Perang dagang AS -- China nampaknya kian memanas. Jumat (23/8) lalu China mengumumkan rencana untuk mengenakan pajak tambahan (additional duties) senilai USD 75 milyar pada berbagai produk impor dari AS per tanggal 1 September 2019 dan 15 Desember 2019. Pengumuman itu langsung direspon Donald Trump lewat akun Twitter-nya di hari yang sama bahwa pemerintahannya juga akan menaikkan pajak senilai USD 500 milyar atas produk impor dari China (CNBC, 26 Agustus 2019).
Itu berarti Trump memaklumatkan bahwa di akhir tahun ini, semua produk China yang diekspor ke AS akan menjadi subyek untuk berbagai pajak perdagangan. Namun tidak puas sampai di situ, masih di hari yang sama Trump juga melansir cuitan baru.
Kali ini ditujukan pada para pemilik perusahaan AS,"diperintahkan untuk segera mencari alternatif (lokasi perusahaan) selain China, termasuk membawa perusahaan-perusahaan anda PULANG dan membuat produk-produk anda di AS." Belum jelas lembaga pemerintahan mana yang bertanggungjawab atau bagaimana cara presiden mengimplementasikan perintah-perintah tersebut.
"Jika hal itu berhasil mempengaruhi perusahaan-perusahaan AS (untuk memindahkan perusahaan), maka kekosongan pasar di China mungkin akan membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan milik warga China untuk mengisinya." Papar Stephen Olson, peneliti dari lembaga non profit Hinrich Foundation, melalui email Minggu (25/8) lalu.
Namun dampak yang lebih signifikan, menurut Stephen, adalah 'tindakan semacam itu akan memicu perpecahan yang belum pernah terjadi sebelumnya antar dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia dan itu bisa menciptakan ketidakpastian yang akan berakibat buruk bagi perusahaan China maupun AS.
"Ketika muncul berbagai tantangan dalam menjalankan bisnis di China, melepaskan pasar bukanlah sebuah jawaban."Tandas Jake Parker, wakil presiden operasional China di lembaga US-China Business Council.
"Penting untuk diingat bahwa bisnis AS telah menjadi contoh positif bagi kemajuan di China ... perusahaan-perusahaan Amerika membawa gagasan, nilai, dan contoh yang mampu diserap dengan baik serta merupakan katalis yang konsisten untuk kemajuan." Lanjut Jake.
Di sisi lain bila perusahaan-perusahaan AS meninggalkan China, maka mereka akan kehilangan peluang pertumbuhan global yang sangat besar.
Jake juga mengemukakan bahwa satu-satunya jalan untuk mengatasi berbagai kendala yang dialami perusahaan AS di pasar China adalah melanjutkan negosiasi antar dua negara besar itu untuk menemukan kompromi untuk menghilangkan pajak dan menjalin hubungan yang lebih stabil, terprediksi, serta konstruktif.
Pemerintahan Trump menempatkan penetapan pajak sebagai senjata utama dalam perang dagang yang tengah berlangsung sekarang, namun belum jelas seberapa efektif hal tersebut berpengaruh pada langkah-langkah yang diambil China.
Delegasi perdagangan AS dan China, menurut juru bicara Kementrian Perdagangan China Gao Feng pada Kamis (22/8) lalu, masih saling berkomunikasi. Pembicaraan via telpon tinggi tinggi berlangsung antar delegasi pada tanggal 13 Agustus 2019 lalu dan rencananya akan dilakukan lagi dalam dua minggu mendatang untuk menyiapkan rapat temu muka pada September mendatang.