Suasana menjelang pemilihan presiden di negara manapun memang selalu menghadirkan dinamika menarik dari berbagai elemen yang terlibat di dalamnya: Petahana dengan jajarannya yang menduduki posisi-posisi penting, penantang dengan kendaraan partai-partai pendukungnya, dan warga masyarakat yang ditarik-ulur ke sana kemari agar mau memberikan suaranya.
Amerika Serikat (AS) yang tahun 2020 mendatang berencana akan menggelar hajat besar demokrasi itupun tak luput dari fenomena di atas. Setelah keseruan perdebatan antar kandidat dari kubu penantang, Partai Demokrat, yang berlangsung dua putaran sukses memancing keriuhan wacana, kini giliran Federal Bureau of Investigation (FBI) yang dikomandani Christopher Wray mendapat sorotan publik.
Pasalnya dalam sebuah dokumen intelijen yang tidak dipublikasikan, namun entah bagaimana bisa sampai ke tangan tim Yahoo News yang memberitakannya pada 1 Agustus 2019 lalu, FBI untuk pertama kali dalam sejarah memasukkan teori-teori konspirasi yang dibuat oleh kalangan umum (non akademisi/pihak yang kompeten di bidang terkait, -pen.) sebagai ancaman teror domestik jenis baru.
Laporan tersebut memuat serangkaian penangkapan oleh FBI terkait berbagai insiden kekerasan oleh para pelaku akibat terpengaruh oleh berbagai kepercayaan yang tidak jelas ujung pangkalnya dan biasanya muncul dari asumsi negatif.
Secara khusus dokumen itu menyebut QAnon, sebuah jaringan bayangan yang percaya adanya konspirasi menentang Presiden Donald Trump di dalam jajaran pemerintahan.Â
Mereka juga percaya Pizzagate, sebuah teori tentang lingkaran pedofil yang melibatkan rekan-rekan Bill Clinton dikendalikan dari ruang bawah tanah sebuah restoran pizza di Washington DC, padahal bangunan itu sebenarnya tidak mempunyai fasilitas ruang bawah tanah.
Lebih lanjut dokumen tersebut memaparkan bahwa "FBI menilai bahwa teori-teori konspirasi ini acapkali muncul, menyebar, dan lambat laun berkembang di tempat pemasaran informasi modern mempengaruhi para ekstrimis secara berkelompok maupun perorangan untuk melakukan tindak kriminal atau kekerasan." Ditambahkan pula, para ekstrimis yang terpancing oleh teori-teori konspirasi jumlahnya terus meningkat menjelang pilpres AS tahun 2020 mendatang.
FBI menyatakan bahwa faktor lain yang memicu intensitas ancaman di atas adalah "tidak diungkapnya konspirasi-konspirasi yang benar-benar terjadi atau memang sengaja ditutupi karena melibatkan aktifitas-aktifitas menyalahi undang-undang yang dilakukan oleh para pejabat pemerintahan atau tokoh-tokoh politik terkemuka." FBI tidak menjelaskan secara rinci siapa pemimpin-pemimpin politik atau kasus-kasus konspirasi yang dimaksud.
Buletin ini muncul di saat FBI menghadapi tekanan Senat AS dan publik untuk menjelaskan siapa saja yang sebenarnya masuk dalam kategori ekstrimis dan bagaimana pemerintah menindak para teroris domestik.Â
Menariknya, beberapa minggu terakhir direktur FBI berulangkali menyebutkan terorisme domestik namun tidak pernah mengemukakan tentang ancaman baru teori konspirasi di depan publik.