Mohon tunggu...
arif wibowo
arif wibowo Mohon Tunggu... -

mlaku-mlaku golek ilmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia dan Qatar, sebuah catatan tertinggal

9 Oktober 2011   15:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:09 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Muhammad bin Jakfar Shiddiq bin Muhammad Bakar bin Ali Zainul Abidin bin Hassanbin Ali bin Abu Thalib, memberontak terhadap Khalifah Makmun ibn Harun Al Rasyid yang berkedudukan di Baghdad. Pada pemberontakan itu, Muhammad bin Jakfar memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah yang berkedudukan di Mekkah. Khalifah Al Makmun segera mengirimkan segera mengirimkan angkatan perangnya ke Mekkah dan berhasil mengalahkan pasukan Muhammad bin Jakfar.Namun oleh Khalifah Al Makmun, tidak membunuh para pemberontak tersebut, ia menganjurkan agar para pemberontak meninggalkan negeri Arab, dengan tugas memperluas dakwah Islamiyah ke Hindi, Asia tenggara dan Timur Jauh.

Atas dasar anjuran Khalifah Al Makmun akhirnya dibentuklah angkatan Dakwah di bawah pimpinan Nahkoda Khalifah. Angkatan Dakwah nahkoda Khalifah itu beranggotakan 100 orang dari kalangan tokoh-tokoh Arab, Persia dan Hindi. Pada tahun 173 Hijriah, Kapal dakwah itu merapat di negeri Peurlak, Aceh. Negeri Peurlak saat itu merupakan sebuah kerajaan Hindu dan sebagian rakyatnya menganut ajaran Parbegu, sebuah kepercayaan lokal. Disebut negeri Peurlak karena di negeri yang terletak di Aceh Timur tersebut banyak sekali tumbuh pohon Peureulak, bahkan bisa dikatakan sebagai rimba Peureulak. Kayu Peureulak, merupakan bahan baku pembuat kapal yang bermutu tinggi. Sehingga sudah sejak lama kerajaan Peurlak ini didatangi oleh kapal-kapal dagang dari berbagai negeri seperti Arab, China, Persia, Hindi, Portugis dan Italia. Karena tujuan kedatangan mereka untuk mendapatkan kayu Peureulak, akhirnya bandar tempat mereka berlabuh dikenal sebagai Bandar Peurlak, yang juga merupakan ibukota kerajaan Peurlak.

Dalam catatan Abu Ishaq Makarany Al Pasy dalam kitab Idharul Haq Fi Mamlakah Ferlak, dijelaskan bahwa sang pimpinan Angkatan Dakwah, yakni Nahkoda Khalifah adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan sangat luas dan bijaksana, sehingga Sang Meurah (Maharaja Perlak) tertarik untuk mempelajai Islam. Beberapa anggota angkatan dakwah kemudian menetap di Peurlak dan mengawini perempuan setempat. Bahkan sang pimpinan pemberontak, yakni Muhammad bin Jakfar Shidiq diambil menantu oleh Meurah Perlak. Dalam waktu yang tidak lama, sekitar 50 tahun, Meurah Perlak dan seluruh rakyatnya telah memeluk Islam. Sehingga dalam catatan kitab Idharul Haq, pada tanggal 1 Muharram 225 Hijriah, Peurlak telah memproklamirkan dirinya sebagai sebuah Kerajaan Islam. Sebagai raja pertama dari Kerajaan Islam ini adalah Sulthan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Azis Syah, anak dari perkawinan campuran Peurlak – Qurays, Muhammad bin Jakfar Shiddiq dengan salahsatu Puteri Makhdum Tansyuri yang merupakan adik kandung Meurah Perlak. Ibukota kerajaan Peurlak pun diubah namanya dari Bandar Peurlak menjadi Bandar Khalifah, untuk mengenang jasa Nahkoda Khalifah dalam mendakwahkan Islam kepada masyarakat Peurlak.

Dalam peneluran bukti-bukti sejarah, Prof. Ali Hasymi memaparkan bahwa kerajaan Islam Peurlak telah mencetak mata uang sendiri yang dinamai dinar dan dirham Peurlak. Dan mata uang ini (dinar dan dirham Peurlak) adalah mata uang asli tertua yang ada di Nusantara. Sehingga bila kemudian di situs Majapahit yang terletak di Trowulan ditemukan mata uang emas yang bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad, kemungkinan dinar dan dirham Peurlak ini juga digunakan sebagai alat tukar di kerajaan Majapahit.

Menariknya, ketika Prof. Ali Hasymi mengunjungi Bahrain dan meneliti sejarah Nahkoda Khalifah mendapati fakta bahwa ternyata, para Amir Qatar dan Bahrain adalah keturunan dari Bani Khalifah, dimana salah satu nenek moyang mereka adalah nahkoda Khalifah yang memimpin Angkatan Dakwah dan berhasil meng Islamkan negeri Peurlak. Dari silsilah yang diteliti Prof. Ali Hasymi, selain ada yang menjadi penguasa seperti di Qatar, anak turun Bani Khalifah memang banyak yang menjadi ulama-ulama dan mujahid dakwah yang aktif mendakwahkan Islam ke seluruh dunia.

Oleh karena itu, ketika hari Senin besok Indonesia menjamu Qatar di Pra Piala Dunia, mari kita  fair play tak perlu pake petasan, laser ataupun lemparan botol. Sebab pada dasarnya kita bertanding dengan saudara sendiri yang telah membentuk ikatan darah dan sejarah dengan umat Islam di Indonesia.

Boyolali, 22.13 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun