Pada beberapa momen terpenting yang bersifat chaotic, Korps Yon II Unpad turut berperan sebagai kekuatan yang menjadi perisai untuk melindungi sekaligus menjadi tempat bersandar bagi ‘ibu’ mereka, yakni Bangsa Indonesia. Sepak-terjang para anggota dari berbagai kompi termasuk proses jatuh-bangunnya mereka dalam menjalankan peranan selaku stabilisator dan dinamisator di teritori kampus serta wilayah sekitarnya berawal dengan konsolidasi di dalam Pos Komando (Posko) yang semula terletak di jalan Dipati Ukur nomor 35 Bandung. Bangunan mungil tersebut sejak berdirinya Kampus Unpad menjadi tempat beraktifitas bagi Dewan Mahasiswa (Dema) Unpad, baru pada tahun 1964 saat Dema dipindahkan ke area Aula Unpad, bangunan itu dubah menjadi Posko Yon II Unpad. Adapun pejabat Komandan Kompi Markas (Dankima) pertama adalah JP Soebandono dari Kie A. Pada era 90-an markas seluas sekitar 300 meter persegi, yang menuntut penghormatan militer dari para anggota yang akan memasukinya, itu terdiri atas dua bagian utama; yakni Ruang Depan dan Ruang Dalam yang relatif lebih luas. Ruang Depan yang difungsikan sebagai ruang tamu dengan pintu penghubung samping menuju ruang Staf III (Admininistrasi- Personalia) yang bertugas memastikan kegiatan korespondensi dan administratif Korps terselenggara dengan baik (butuh surat perintah, keterangan, sertifikat,kartu anggota, atau semacamnya, hubungilah mereka). Menempel di sampingnya, dibatasi dinding, terdapat semacam toko kecil tempat para personil Staf IV (Logistik) memajang kaos-kaos, seragam corak terbaru, stiker, dan berbagai merchandise khas Yon II (maklum mereka memang ‘mesin’ pencari dan pengelola uang untuk Korps yang harus memastikan ketersediaan dana operasional bagi semua kegiatan). Ruang Dalam diawali dengan Ruang Komandan dan Wakil Komandan, lalu tepat berhadapan terdapat Ruang Briefing yang merangkap Ruang Staf II (Operasi) selaku penanggungjawab perencanaan serta pelaksanaan berbagai latihan maupun aktifitas-aktifitas Korps lainnya ( mereka ini yang menentukan medan dan skenario latihan,termasuk kapan kader harus ‘stelling’ atau dimana menu tamparan berjamaah mesti dilakukan). Seingat penulis, sesekali Kepala Seksi (Kasi) dan Wakilnya (Wakasi) VI- Keputrian juga mengumpulkan anggota putri yang jumlahnya senantiasa minoritas (kecuali Kompi B yang anggotanya semua putri, – pen.). Di koridor yang sama, berbatasan dengan dinding Ruang Komandan, terletak ruang kerja paling ‘misterius’ di seantero Posko dimana para personil Staf I (Intelijen) membahas berbagai hal atau melakukan pembicaraan rahasia dengan anggota-anggota lain (konon para anggota Staf I saat mendengkur pun harus dalam ‘mode’ penyamaran). Tepat di balik dinding Staf I terletak ruangan kerja Staf V (Teritorial) yang menangani bagian hubungan masyarakat (tak heran kalau para personilnya dipilih yang berpenampilan rapih dan memiliki pembawaan yang ramah) dan di tangan mereka terletak seberapa bagus kualitas hubungan Korps dengan masyarakat internal maupun eksternal kampus. Last but not least, sosok Komandan Kompi Markas (Dankima) yang bertanggung jawab atas ketertiban internal Posko dari mulai aspek kebersihan sampai dengan memastikan tak ada oknum beritikad buruk yang nekad nyelonong ke markas itu. Mereka yang ‘rajin’ menginap di Posko umumnya secara otomatis terpilih menduduki jabatan Dankima dan jajarannya. Area selain ruang tamu, ruang komandan, dan ruang kerja staf adalah fasilitas kamar tidur (dengan dipan bersusun di dalamnya), dapur kecil, dan MCK. Keseluruhan ruang tersebut membentuk tapal kuda (menyerupai huruf U) membingkai sebuah lahan kecil yang di atasnya berdiri tiang-tiang besi untuk latihan pull up dan semacam barbel sederhana yang terbuat dari dua kaleng bekas wadah cat berisi campuran semen yang kemudian ditanamkan ke dalamnya pada ujung-ujung yang berlawanan. Biasanya para anggota putra rajin melatih otot (sekalian pamer kekuatan) sembari disaksikan anggota-anggota putri di tempat tersebut. Canda tawa kekeluargaan antar kompi juga biasanya berlangsung di situ. ‘Fasilitas’ tambahan lain berupa keberadaan ‘Warung Rambo’ yang untuk bisa jajan di situ, para anggota harus memanjat naik ke atas bak cuci kemudian memanjat tembok yang lumayan tinggi ( dengan resiko keseleo atau ‘salah urat’ bagi mereka yang malas berolahraga), barulah mereka dapat sekedar ‘ngopi-ngopi’ di area atas angin itu. Letak Posko yang tepat berada di sebelah kafetaria benar-benar strategis. Menurut penuturan Effendi Soen (Kie I), saat itu Yon II menjadi satu-satunya organisasi mahasiswa yang mendapat fasilitas tempat kegiatan. Berbagai kegiatan lain seperti Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI atau masa itu disebut Opegmi) juga melibatkan Civitas Yon II dalam mengembangkan jaringan penggemar melalui piranti radio yang dimiliki bersama. Di Posko Yon II  juga pernah difungsikan sebagai Posko SAR dan Siaga SAR untuk wilayah Bandung dan sekitarnya dengan dukungan penuh dari Badan SAR Nasional sehingga kita sempat mampu membuat demo Pararescue SAR dengan dukungan helicopter rappeling dan demo terjun payung di kampus. ( Sumber : Wahyuni Susilowati, Patriotisme & Dinamika Resimen Kampus, 2012, Bandung, Nuansa Cendekia).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H