Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menciptakan Lapangan Kerja dengan Penguatan Industri Manufaktur

22 Juli 2019   18:48 Diperbarui: 22 Juli 2019   18:57 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Ekonom Senior INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Nawir Messi mengemukakan bahwa salah satu faktor penyebab stagnannya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah deindustrialisasi yang terjadi secara cepat (Bisnis.com, 12 April 2019). Pada kurun waktu 10 tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan kostribusi manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 7 persen, lebih besar dari Thailand dan Malaysia yang penurunannya tidak lebih dari 4 persen.

Hal tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena potensinya sebagai solusi mengatasi defisit perdagangan nasional terbilang sangat menjanjikan, hal itu terlihat pada konsistennya industri manufaktur sebagai penyumbang terbesar bagi nilai ekspor Indonesia. Ekspor industri manufaktur secara volume mengalami peningkatan 9,8 persen dari Januari-Mei 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Neraca, 18 Juli 2019).

Beberapa sektor manufaktur yang berperan besar terhadap capaian ekspor pada lima bulan pertama tahun ini, di antaranya industri makanan yang menembus USD 10,56 miliar, disusul industri logam dasar USD 6,52 miliar , serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar USD 5,38 miliar.

Selain itu, menurut Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani sebagaimana disampaikannya pada Neraca, industri manufaktur harus menjadi prioritas karena bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan ekspor, dan mengurangi ketergantungan terhadap sektor komoditas.

Kementerian Perindustrian mencatat pada tahun 2018, sektor industri manufaktur menyerap tenaga kerja sebanyak 18,25 juta orang atau setara 14,72 persen  dari total tenaga kerja nasional. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja paling aktif, menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, terjadi di sektor industri otomotif yang telah menyerap lebih dari satu juta tenaga kerja (Republika.co.id, 23 April 2019).

Industri manufaktur lain yang juga banyak menyerap tenaga kerja adalah industri makanan dengan kontribusi hingga 26,67 persen, disusul industri pakaian jadi sebesar 13,69 persen, serta industri kayu, barang dari kayu dan gabus 9,93 persen. Selanjutnya industri tekstil menyerap tenaga kerja sebesar 7,46 persen, industri barang galian bukan logam 5,72 persen, dan industri furnitur sebesar 4,51 persen.

Tahun 2019 ini pertumbuhan sektor industri non migas ditargetkan mencapai 5,4 persen dan tentu saja seiring dengan pertumbuhan tersebut diharapkan akan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja baru, terutama dari angkatan kerja negeri ini yang masih berstatus pengangguran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun