Oleh
Sabrina Rachma Nisa, Laila Meiliyandrie Indah Wardani
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
"My type of leadership style would be a transactional leadership style. I believe that the employee should be given the basic rules and the room to improve their performance. In this way, they can grow with the guidance of management, yet, follow the structure set forth by the leadership of the company."
-Thomas Winnick
Organisasi Bergantung Pada Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagai sebuah fenomena kompleks yang membutuhkan proses yang terencana, terorganisir, bersifat jangka panjang dan berkesinambungan. Gaya kepemimpinan menjadi faktor terpenting yang menentukan keberhasilan perusahaan. Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai pola perilaku yang diterapkan seorang pemimpin untuk mengarahkan, mengendalikan atau memotivasi karyawan lainnya yang berkaitan dengan aktivitas kerja untuk mencapai tujuan tertentu. Terdapat salah satu gaya kepemimpinan yang dapat mengembangkan karyawan melalui kinerja dan meningkatkan motivasi dalam menjalankan tugas sesuai standar dengan memberikan sumber daya dan penghargaan sebagai bentuk pencapaian kinerja karyawan yang efektif, yaitu gaya kepemimpinan transaksional (Nurlina, 2022).
Fenomena gaya kepemimpinan merupakan isu yang menarik dan memiliki dampak yang besar dalam organisasi. Keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi, baik bisnis maupun sektor publik, biasanya dianggap sebagai tanggung jawab pemimpin. Meningkatkan kinerja karyawan juga merupakan suatu pencapaian dari tujuan pemimpin. Sesuai dengan penelitian Jufrizen (2020) bahwa kepemimpinan transaksional memberikan pengaruh terhadap kinerja karyawan. Pemimpin yang mampu mengidentifikasi keinginan akan membantu karyawan untuk mendapatkan arahan dalam melakukan pekerjaan yang memadai sehingga tindakan mereka sejalan dengan arahan yang menimbulkan hasil sesuai dengan yang diinginkan, dan memilih berbagai tugas yang diinginkan (Jufrizen, 2020). Fenomena ini menunjukkan bahwa pemimpin memahami kebutuhan dasar karyawannya dan menemukan solusi terhadap cara kerja karyawannya.
Apa Pentingnya Kinerja Karyawan?
Sumber daya manusia memiliki kontribusi yang sangat penting untuk semua aktivitas di berbagai area organisasi dalam perusahaan, sehingga perusahaan diharapkan memiliki sumber daya yang kompeten untuk mencapai tujuannya dalam lingkungan yang kompetitif. Pemimpin yang tidak menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat akan mengakibatkan tugas-tugas yang bersifat kompleks menjadi kacau balau, sehingga dapat menghambat atau menghalangi tercapainya tujuan. Jika tidak ada kinerja karyawan, maka tidak akan mungkin dapat menjalankan suatu aktivitas, sehingga karyawan memegang peranan penting dalam menjalankan kegiatan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Kinerja karyawan memegang peranan yang krusial pada sebuah organisasi, karena dengan adanya produktivitas yang tinggi, maka absensi atau alasan tidak bekerja akibat kemalasan dapat dikurangi, selain itu dengan produktivitas yang tinggi pekerjaan yang ditugaskan akan terselesaikan dalam jangka waktu yang relatif singkat dan tujuan perusahaan akan tercapai (Darmasaputra, 2019).
Berdasarkan penelitian Ainsworth (dalam Aisah 2020), kinerja sebagai hasil dari adanya interaksi antara kemampuan, motivasi dan kapabilitas yang dimiliki oleh karyawan. Kemampuan tersebut terbentuk dari keterampilan, pengetahuan, kompetensi. Motivasi terbentuk dari interaksi yang terjadi antara sikap dan situasi. Sedangkan kapabilitas bergantung pada lingkungan. Jika perusahaan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi semua hal di atas, tidak menutup kemungkinan penciptaan kinerja karyawan dapat dioptimalkan. Kinerja dapat dipengaruhi dari variabel-variabel terkait pekerjaan, diantaranya stres jabatan dan konflik di tempat kerja dan di luar pekerjaan. Menurut Robins (dalam Silaen dkk, 2021) Ada sejumlah indikator dalam proses evaluasi kinerja karyawan, yaitu:
1.Kualitas pekerjaan, yang mengacu pada keunggulan tugas dibandingkan dengan keterampilan dan kemampuan karyawan dan penilaian terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan.
