Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Money

Menjadi Cerdas Tanpa Mendulang Stress

29 Juli 2010   07:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Di jaman sekarang ini aktivitas para pelajar dari berbagai level pendidikan memang tidak kalah padatnya dibandingkan dengan para eksekutif perusahaan. Selain ada yang mengikuti program sekolah sehari penuh dari pagi sampai sore, masih ada aneka les dan kegiatan ekstra lain yang mesti dijalani. Setiap jenis kegiatan tersebut umumnya bermuara pada serangkaian ujian atau tes dalam berbagai format. Begitu berlimpahnya materi yang harus dikuasai untuk memenangkan ujian-ujian itu acapkali menempatkan para pelajar dalam kondisi kecemasan kronis yang akhirnya bermuara pada stress.

Dua lembaga yang memiliki peranan terpenting dalam menyiapkan kondisi pelajar agar senantiasa prima lahir-batin dalam menghadapi berbagai tes atau ujian baik yang bersifat akademik atau non akademik, selain dirinya sendiri, adalah keluarga dan sekolah. Sekolah terutama bertugas untuk mengasah kecerdasan rasional melalui pelajaran-pelajaran berbasis kurikulum pendidikan nasional, sementara keluarga –khususnya orangtua- diharapkan dapat menempa kecerdasan emosional pelajar agar mentalnya siap untuk menerima keberhasilan atau kegagalan secara proporsional.

Menurut Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence, kunci sukses dalam kehidupan ini adalah kecerdasan emosional yang diukur berdasarkan kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri. Kedua hal itu, dalam Islam, dikenal sebagai kesabaran. Ada tiga jenis kesabaran; yaitu sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam melakukan ibadah, dan sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.

Ketiga jenis kesabaran tersebut di atas seyogyanya dipompakan secara terpadu pada diri anak bersamaan dengan pemberian asupan gizi yang berimbang sehingga diharapkan dia memiliki stamina fisik dan mental yang kokoh. Dua langkah praktis yang dapat dilakukan dalam mengoptimalkan persiapan anak menghadapi berbagai ujian dalam kehidupan adalah

1.Pemberian makanan bergizi

2.Konseling internal kekeluargaan

1.Pemberian Makanan Bergizi

Pemberian protein ekstra melalui asupan makanan sumberprotein hewani seperti telur, daging, dan susu; maupun protein nabati yang berasal dari kacang-kacangan –terutama kedelai dan hasil olahannya- sangat dianjurkan sebagai cara mengkonversi berkurangnyawaktu tidur seiring bertambahnya porsi waktu belajar mendekati pelaksanaan ujian. Sebagaimana diketahui tidurmerupakan proses perbaikan sel-sel tubuh yang rusak dan kinerja pertahanan tubuh terhadap penyakit, berkurangnya waktu tidur dikuatirkan akan mengganggu proses ini yang bila berlarut-larut dapat menurunkan kualitas kesehatan. Asupan protein ekstra tidak dapat menggantikan fungsi tidur namun diharapkan dapat meminimalkan pengaruh negatif akibat kurangnya waktu tidur dalam jangka panjang. Madu juga dianjurkan untuk dikonsumsi karena kandungan antiseptic, antibiotic, vitamin dan enzim lengkapnya merupakan factor pertumbuhan yang dapat merangsang perbaikan sel-sel tubuh (Suseno Ridwan, 2008).

Pemberian sayuran dan buah-buahan pun tidak boleh dilupakan , terutama komoditas yang banyak mengandung vitamin B Kompleks, A, dan C. Vitamin B Kompleks diperlukan untuk mengoptimalkan pembentukan dan pemanfaatan energi serta meningkatkan kualitas darah sebagai penyalur oksigen ke otak hingga anak tidak mudah lelah. Kacang merah ditengarai memiliki kandungan B Kompleks yang tinggi. Selanjutnya karena pelajar akan sangat banyak membaca, pemberian buah berwarna jingga dan sayuran hijau tua sebagai sumber vitamin A harus dilakukan untuk menjaga kesehatan matanya. Lalu jeruk, pir, dan buah lain yang mengandung rasa asam sangat dianjurkan sebagai suplai vitamin C yang diyakini dapat mempertinggi daya tahan tubuh terhadap penyakit maupun stress.

