Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Panca Dharma Satya: Komitmen Sumpah Pemuda Menwa Indonesia

28 Oktober 2016   10:51 Diperbarui: 28 Oktober 2016   11:15 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan momen bersejarah pembacaan pertama kalinya teks Sumpah Pemuda telah menginjak usia yang ke-88 tahun ini dan ada banyak hal yang bisa kita renungkan sebagai bahan pemikiran dalam memberikan kontribusi bagi kejayaan bangsa kita, Bangsa Indonesia, dalam rentang 71 tahun selepas Proklamasi Kemerdekaan sekarang.

Sumpah Pemuda pertama kali dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 sebagai hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II. Gagasan penyelenggaraan kongres tersebut berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie 1).

Ketua PPPI Sugondo Djojopuspito, dalam rapat hari pertama pada 27 Oktober 1928, berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Persatuan yang solid inilah yang kemudian menjadi bahan dasar terbentuknya kekuatan besar yang mampu menghancurkan belenggu kolonialisme Sindikat Dagang VOC Belanda atas bangsa ini yang konon mencapai 450 tahun lamanya …

Semangat patriotik yang sama juga melatari dideklarasikannya Panca Dharma Satya (PDS) sebagai ikrar Resimen Mahasiswa (Menwa) Mahawarman Jawa Barat yang selanjutnya dikukuhkan sebagai ikrar Menwa Indonesia pada Musyawarah Kerja I Resimen Mahasiswa Mahawarman pada tanggal 12 – 20 September 1966 (Wahyuni Susilowati, Patriotisme & Dinamika Resimen Kampus,2012,  h. 221-224).

Setiap butir PDS  mengandung filosofi yang masih aktual sebagai landasan gerak seorang anggota Menwa di masa kini. Artinya, memahami secara benar dan menjalankan secara konsisten PDS dalam kehidupan sehari-hari merupakan kontribusi signifikan seorang Menwa bagi ketahanan nasional bangsanya menghadapi gempuran berbagai ideologi maupun kepentingan pihak-pihak yang ingin merusak keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Suatu hal yang sangat mendesak keberadaannya di masa sekarang saat infiltrasi asing di berbagai sendi kehidupan berbangsa-bernegara sudah mencapai level ‘mengancam keutuhan NKRI dengan strategi devide et impera(memecah-belah dan menguasai)nya yang telah memicu perkelahian antar sesama anak bangsa’.

PDS terdiri atas (1) ‘Kami adalah Mahasiswa Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila’, (2) Kami adalah Mahasiswa yang sadar akan tanggung jawab serta kehormatan dalam pembelaan negara dan tidak mengenal menyerah’,(3) ‘Kami putra Indonesia yang berjiwa ksatria dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta membela kebenaran, kejujuran, dan keadilan’, (4) ‘Kami adalah Mahasiswa yang menjunjung tinggi nama dan kehormatan garba ilmiah dan sadar akan hari depan bangsa dan negara’, dan (5) ‘Kami adalah Mahasiswa yang memegang teguh disiplin lahir dan batin, percaya pada diri sendiri dan mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi maupun golongan’.

Makna yang terkandung dalam PDS sejalan dengan uraian Moehammad Yamin yang diutarakannya dalam Rapat Pertama Kongres Pemuda II bahwa ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, dua di antaranya adalah pendidikan dan kemauan. PDS pun seiring dengan pemikiran Ramelan yang dikemukakan dalam Rapat Penutup pada kongres yang sama bahwa gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan. Menwa dengan PDS-nya yang merupakan sebuah alternatif unggulan untuk melanjutkan jiwa kepanduan di level perguruan tinggi diharapkan dapat melanjutkan tongkat estafet perjuangan yang telah didelegasikan oleh para pahlawan pendahulu. Bravo NKRI !

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun