Pernah ketemu seseorang, lawan jenis tentunya, yang bikin kau tertarik sampai ritme jantung menghentak-hentak riang bak paduan hiphop dan rock dibuatnya? Lantas, fortunately, dia juga memberi sinyal positif atas ketertarikan itu?
Bagaikan segumpal es krim coklat lezat yang mengapung di atas segelas jus buah favorit, aliran darah yang terpacu lebih cepat saat menyadari keberadaannya begitu dekat mendorongmu untuk berusaha menarik perhatiannya dengan segala cara. Sekali-dua bertemu pandang dan bertukar senyum atau sapaan ringan sudah cukup untuk membuat perasaan melambung. Lantas hati akan terasa ringan, atmosfer di sekeliling menjadi lebih nyaman. Begitu menyegarkan.
Flirting...mmm, sedikit sulit untuk mendefinisikannya secara pas. Tapi kira-kira berarti melemparkan sinyal-sinyal setengah rahasia untuk menyampaikan ketertarikan secara libido-wi (halahh!) pada seseorang. Melewati meja kerjanya dengan frekuensi tinggi sekedar mencuri lihat apa yang dia lakukan, melemparkan rayuan terselubung saat berbicara dengannya, dan mengatakan dengan bahasa tubuh (!!) bahwa dia sukses menggoda dan mencuri perhatian kita. Lalu bisa saja berkembang jadi semakin mengasyikkan sampai diri terprovokasi untuk melakukan sentuhan-sentuhan fisik seiring tuntutan syahwat yang kian 'ngelunjak'.
Well, jika dirimu telah membangun komitmen pribadi untuk hidup sebagai manusia yang baik, apalagi kalau ada komitmen tambahan seperti pernikahan yang tersandang di bahu, hasrat untuk bersentuhan dengan sosok yang mampu menggetarkan syaraf itu adalah lampu merah dalam lalulintas interaksi sosialmu. Bila dilanggar, maka bersiaplah terperosok dalam jurang nista perzinaan yang akan meluluh-lantakkan siapa pun di dasar kecuramannya yang terkamuflase oleh kenikmatan semu. Ibarat pil sianida bersalut coklat tebal, habis coklatnya tinggal sianidanya...mampus, deh!
Sangat manusiawi bila tekanan rutinitas kerja atau rumahtangga yang cenderung monoton dalam jangka panjang melahirkan kebutuhan psikologis akan sensasi. Itu sebenarnya merupakan upaya revitalisasi jiwa agar dapat menjalani hidup dengan lebih ringan dan menyenangkan. Flirting kerap menjadi pilihan karena merupakan alternatif penyegaran yang relatif paling gampang dilakukan.
So lets flirt with a descent responsibility! Bagaimanapun tanggung jawab sesuai porsinya merupakan kualifikasi yang harus dipenuhi oleh setiap manusia yang mengaku dirinya beradab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H