara Asia pertama yang berhasil masuk final Piala Dunia. Tahun 1938, timnas Indonesia yang masih menyandang nama Hindia Belanda karena Jepang sebagai saingan tunggal babak kualifikasi grup Asia gagal tampil karena sedang berperang dengan China.Â
Itulah satu-satunya catatan penampilan timnas dari Asia Tenggara di Piala Dunia sampai sekarang dan mungkin rekor itu belum akan terpecahkan sampai tahun 2022 mendatang. Namun ada harapan bahwa prestasi itu bisa diulang pada Piala Dunia 2026 saat jatah otomatis Asia bertambah dari empat menjadi delapan tim.
Kerusuhan yang berujung pada bentrokan antar pendukung kesebelasan yang terjadi dalam berbagai ajang kompetisi sepakbola nasional Indonesia rupanya masih menjadi hal yang sangat ditakuti oleh manajemen kesebelasan negara-negara lain.Â
Tercatat sejak 1991 ada sekitar 70 orang tewas akibat kerusuhan antar pendukung usai pertandingan level nasional dan tahun 2011 dalam final Asean Games kelompok umur di bawah 23 tahun antara Indonesia-Malaysia di Jakarta, dua orang penonton tewas.
Pemerintah Indonesia menjamin bahwa 3,000 pendukung timnas Malaysia akan benar-benar dilindungi keamanannya. Namun masih ada kekuatiran di Kuala Lumpur tentang keselamatan tim, terutama di kawasan luar stadion.