[caption id="attachment_152667" align="alignleft" width="300" caption="Suasana kelas saat dibimbing instruktur Basarnas (dok WS)"][/caption] Sebenarnya tingkat kepedulian masyarakat Indonesia dalam memberikan pertolongan pada sesama mereka yang mengalami musibah sangatlah tinggi namun sayangnya, menurut Ketua Yayasan Kapinis Indonesia Wawan Purwana, minimnya pengetahuan dan ketrampilan Search and Rescue (SAR) membuat keberadaan mereka di lokasi musibah/bencana malah mendatangkan kerepotan baru. Misalnya, cara mereka mengevakuasi korban yang menderita cedera patah tulang bila dilakukan secara asal-asalan justru berpotensi memperparah kondisi sang korban dan dalam kasus yang ekstrim, bisa saja mengakibatkan kematian.
Saat diwawancarai dalam Pembukaan Sekolah SAR Nasional sebagai bagian dari realisasi program Pemuda Andalan Warga (Pandawa) Indonesia Kemenpora RI yang berlangsung kemarin (29/11) di Kantor Basarnas Denpasar Bali, Wawan juga menambahkan tujuan utama dari penyelenggaraan Sekolah SAR Nasional adalah membentuk kader-kader SAR yang mumpuni dalam artian menguasai secara baik ilmu seputar SAR dan cakap mengaplikasikannya di lapangan. Pembukaan dilakukan oleh Deputi Peningkatan Kapasitas Pemuda; Supadi, MSi.
Supadi, dalam wawancara terpisah mengungkapkan bahwa keberadaan Sekolah SAR merupakan sebuah alternatif yang tepat untuk mengakomodasi nilai-nilai kemanusiaan dalam diri generasi muda hingga mereka bisa bertumbuh menjadi individu yang memiliki kepedulian sosial tinggi dan mampu merealisasikannya secara tepat.
Sekolah SAR Nasional ini diikuti oleh 60 peserta dari berbagai pelosok di Indonesia yang berlatar belakang
[caption id="attachment_152670" align="alignright" width="300" caption="Janji seorang rescuer sejati (dok WS)"][/caption] anggota Menwa, Unit SAR, pecinta alam, dan mereka yang ingin menimba ilmu seputar operasi SAR ini merupakan hasil kerjasama Yayasan Kapinis Indonesia, Kemenpora RI, Pemkab Bangli, dan LSM Bali Rescue tersebut akan berlangsung hingga 12 Desember 2011 mendatang. Selain materi berupa teori kelas, para siswa juga akan melakukan praktek di lapangan di Gunung Batur kawasan Bedugul-Kintamani dan bagi peserta yang mengikuti program pendidikan basic water rescue di Danau Tulamben.
Alasan para peserta mengikuti Sekolah SAR Nasional ini pun beragam. Revi Ferdinan dan Juan Anthonio dari mahasiswa pecinta alam asal Bengkulu sependapat bahwa propinsi tempat mereka tinggal yang rawan gempa bumi merupakan faktor pendorong kuat yang melatar-belakangi keputusan mereka mengikuti Sekolah SAR Nasional ini. Tinton Hardanto dari unit SAR Unpad mengemukakan motivasinya menjadi siswa untuk memperkaya pengetahuan seputar SAR sebagai bekal operasi di lapangan. Sementara Barri Yudha dari pecinta alam Pandapa- Usada Jakarta menyatakan keinginannya untuk mengembangkan dan memajukan klub-nya bermodal ilmu yang telah diperolehnya di Sekolah SAR Nasional.
[caption id="attachment_152677" align="aligncenter" width="300" caption="Berangkat ke sekolah naik truk...semangaaat!!! (dok WS)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H