2.Konseling Internal Kekeluargaan

Kesabaran sebagai inti kecerdasan emosional dapat dipupuk dalam diri anak melalui proses konseling internal keluarga. Di sini orangtua, khususnya ayah/ibu yang memiliki lebih banyak waktu di rumah, merupakan motivator utama. Ada tiga peran yang harus dijalankan sama baiknya oleh orangtua berkaitan dengan hal ini; yaitu sebagai sahabat, pembimbing keagamaan, dan manajer pribadi anak.

Sebagai sahabat, orangtua harus senantiasa mendukung dan membesarkan hati anak serta mampu menjadi tempat curahan hati saat dia mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan, misalnya kesulitan menerima pelajaran tertentu, secara terbuka tanpa takut dihakimi. Selain anak, orangtua pun perlu menempa kesabaran dalam menjalankan peran ini agar tercipta interaksi dialogis yang positif.

Selanjutnya sebagai pembimbing keagamaan, orangtua dapat merekomendasikan jenis ibadah yang memang berfungsi untuk melatih kesabaran, misalnya puasa sunah Senin dan Kamis. Dampingi anak saat sahur dan berbuka untuk menunjukkan dukungan. Kesunyian di waktu sahur dapat memberikan efek menentramkan jiwa hingga merangsang otaknya untuk bekerja maksimal tanpa tekanan. Sementara kegembiraan menanti saat berbuka dan sesudahnya dapat membangkitkan energi baru yang memulihkan keletihan setelah aktifitas belajar seharian. Kondisi berpuasa juga akan membuatnya lebih fokus hingga memudahkan proses penyerapan materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah.

Libatkan pula saudara-saudaranya, yang juga berada dalam kondisi serupa dengannya, untuk menjadi pendukung spiritual satu sama lain. Fasilitasi kegiatan tadarus atau mengaji Al Qur’an sekeluarga minimal satu minggu sekali dan lakukan doa bersama sesudahnya untuk memohonkan hasil terbaik bagi ikhtiar seluruh anggota keluarga. Hal ini akan mencegah stress yang berlebihan dan memunculkan optimisme.

Selanjutnya, sebagai manajer pribadi anak, orangtua harus pandai-pandai menciptakan kesempatan untuk memberikan gambaran serealistis mungkin pada anak seputar ujian-ujian yang akan dihadapinya. Bila ujian yang tengah dihadapi tergolong jenis ujian harian, maka tugas orangtua adalah memberikan dorongan secara bijak tanpa berlebihan agar anak memiliki pola belajar yang teratur. Sesekali luangkan waktu untuk memberi masukan pada anak bahwa persiapan yang baik umumnya akan membuahkan hasil yang baik, namun ada kalanya seseorang juga menuai hasil yang tidak sesuai harapan. Dengan demikian anak dapat menyikapi keberhasilan atau kegagalan dengan sama baiknya..

Berikan pula kesempatan bagi anak untuk melakukan kegiatan rekreatif, membaca komik atau main game kesukaannya, sebagai penyegar di tengah jadwal belajarnya yang padat sebagai penyeimbang. Olahraga ringan juga selayaknya dipertahankan untuk menjaga kebugaran tubuh. Hal terakhir ini terkadang luput dari perhatian para orangtua yang umumnya lebih memusatkan diri pada seberapa lama anak-anak mereka memegang buku atau duduk di meja belajar. Padahal stamina yang baik merupakan modal bagi anak-anak jaman sekarang untuk melakoni segala proses pendidikan mereka dan keluar sebagai pemenang..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun