Ada kemungkinan ancaman jenis baru ini dimunculkan FBI untuk meredam kecaman pedas anggota Senat AS yang menilai bahwa badan intelijen tersebut terlalu mengeksploitasi isu rasial dalam menanggulangi berbagai aksi terorisme yang terjadi di Negeri Paman Sam tersebut. Hal itu tercermin dalam istilah-istilah yang digunakan FBI untuk menyebut berbagai kelompok yang diduga sebagai penyebab kekacauan seperti 'black identity extremist' atau 'white supremacist'.
FBI mengakui kekerasan yang didorong oleh teori konspirasi bukanlah hal baru, namun hal tersebut kian parah seiring kemajuan teknologi informasi dan adanya intervensi  partai-partai politik yang kian gencar menjelang pemilihan presiden 2020. "Munculnya internet dan media sosial telah memudahkan para promotor teori konspirasi menyebarkan materinya dengan leluasa secara online sehingga memudahkan untuk diakses oleh kalangan yang lebih luas."
Sebagian pihak membenarkan bahwa teori-teori konspirasi memang berpotensi memicu terjadinya tindak kekerasan, namun isu utamanya adalah bagaimana pemerintah AS bertindak untuk menanggulangi hal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H