2.Kuantitas kerja yakni banyaknya hasil kerja yang dinyatakan dalam unit atau siklus kerja yang dilakukan.
3.Ketepatan waktu yang dimaksud adalah penyelesaian aktivitas suatu pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk mengerjakan aktivitas lain.
4.Efisiensi adalah meningkatkan output dari setiap unit dalam penggunaan sarana dengan memaksimalkan tingkatan pendayagunaan sumber daya organisasi seperti tenaga kerja, dana maupun material yang dibutuhkan.
5.Komitmen mengacu pada seberapa jauh karyawan dapat menjalankan fungsi atau tugas pekerjaannya dalam hubungannya dengan instansi perusahaan.
Bagaimana melakukan penerapan gaya kepemimpinan transaksional?
Menurut Saputra (2019), gaya kepemimpinan transaksional berfokus pada beberapa nilai, yaitu nilai moral individu setiap karyawan, seperti kejujuran dan tanggung jawab. Tujuan dari kepemimpinan tersebut yakni memberikan kesempatan kepada karyawan agar dapat berkembang di tempat kerja sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Heru (dalam Saputra 2019) ada beberapa rangkaian implementasi gaya kepemimpinan transaksional, yaitu terselenggaranya kesepakatan kontraprestasi atas capaian hasil yang diraih anggota, disertai imbalan oleh pemimpin atas penghargaan kinerja. Pimpinan memantau performa pegawainya dan jika dinilai belum selaras terhadap kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya, maka pimpinan memberikan tindakan tegas kepada anggota yang dinilai tidak sesuai dengan kesepakatan. Seorang pemimpin hanya memberikan intervensi apabila anggota gagal mencapai target yang telah ditetapkan. Pemimpin memberikan kepercayaan penuh kepada anggotanya dan diperkenankan untuk mengambil keputusan yang dianggap dapat membantu upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Segala sesuatu mempunyai keunggulan maupun keterbatasannya masing-masing. Pada kasus ini keunggulan dari kepemimpinan model ini yakni mampu memotivasi karyawan untuk meningkatkan potensi dirinya dalam bekerja dan terpacu untuk mengembangkan kinerjanya melalui imbalan yang diberikan oleh pemimpin atas pekerjaan yang telah dilakukan. Lalu, untuk keterbatasan dari kepemimpinan ini terletak pada kompetisi yang terjadi antar kurangnya rasa keterikatan terhadap organisasi oleh para karyawan, rendahnya komitmen terhadap organisasi, dan pengabaian terhadap eksistensi organisasi itu sendiri (Saputra, 2019).
Referensi
- Aisah, S. N. (2020). Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Bulletin of Management and Business, 1(2), 42-50.
- Darmasaputra, I. K. A., & Sudibya, I. G. A. G. A. (2019). Pengaruh Kepemimpinan Transaksional, Budaya Organisasi, dan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan. Â E-Jurnal Manajemen, 8(9), 5847-5866. https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2019.v08.i09.p24
- Jufrizen, J., & Lubis, A. S. P. (2020). Pengaruh kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional terhadap kinerja pegawai dengan locus of control sebagai variabel moderating. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 3(1), 41-59. https://doi.org/10.30596/maneggio.v3i1.4874
- Nurlina, N. (2022). Examining Linkage Between Transactional Leadership, Organizational Culture, Commitment and Compensation on Work Satisfaction and Performance. Golden Ratio of Human Resource Management, 2(2), 108-122. https://doi.org/10.52970/grhrm.v2i2.182
- Saputra, B. R. (2019). Kepemimpinan Transaksional dalam Bidang Pendidikan. Revitalisasi Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Era Revolusi Industri 4.0.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H