Mohon tunggu...
Sabrina Mumtaz
Sabrina Mumtaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Salatiga

Saya memiliki hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Situs Makam Syeikh Subakir Gunung Tidar Magelang

26 Juni 2023   19:06 Diperbarui: 26 Juni 2023   19:10 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstract (English)
Religious tourism is common in the world of tourism. This tourism emerged from the habit of the people to make pilgrimages and tours. Religion and belief factors that dominate people to travel long distances for days to take part in religious tourism. Mount Tidar, located in Magelang City, is one of the tourist destinations that is often used as a religious tourism object. Mount Tidar is known as "Pakuning the land of Java". Mount Tidar with a height of 503m above sea level is a beautiful tour because it is a forest that is mostly overgrown with pine trees. In addition, on Mount Tidar there are several graves that are considered sacred by the community. The tombs are the graves of Kyai Semar, Kyai Sepanjang and also the tomb of Syeh Subakir. Syeikh Subakir's tomb in Magersari Magelang, Central Java, is one of the tourist attractions in Magersari village, Magelang regency. Syeikh Subakir's grave in Magersari Magelang, Central Java, is a tourist spot that is visited by tourists on weekdays and holidays. Either just look at the historical side of Mount Tidar which is in the top spot or make a pilgrimage to the tomb.

Abstract (Indonesian)
Wisata religi merupakan hal yang biasa dalam dunia pariwisata. Wisata ini muncul dari kebiasaan masyarakat melakukan ziarah dan berwisata. Faktor agama dan kepercayaan yang mendominasi masyarakat untuk melakukan perjalanan jauh selama berhari-hari untuk mengikuti wisata religi. Gunung Tidar yang terletak di Kota Magelang, merupakan salah satu destinasi wisata yang sering dijadikan sebagai objek wisata religi. Gunung Tidar dikenal sebagai "Pakuning tanah jawa". Gunung Tidar dengan ketinggian 503m diatas permukaan air laut ini adalah wisata yang masih asri karena merupakan hutan yang sebagian besar ditumbuhi oleh tumbuhan pinus. Selain itu, di Gunung tidar ini terdapat beberapa makam yang dianggap kramat oleh masyarakat. Makam tersebut adalah Makam Kyai Semar, Kyai Sepanjang dan juga Makam Syeh Subakir.Makam Syeikh Subakir di Magersari Magelang Jawa Tengah adalah salah satu tempat wisata yang berada di desa Magersari, Kabupaten Magelang. Makam Syeikh Subakir di Magersari Magelang Jawa Tengah adalah tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan pada hari biasa maupun hari libur. Baik hanya sekedar melihat sisi sejarah dari Gunung Tidar yang berada ditempat teratas maupun berziarah dimakam.

PENDAHULUAN


A. Pengertian Makam
Makam menurut kamus besar bahasa Indonesia sama halnya dengan kubur, yang artinya tempat untuk memakamkan jenazah atau lubang dalam tanah yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan atau menguburkan orang yang telah meninggal. Makam berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata maqam yang berarti tempat, status, atau hirarki. Tempat menyimpan jenazah sendiri dalam bahasa Arab disebut Qabr. Kata makam atau kubur biasanya memperoleh akhiran, sehingga jika diungkapkan kuburan, makaman atau pemakaman yang umumnya digunakan untuk menyebut tempat menguburkan atau memakamkan mayat atau jenazah.
Pemakaman adalah tempat mengubur jenazah orang yang telah meninggal. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman. Pengelolaan tanah tempat pemakaman di Indonesia dewasa ini kenyataannya dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu:
1) Tempat Pemakaman Umum. Tempat Pemakaman Umum ini dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa, dimana areal tanah tersebut disediakan untuk pemakaman jenazah bagi seluruh anggota masyarakat dengan tidak membedakan agama, bangsa atau kewarganegaraannya.
2) Tempat Pemakaman Bukan Umum. Tempat Pemakaman Bukan Umum yang disebut juga sebagai Tempat Pemakaman Partikelir, pengelolaannya ini dilakukan oleh swasta dan hanya dimungkinkan oleh suatu Badan Hukum/ Yayasan yang bergerak di bidang sosial atau keagamaan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Pemerintah Daerah.
3) Tempat Pemakaman Khusus. Selain Tempat Pemakaman Umum dan Tempat Pemakaman Bukan Umum tersebut di atas, terdapat tempat-tempat pemakaman yang mempunyai nilai sejarah dan budaya seperti pemakaman para Wali (MakamWali Songo), Raja-raja (Pemakaman Imegiri), tempat pemakaman para pahlawan dan pejuang bangsa (Taman Makam Pahlawan) serta tempat pemakaman perang Belanda di tujuh kota sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1971.
B. Fungsi Pemakaman
Area Pemakaman memliki beberapa fungsi diantaranya sebagai berikut:
1) Sebagai tempat penyemayan jenazah
2) Tempat untuk melakukan ziarah mengingat dan menghormati almarhum
3) Sebagai pengingat kematian bagi manusia yang masih hidup
4) Sebagai area peresapan air hujan
5) Sebagai bagian dari ruang terbuka hijau kota

C. Elemen Pemakaman
Terdapat beberapa elemen yang ada pada pemakaman antara lain:
1) Petak kubur
2) Vegetasi (Pohon , perdu, tanaman penutup tanah,dll)
3) Penanda makam (kijing, semen, kayu, tanah ditinggikan,dll)
4) Jalan Setapak
5) Perkerasan
6) Bangunan penjaga makam
7) Saluran drainase
8) Area cuci kaki

