Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Reportase Awam dari Kamar Bedah Mata Katarak

10 Oktober 2014   22:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:33 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu (20/8) saya beruntung mendapat kesempatan menyaksikan langsung dan mengabadikan proses Operasi Mata Katarak (OMK) massal gratis di RS Guntur, Garut, dalam agenda bhakti sosial Menwa Mahawarman Yon II Unpad Bandung dimana kebetulan saya bertindak selaku pendamping para yunior di situ.

Mbak Wid, lengkapnya dr Widjajanti Utojo, SpM; merupakan penanggung jawab medis dan senior nun jauh di atas saya namun melihat cantiknya…wah, kami malah jadi seperti kakak-adik, padahal beliau sudah jadi anggota Menwa saat saya masih bocah ingusan banget ! Pertanyaan pertama yang diajukan saat saya memasuki ruang bedah dengan kostum khusus jas operasi, masker, shower cap, “Mbak Yun, takut darah, nggak?”

“Nggak.” Jawabku tegas, pengalaman di lapangan saat harus berurusan dengan kejutan-kejutan macam menangani telapak kaki terbelah, jemari balita terbakar, dan sejenisnya, alhamdulillah, bisa kutangani dengan ‘dingin’ (habis kalau terbawa panik juga, bisa-bisa ada korban tewas kehabisan darah, kan?). FYI, saya ini alumnus Fakultas Pertanian Unpad yang belajar sedikit-sedikit soal SAR dan terkondisikan musti sigap merespon kondisi darurat.

Prosesi operasi katarak, sebagai lazimnya operasi-operasi lain, dimulai dengan pembiusan pasien yang kali ini bersifat lokal hanya pada area yang akan dioperasi dan sekitarnya. Jadi pasien masih merasakan aktifitas-aktifitas yang dilakukan dokter bedah padanya minus rasa sakit. Setelah penanggungjawab anastesi / bius mengatakan siap, maka Mbak Wid pun mula beraksi didampingi para asistennya yang akan  siaga menyodorkan peralatan operasi dan memastikan pasien dalam kondisi baik sepanjang prosedur operasi berlangsung. Selanjutnya, bagi yang tak ngeri melihat darah atau adegan iris-jahit memakai pisau bedah – jarum operasi bisa menyimak hasil jepretan saya berikut.

[caption id="attachment_365374" align="aligncenter" width="614" caption="Rangkaian operasi katarak (dok WS)"][/caption]

Prosedur OMK dalam observasi awam saya terdiri atas beberapa langkah pokok, yakni diawali dengan desinfeksi , pembiusan, pembukaan selaput depan bola mata dengan semacam pinset, setelah selaput transparan terlepas selanjutnya mencungkil ‘biang’ katarak yang menyerupai lensa kontak terbuat dari daging menggunakan semacam sendok keruk berukuran kecil, Mbak Wid memperlihatkannya secara khusus kepada saya,”Ini lho yang mesti diganti dalam mata katarak.”Ujarnya sembari memberi ksempatan pada saya untuk memotretnya ( lihat gambar a pada foto prosedur OMK di atas).

Setelah dibersihkan dengan cairan tertentu menggunakan selang khusus berukuran sangat kecil dan diinjeksi, barulah lensa buatan pengganti ‘biang’ katarak tadi ditanamkan ke dalam mata, lalu dilanjutkan dengan penjahitan kornea menggunakan jarum-benang khusus. Langkah berikutnya adalah pembasahan/irigasi, injeksi udara, injeksi obat, pemberian salep mata dan operasi ditutup dengan pembalutan mata yang dioperasi menggunakan  kain kasa serta dof. Selanjutnya pasien diantar ke ruang pemulihan untuk beristirahat selama beberapa jam dan setelah dipastikan tak ada komplikasi paska operasi, mereka diijinkan pulang dengan catatan harus melakukan control ulang seminggu kemudian. Begitulah, dunia yang lebih terang benderang  sepanjang hayat yang tersisa merupakan doa bagi para pasien OMK massal tersebut.

[caption id="attachment_365378" align="aligncenter" width="614" caption="Foto bareng usai baksos, senyum Mbak Wid manis sekali (dok WS)"]

14129294871524876113
14129294871524876113
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun