Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Krisis Finansial Eropa, Berkah untuk Investor Indonesia

8 Agustus 2012   00:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:06 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat tahun silam jagad finansial dunia dibuat gonjang-ganjing akibat terpuruknya sektor perbankan dan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang memunculkan Krisis Global 2008. Berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgage default) di AS, krisis kemudian menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di negara itu saja namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun menyebabkan efek domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara negara tersebut, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis kemudian merambat ke belahan Asia terutama negara-negara seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama memiliki surat-surat beharga perusahaan-perusahaan tersebut.

Presiden Direktur PT Samuel Aset Manajemen (SAM), Agus Basuki Yanuar, dalam sebuah kesempatan wawancara terpisah dengan beberapa media cetak beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa efek lanjutan Krisis 2008 tersebut masih terasa hingga saat ini,”Laju finansial AS melambat dan krisis finansial zona Eropa sangat terasa pada kuartal ketiga tahun 2011 lalu.” Tutur Agus,”Penyebabnya jelas, yaitu karena negara-negara Eropa melakukan peminjaman dana yang sangat besar tanpa ditunjang manajemen resiko yang memadai hingga akibatnya pola konsumsi jadi tidak terkendali.”

[caption id="attachment_205404" align="aligncenter" width="576" caption="Agus Basuki Yanuar, dalam wawancara bisnis di MNC TV (dok ABY)"][/caption] Saat disinggung tentang posisi Indonesia dalam kondisi sedemikian, Agus menilai bahwa posisi ekonomi Indonesia cukup kuat berdasarkan tingkat konsumsi domestik yang mencapai 70 persen ditambah pertumbuhan demografis kelas menengah masyarakat Indonesia yang kini bertambah sekitar 50 juta jiwa,”Bank Dunia mendeskripsikan kelas menengah adalah mereka dengan pengeluaran harian antara US$ 2- 20 dan 56 persen penduduk Indonesia memenuhi kriteria itu.” Selanjutnya Agus juga menambahkan beberapa faktor lain yang menopang kokohnya ekonomi dalam negeri, yakni tingkat pertumbuhan yang mencapai 6-7 persen dan meningkatnya dana dari pihak ketiga di sektor perbankan yang hingga saat ini sudah membukukan nominal senilai Rp.2,700 triliun.

Perkembangan pasar saham di Indonesia juga memperlihatkan kegairahan yang menggembirakan meski masih sangat bisa ditingkatkan. Sampai Juli 2012 lalu, data PT Infovesta Utama menunjukkan bahwa rata-rata imbal hasil reksadana saham mencapai 4,55 persen (di bawah IHSG tahun lalu pada periode sama yang mencapai 4,72 persen) dan return year to date 6,61 persen (IHSG tahun lalu 8,38 persen). Salah satu produk reksadana saham yang menunjukkan performa terbaik adalah Sam Equity Indonesian Fund dengan imbal hasil per Juli 2012 sebesar 7,92 persen dan return year to date sebesar 27,75 persen; pencapaian itu menempatkannya di peringkat pertama produk reksadana saham paling menguntungkan di Indonesia saat ini.

Agus memaparkan sejumlah kiat berinvestasi di sektor saham yang relatif aman di tengah kemungkinan adanya penarikan besar-besaran dana investasi perbankan Asia oleh para investor asal AS dan negara-negara Eropa yang kini tengah ‘sakit’,”Belilah instrumen investasi yang benar-benar dipahami dan sesuai dengan tujuan investasi, apakah untuk wealth accummulation atau wealth protection?” Bagi kaum muda yang baru menapaki karir dan belum mapan secara finansial, tujuan yang cocok adalah wealth accumulation dengan bentuk investasi agresif seperti reksadana saham. Sementara mereka yang tengah menyiapkan dana pensiun, tujuan investasinya wealth protection dengan bentuk investasi yang lebih moderat resikonya dan konservatif seperti reksadana campuran atau reksadana terproteksi.

Jangka waktu investasi juga merupakan faktor penentu produk mana yang akan dipilih. Jika anda ingin berinvestasi selama 1-3 tahun, maka instrumen yang tepat adalah reksadana konservatif yang berbasis pada pasar uang,obligasi, dan terproteksi. Sementara reksadana campuran adalah pilihan cocok untuk jangka 3-5 tahun dan reksadana saham sangat direkomendasikan untuk investasi di atas 5 tahun.

Agus menilai bahwa kini para investor di Indonesia bertumbuh semakin cerdas hingga situasi krisis finansial Eropa yang tengah berlangsung dijadikan peluang untuk berinvestasi dengan,tentu saja tanpa mengabaikan manajemen resiko,potensi imbal hasil yang sangat prospektif,” Buktinya, meski IHSG sempat turun ke level 3600 beberapa waktu lalu, namun unit penyertaan atau pembelian reksadana malah meningkat. Di PT SAM sendiri, terhitung sejak Desember 2011 ada pertambahan Unit Penyertaan Reksadana sampai 30 persen,” Papar Agus,”Para investor telah belajar banyak dari Krisis 2008 saat terjadi penarikan dana besar-besaran ...” dan kini secara mental maupun pengetahuan mereka telah siap ‘bertarung’ dengan fluktuasi keadaan untuk merebut keuntungan maksimal.

Di level nasional, penarikan dana besar-besaran dari Indonesia juga direm dengan adanya pemeringkatan investasi (investment grade) oleh Fitch Ratings hingga para investor yang sebelum Desember 2011 hanya berani berinvestasi jangka pendek, setelah adanya pemeringkatan kini mereka pun bermain di investasi dalam jangka yang lebih panjang. Pemeringkatan investasi juga sukses menarik banyak perusahaan global untuk melakukan Foreign Direct Invesment di Indonesia.

Tentu saja pemerintah tak boleh berpangku tangan di tengah situasi yang kondusif ini. Agus memandang perlu pemerintah lebih sigap melakukan pengembangan infrastruktur untuk mempercepat dan memperbesar penyerapan tenaga kerja serta mobilisasi ekonomi dalam skala besar.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun