[caption caption="Menanti kelahiran buku selanjutnya (dok WS)"][/caption]21 April yang bertepatan dengan perayaan Hari Kartini akan selalu menjadi hari spesial dalam hidupku karena pada tanggal itu di tahun 2012 silam, buku pertamaku diluncurkan. Setelah debut publikasi di beberapa media cetak dari mulai koran, tabloid, sampai majalah semasa kuliah dengan berbagai jenis artikel, opini, serta dua buah cerita bersambung di salah satu harian tertua di Jawa Barat, ‘Pikiran Rakyat’; kupikir aku bakal punya barang satu-dua novel sebagai pembuka daftar buku-buku yang akan kulahirkan ke tengah masyarakat. Namun skenario Rabb mengguratkan alur cerita yang di luar dugaan.
Berawal dari akun Kompasiana yang kujadikan galeri tulisanku sejak 2010 dan setiap postingnya kusebar juga via Facebook, termasuk hasil liputan momen reuni akbar Korps Menwa Yon II Unpad yang sukses menggondol highlight Kompasiana (14/2/2011) sekaligus bonus sambutan meriah saat tautannya kulempar ke grup. Bincang canda nostalgik era 60-an dari para sesepuh sampai generasi abad 21 selama reuni yang berlangsung selama dua hari itu kupikir sayang sekali kalau harus dilewatkan begitu saja, hngga terbetiklah niat untuk mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan. Semula akan kujadikan semacam serial di akun Kompasiana-ku setelah diperkaya dengan riset referensi secukupnya, namun begitulah Rabb menghadirkan fenomena ‘pucuk dicinta ulam pun tiba’…
Seseorang yang minta disebut Mr Incognito menyapaku via pesan pendek ,”Kalau Yuni yang nulis buku tentang Yon II kayaknya cocok deh ..”
Maka tibalah fase ‘gayung pun bersambut’, bukan hanya dariku saja karena ternyata ‘kerinduan’ membukukan kisah-kasih seru perjuangan agar layak mengenakan Baret Ungu dirasakan pula oleh Civitas Korps yang lain, lintas generasi-lintas kompi. Para senior yang telah berjibaku dengan aktifitas Menwa saat bunda belum melahirkanku ke jagad ramai ini begitu antusias menjadi narasumber bagi penulisan buku ini, begitu pula dari generasi yunior yang bersemangat mengirim draf tulisan seputar perjuangan mereka untuk diabadikan. Belakangan, dalam perjalanan berburu referensi tertulis, aku mendapati bahwa pustaka khusus tentang Menwa memang masih terbilang langka.
Kurang-lebih setahun proses maraton penulisan kulalui dan Mr Incognito berkenan jadi sponsor tunggal untuk biaya operasional penulisan dari awal sampai akhirnya, alhamdulillah, buku itu sukses diluncurkan pada sebuah senja beranjak malam di Kampus Unpad, kawasan Bukit Dago Utara, Bandung. Puluhan orang tamu hadir dari kalangan saudara se-Korps Yon II Unpad, kawan-kawan Menwa Mahawarman lintas batalyon, dan media. Resmilah ‘Patriotisme & Dinamika Resimen Kampus’ menjadi buku sulungku yang hingga kini, meski masih jauh banget dari ‘Harry Potter’nya JK Rowling, masih terus membukukan penjualan. Hal lain yang membuatku tersentuh adalah beberapa pesan via inbox yang menyebutkan buku nan sederhana itu telah menjadi bagian dalam penulisan skripsi maupun disertasi para pengirim pesan. Alhamdulillah …
Setelah kelahiran ‘Resimen Kampus’, berikutnya beberapa tulisanku di Kompasiana lolos seleksi proyek penulisan buku kerjasama antara Kompasiana dengan Bentang Pustaka, yakni ‘Cinta Indonesia Setengah’ (2013) dan ‘Jelajah Negeri Sendiri’ (2014). Selanjutnya ada beberapa draf buku yang kulahirkan atas permintaan klien, baik perorangan maupun instansi, sepanjang 2013-2014. Buku teranyarku adalah mini biografi seorang veteran perang kemerdekaan Indonesia asal Ranah Minang yang bertajuk ‘Samaun Karim, Dari Medan Perang Ke Kantin Masakan Padang’ (2015) yang kutulis atas permintaan buah hati beliau yang berharap segenap dinamika perjuangan Sang Ayah dapat menjadi inspirasi positif penjaga nyala semangat juang anak-cucu-buyut di berbagai bidang kehidupan yang ditekuni.
Sekarang, di awal tahun 2016, ini aku masih menjalani proses menuju inseminasi pemikiran seraya berdoa akan memperoleh embrio inspirasi positif terbaik dan melahirkan buku yang jauh lebih besar manfaatnya dibanding karya-karya terdahulu. Aamiin YRA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H