Pada 26-28 Juli 2019 lalu digelar WOMAD ( World of Music, Art, and Dance) Festival ke-39 digelar di Inggris diikuti oleh musisi dan seniman dari seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Penampilan Kyai Fatahillah Ensemble di sana merupakan debut ganda, bagi kelompok musik tradisional Gamelan Sunda itu sendiri maupun bagi negeri ini.
Kyai Fatahillah Ensemble membuat debut mereka dengan interpretasi energik-perkusif Gamelan, musik ensemble (paduan berbagai jenis alat musik yang bisa dimainkan secara harmonis, -pen.) tradisional gabungan Jawa-Bali, yang dalam kesempatan itu ditambahkan unsur musikal India (thefestivals.uk, 29 April 2019).
Komposisi Ta Dhom Project menampilkan Shri yang menggunakan ekspresi vokal ritmis dari tradisi Carnatic India selatan dinilai pengamat setempat telah melahirkan aliran hip-hop jenis baru yang mendebarkan.
Musik Gamelan yang disajikan Kyai Fatahillah Ensemble memang bersifat global; melibatkan kolaborasi antara kendang, gong, suling, gambang, boning, siter, rebab, kenong, kempul,kethuk,kempyang, gender, Â total 12 alat jenis alat dasar musik Gamelan dengan berbagai alat-alat musik tradisonal maupun modern dari berbagai belahan Bumi lainnya. Cocok dengan kata ensemble yang melekat di nama kelompok musik tersebut. Bukan hanya peralatan; namun juga kerjasama dalam aransemen, lagu, dan koreografi yang melibatkan para pelaku seni lintas bangsa.
Kyai Fatahillah Ensemble memang lebih dari sekedar ensemble Gamelan biasa karena bebunyian harmoni yang mereka hasilkan terasa lebih perkusif dan holistik melebur dengan vokal penyanyi/pembawa narasi serta berbagai alat musik tiup (MusicOMH, 1 Agustus 2019).
Gamelan global mereka juga menyentuh aspek edukasi lewat  Indonesia Cultural Caravan, sebuah proyek yang diprakarsai oleh  Atase Pendidikan dan Kebudayaan dengan dukungan pendanaan sepenuhnya dari Kedutaan Besar Indonesia di London dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Para punggawa Kyai Fatahillah Ensemble singgah ke Havering Music School (Hornchurch,Inggris) untuk mengajari murid-murid di sana memainkan Gamelan (Romford Recorder, Â 22 Agustus 2019).
Mereka memboyong penari-pemusik kelas dunianya untuk menyajikan tarian dan musik tradisional Jawa Barat di hadapan para murid beserta keluarga mereka. Kesemuanya ditulis dan diarahkan oleh komposer Indonesia sekaligus pendiri Kyai Fatahillah Ensemble, Iwan Gunawan, pria kelahiran tahun 1974 jebolan IKIP (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung.
Iwan membentuk Kyai Fatahillah Ensemble pada tahun 2004 dan tampir secara resmi pertama kali saat dirinya diundang untuk berpartisipasi di ajang  Contemporary Gamelan Festival yang diselenggarakan di House of World Cultures (Berlin).
Penampilan Kyai Fatahillah Ensemble disambut hangat oleh audiens Berlin sekaligus menjadi ajang pembuktian Iwan bahwa estetika Gamelan dan notasi musik barat tidak bertentangan, sebaliknya bisa saling melengkapi dan memperkaya selama ada kesempatan yang cukup untuk berlatih sesuai kebutuhan musikalnya.
Penampilan Berlin tersebut menandai awal karir Iwan di Berlin, khususnya di Belanda tempat dia memperoleh dukungan produser Rob van de Bos (Anmaro Asia Arts) dan Piet Hein van de Poel. Berkat dukungan keduanya, sebagaimana dilansir dalam website https://iwangunawan543.wixsite.com/kyaifatahillah, selama bertahun-tahun Iwan bisa melakukan kerja kreatif bukan hanya dengan musik tradisional Sunda namun juga dengan musik kontemporer barat.