Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melobi Petugas Pajak dengan Senjata Akuntansi

4 Juli 2015   12:30 Diperbarui: 4 Juli 2015   13:28 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Itulah yang dilakukan oleh Roshenda Noor , alumnus Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi  Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung lulusan tahun 1988 dan kini menjabat Komisaris di PT Bersama Zatta Jaya yang merupakan produsen busana muslim di bawah bendera Elzatta. Tentu saja kiprah Henda, begitu panggilan akrabnya, layak mendapat apresiasi tersendiri mengingat sudah banyak benang kusut sistem pelaporan keuangan terkait urusan perpajakan yang berhasil dia rapihkan sejak tahun 1990 dengan melibatkan area jelajah bisnis yang sangat luas dari mulai bengkel kendaraaan bermotor sampai seiring waktu bertiwikrama menjadi perusahaan konstruksi logam dan infrastruktur, ada pula usaha penyewaan helikopter, dan busana Muslim.

“Saat para pengusaha berencana membangun perusahaan, mereka biasanya akan menyertakan divisi penjualan dan divisi produksi dengan target profit setinggi-tingginya. Nah …giliran akan bertemu dengan auditor pajak, barulah mereka sibuk menyeret akuntan.” Tutur istri pengusaha peternakan sapi perah Amor Kodrat (54) dan ibu dari tiga putri itu,”Padahal kalau divisi akunting disertakan; maka sistem kerja, khususnya mekanisme pelaporan keuangan, akan tersusun rapi sejak permulaan usaha berjalan dan tak akan pusing saat harus bernegoisasi dengan para petugas pajak setiap tahunnya.”

Henda yang dalam beberapa titik perjalanan karirnya mengalami ditarik masuk ke sebuah perusahaan dengan tugas utama membenahi pelaporan keuangan yang bermasalah dan pada akhirnya berujung pada pembenahan sistem di dalamnya memaparkan,”Dalam akuntansi itu ada alur proses baku yang kalau diikuti maka semua sistem kerja yang ada di perusahaan akan terorganisir dengan sendirinya.”

Sumber daya manusia yang kurang memahami prinsip akuntansi kerapkali menempatkan Henda jadi seorang detektif yang harus teliti menggali data transaksi berdasarkan berkas-berkas catatan maupun bukti transaksi lama dan dia punya kisah tersendiri soal itu,” Salah satu perusahaan pernah diminta membayar pajak senilai tertentu  yang nominalnya sangat tinggi padahal saya tahu betul kondisi keuangannya tak memungkinkan untuk dikenai pajak sampai segitu.”Maka dia pun mengajukan permintaan untuk membicarakan hal itu pada pejabat pajak yang berwenang,”Intinya, kami tak keberatan kalau harus membayar pajak asal dasar penetapannya jelas.”

Terbukti kemudian banyak nilai transaksi yang dijadikan landasan penetapan pajak hanya merupakan hasil perkiraan auditor saja karena nota-nota yang diklaim sebagai bukti transaksi sudah sedemikian tuanya hingga mustahil untuk membaca nilai transaksi atau catatan lainnya yang sudah  luntur dimakan waktu. Begitulah perusahaan pun mendapat potongan pajak yang sangat signifikan.

Henda pun mengalokasikan waktu untuk mempelajari peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku agar semua yang dilakukannya berada dalam koridor legal dan dia tidak sungkan bertanya pada koleganya yang paham soal itu.  Berkat fokus, konsistensi, dan pengetahuan hukum perpajakan ; Henda pernah menyelamatkan helikopter impor perusahaan yang nyaris disita beacukai akibat masalah pajak padahal jadwal terbang oleh penyewanya sudah sangat mepet,”Beberapa jenis pajak yang dikenakan ternyata bisa ditiadakan sesuai aturan yang berlaku.”Dia sukses menyelamatkan aset berharga itu meski harus mendatangi kantor pajak nyaris setiap hari dan berdiskusi dari meja ke meja petugas saat memperjuangkannya.

Totalitas bukan hanya ditunjukkan Henda dalam soal pekerjaan, perempuan energik kelahiran Rangkasbitung itu juga sangat all out untuk membalas kebaikan yang diterimanya dari orang lain,”Ada dorongan di dalam hati untuk memberikan ‘sesuatu’ yang saya usahakan lebih baik agar tak tersisa rasa ‘berhutang’.” Tuturnya dalam obrolan santai jelang berbuka puasa di rumahnya nan asri beberapa waktu  (28/6) lalu. Membalas dengan lebih baik juga berusaha dilakukan Henda untuk amanah profesional yang dipercayakan padanya.

Usai  shalat berjamaah Magrib yang diimami Amor, santap malam dengan menu masakan Padang racikan tangan nyonya rumah pun berlangsung dalam kehangatan dinamis pasangan pebisnis yang dipertemukan melalui rangkaian kegiatan mentoring Agama Islam kampus semasa mereka kuliah dahulu.  Henda sudah cukup lama  menyukai Amor yang dinilainya memiliki kedalaman pemahaman ilmu agama dan karakter yang jauh dari emosional, lucunya,”Dia itu pernah mengajak saya ngomong serius, saya sudah ge-er mau ‘ditembak’… eh …ternyata dia diminta temannya untuk menjadi perantara mendekati saya.” Dua kali hal itu terjadi, dua kali pula Henda menolak.

Penantian Henda berakhir ketika tak lama berselang usai wisuda, sang paman meminta diperkenalkan  dengan pria yang dekat dengannya dan Henda nekad  mengabari Amor bahwa pamannya ingin bertemu, “Saya tidak tahu apa yang dikatakan paman, yang jelas tak berapa lama kemudian keluarganya datang melamar dan kami menikah.” Henda tersenyum.

Yah, soal fokus dan totalitas, Henda memang jagonya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun