[caption id="attachment_118531" align="aligncenter" width="604" caption="...Melakukan yang terbaik untuk membela negara...(dok YonII)"][/caption] Besok (25/6) segenap Civitas Korps Resimen Mahawarman Jawa Barat akan menghadiri acara puncak hari ulangtahun mereka yang ke-52, berupa upacara militer yang digelar di Lapang Gasibu- Bandung tepat di seberang Gedung Sate sejak pukul 08.00 Wib. Ulang tahun itu sebenarnya jatuh pada 13 Juni 2011 lalu namun karena mayoritas anggota mereka yang notabene mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi itu harus mengikuti ujian akhir semester, maka upacara militer pun mesti diundurkan. Sebagaimana slogan Widya Castrena Dharma Siddha di lambang kesatuan mereka yang bermakna ‘penyempurnaan pengabdian (pada bangsa dan negara) dengan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan’, maka kepada para anggota ditekankan untuk memprioritaskan pendidikan mereka.
[caption id="attachment_118536" align="alignleft" width="180" caption="Pena dan senapan untuk melindungi bangsa"][/caption] Kasmenwa Mahawarman,Kurniawan; dalam pesan singkatnya menyatakan bahwa yang bertindak selaku Inspektur Upacara adalah Danmen, Djoni Widjaja Aluwi, dengan Komandan Upacara Aster Skomen, Tian Tirtana, dan empat kompi pasukan berseragam lengkap dipastikan sebagai peserta upacara. Selain itu segenap jajaran Staf Komando Resimen (Skomen) Mahawarman, delegasi utusan semua batalyon Menwa se- Jawa Barat, Staf Korps Mahawarman dan Menwa Indonesia, serta para alumni Menwa Mahawarman telah memberikan konfirmasi akan datang pada upacara tersebut selain untuk merenungi hikmah perjalanan panjang korps, juga untuk memberikan dukungan moril bagi Skomen yang saat ini tengah menghadapi sebuah ujian seputar wacana relokasi Markas Komando Mahawarman yang kini permasalahannya tengah bergulir di pengadilan (lihat juga http://hukum.kompasiana.com/2011/06/12/konflik-%E2%80%98-bapak-anak%E2%80%99-di-markas-surapati-29-bandung/).
Mahawarman secara historis lahir sebagai bentuk respon terhadap perlawanan kelompok separatis Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat ditambah aspirasi para mahasiswa yang ingin berbuat sesuatu untuk melindungi bangsa mereka yang tengah carut-marut waktu itu diakomodir pemerintah dengan mengeluarkan SK Pangdam VI Siliwangi no.40/2/5 tahun 1959 tentang diterapkannya wajib latih (kemiliteran) bagi mahasiswa yang populer dengan sebutan Walawa. Angkatan pertama Walawa melibatkan 960 mahasiswa dari tiga perguruan tinggi terkemuka Jawa Barat ( ITB, Unpad, Unpar) dan pelatihannya secara resmi dimulai pada tanggal 13 Juni 1959 dengan upacara defile yang dihadiri oleh Jendral Abdul Haris Nasution. Pemberian nama Mahawarman untuk cikal bakal Menwa Indonesia tersebut juga dilakukan oleh beliau saat itu
Setelah menjalani latihan kemiliteran taktis di bawah pengarahan para instruktur berpengalaman dari Kodam VI/ Siliwangi, para perintis Menwa ini membuktikan kesadaran bela negara mereka dengan terjun langsung mempertaruhkan nyawa saat mendukung TNI menghadapi gempuran berbagai kelompok separatis, merebut kembali Irian Barat dari cengkraman kolonialis Belanda dalam Operasi Mandala Trikora (1962-1963), dan konflik bersenjata melawan Malaysia dalam Operasi Dwikora ( sekitar 1963- 1964). Ini bukan klaim kosong karena fakta memperlihatkan bahwa hingga tanggal 20 Mei 1971, sebanyak 802 (delapan ratus dua) orang anggota Menwa memperoleh anugerah Satya Lencana Penegak dan beberapa memperoleh anugerah Satya Lencana Dwikora. Pada 1965-1966 Menwa pun ditugaskan untuk, sebagai pendukung TNI, turut meredam kekacauan yang ditimbulkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) lewat makar Gerakan 30 September (G30S) mereka.
Pada tahun 1978 Korps Menwa pun terlibat aktif sebagai anggota Pasukan Perdamaian PBB yang ditugaskan ke Timur Tengah dan,masih pada tahun yang sama, mereka juga memberikan kontribusi bagi tanah air dalam konflik Timor Timur di era Presiden BJ Habibie. Sebenarnya masih banyak jasa mereka di luar area pertempuran yang luput dari catatan sejarah dan harus digali kembali sebagai modal pembelajaran cinta tanah air yang kian terkikis dari pemikiran generasi muda Indonesia akibat infiltrasi besar-besaran unsur budaya impor via internet.
Ketua Korps Mahawarman, Ir Budiono Kartohadiprodjo, dalam wawancara via telpon beberapa waktu lalu menyatakan adanya perkembangan yang sangat menggembirakan dalam segi kaderisasi, hal ini terlihat pada terjadinya peningkatan signifikan pada jumlah anggota baru Menwa tahun ini. Di Batalyon I /ITB, misalnya, tahun ini jumlah anggota baru Menwa hampir mencapai 100 orang, Batalyon II / Unpad sukses melantik Kompi AC yang beranggotakan hampir 50 orang, dan kabar gembira serupa juga terdengar dari kesatuan-kesatuan Menwa yang lain.
Bagaimana dari segi kualitas? Lebih lanjut Budiono menuturkan bahwa jurang perbedaan jaman antara generasi Wala 59 dengan generasi sekarang adalah sesuatu yang bersifat alamiah, maka sangatlah tidak bijaksana melontarkan penilaian buruk tentang performa para anggota Menwa di masa kini hanya karena menjalani metode diklatsar yang berbeda dari pendahulunya. Ada benang merah yang menghubungkan semua generasi Menwa dan tetap relevan sebagai indikator kualitas, yakni Panca Dharma Satya (PDS).
PDS adalah sebentuk ikrar yang dilandasi tekad dan kesadaran sebagai warganegara Indonesia tentang tanggung jawab serta kehormatan untuk terus membela negara ini dengan keberpihakan pada nilai kejujuran-kebenaran-keadilan sebagai realisasi dari pemahaman jiwa ksatria yang bertakwa kepada Tuhan YME. PDS juga menekankan penghormatan pada garba ilmiah (sumber ilmu pengetahuan) sebagai modal untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan negara ini. Selain itu kalimat terakhir butir kelima dengan tegas menyatakan kedudukan Korps Menwa yang ‘mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi maupun golongan’.
Partai-partai politik yang, karena pekatnya euforia Pemilu 2014, sibuk berebut saham pengaruh di kalangan terdidik ini mestinya menyadari bahwa sejatinya Korps Menwa hanya mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara Indonesia, jadi mencoba mengusung resimen ini untuk kepentingan partai atau golongan tertentu adalah sebuah kebodohan fundamental. Sebaliknya Civitas Korps Menwa pun harus menyadari kedudukan mereka ibarat seekor burung garuda yang berani menjelajah cakrawala tanpa gentar meski sendirian. Ada aspirasi ratusan juta jiwa penduduk Indonesia yang menderita akibat kezaliman sistematis dan menunggu sosok kuat yang amanah untuk memperjuangkan kemaslahatan mereka. Jadi tumbuhlah sebagai garuda tangguh agar harapan mereka dapat terpenuhi. Bravo Resimen Mahawarman!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H