D. Karakter Pemakaman
Beberapa karakteristik pemakaman di Indonesia, antara lain
1) Relatif sepi
2) Dominasi vegetasi plumeria (kambuja)
3) Terdapat petak makam
4) Terkesan angker dan menakutkan
5) Merupakan tempat berziarah
6) Secara audio cenderung tenang
7) Terdapat pelayanan pendukung pemakaman
8) Kegiatan dibatasi aturan
Dari beberapa penjelasan diatas, yang akan di jelaskan disini adalah pemakaman khusus yakni makam salah satu wali penyebar agama islam di pulau Jawa. Perkembangan islam dijawa tidak serta merta hanya sebuah cerita pendek. Perjalanan dan perkembangan islam memiliki sejarah yang panjang dan menarik.
Para ahli sejarah sepakat, bahwa Islam datang ke pulau Jawa ini pada masa pemerintahan raja-raja Hindu. Masuknya  Islam di Jawa ini dapat kita temukan dalam prasasti makam yang ada di Leran, Gresik, yakni di makam Fatimah binti Maimun, yang wafat pada tahun 1087 M. Beliau ini di identifikasi sebagai keturunan Nabi dan menjadi penyebar Islam di Daerah Gresik. Prasasti ini memberikan bukti autentik bahwasanya Islam telah menyebar di Jawa, khususnya di Jawa Timur pada masa pemerintahan Hindu yakni pada masa pemerintahan Raja Airlangga.
Berbicara tentang Islamisasi di tanah Jawa, sesungguhnya masih menyimpan banyak sekali yang belum terkuak. Baik melalui kesusastraan Jawa maupun sejarah yang ada di tanah Jawa ini. Terutama cerita yang berkembang di tengah masyarakat Jawa khususnya kawasan Mataraman tentang Syeikh Subakir. Syeikh Subakir merupakan seorang ulama yang terkenal dan berasal dari Persia/Iran.
Syaikh Subakir merupakan sosok wali yang mempunyai pengetahuan luas serta olah batin yang kuat. Melalui kemampuan ini, diceritakan dalam Kitab Musarar beliau dapat berinteraksi dengan dunia gaib. Selama di pulau Jawa, Syaikh Subakir dikenal sebagai penakluk tanah Jawa yang didominasi oleh jin dan setan. Dijelaskan pula bahwa beliau memiliki keahlian dalam membersihkan daerah yang dikenal angker (Romadhon, 2017).
Syeikh Subakir ini dikenal sebagai satu-satunya ulama atau bisa dikatakan sebagai Walisanga generasi pertama yang memiliki keahlian dalam hal rukyah sekaligus menumbali daerah-daerah anker yang di huni oleh bangsa jin, setan, dan lain sebagainya. Kecerdasan dan kemampuannyalah yang di percaya sebagai pengantar kesuksesan para Walisanga dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Salah satu bukti bahwa Syeikh Subakir itu penyebar agama islam di Jawa yaitu terdapat Petilasan Syeikh Subakir yang berada di Magelang Jawa Tengah. Petilasan Syekh Subakir yang bearada di Gunung Tidar Magelang ini cukup unik, bentuknya seperti benteng, tempat ini merupakan tempat Syekh Subakir bertapa atau melakukan tirakat dengan membawa pustaka tombak yang dikenal dengan kiai sepanjang. Kemudian disamping makam terdapat seperti pendopo untuk para peziarah untuk beristirahat. Di depan gapura sebelum masuk makam juga terdapat masjid yang didirikan untuk para peziarah untuk melaksanakan ibadah solat.
Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah bagaimana sejarah perjalanan islamisasi Syekh Subakir di Tanah Jawa. Serta kondisi arkeologi makam tersebut, seperti Tipologi Bangunan Makam Syekh Subakir dan juga Ragam Hias Pola Motifnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang sejarah islamisasi Syeikh Subakir di tanah Jawa. Serta menjelaskan tipologi bangunan makam Syeikh Subakir dan pola motif ragam hias makam tersebut.

PEMBAHASAN


A. Biografi dan Sejarah Islamisasi Syekh Subakir di Jawa
Berdasarkan nasabnya, Syeikh Subakir merupakan seorang keturunan dari Salman al-Farisi yaitu seorang sahabat di jaman Rasulullah SAW yang memiliki semangat juang paling kuat dalam memperjuangkan Islam. Yang menjadi perang pertamanya yaitu Perang Khandaq, karena memang sebelumnya dia masih terbelenggu dengan sistem perbudakan dikala itu. Salman al-Farisi ini berasal dari Persia, beliau dikenal karena kecerdikannya dalam mengusulkan menggali parit di sekeliling kota Madinah ketika kaum kafir Qurasy Makkah datang menyerbu dalam perang Khandaq.
Salman al-Farisi berasal Iran (Persia) begitu pula dengan Syeikh Subakir. Seperti kata pepatah bahwa buah tidak akan jatuh jauh dari pohon induknya, demikian pula dengan Syeikh Subakir. Beliau menjadi sosok yang memiliki kehebatan luar biasa sebagaimana juga dengan Salman al-Farisi. Syeikh Subakir diutus ke pulau Jawa bersamaan dengan Walisanga periode pertama oleh Sultan Muhammad I dari Turki. Pada tahun 1404 M mereka berangkat ke tanah Jawa untuk melakukan dakwah Islam.
Berikut merupakan kesembilan nama Walisanga yang diutus ke Jawa untuk mengisi tanah Jawa:
1.Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2.Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand Rusia Selatan, ahli dalam hal pengobatan
3.Maulana Ahmad Jumadil Kubro, berasal dari Mesir.
4.Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko
5.Maulana Malik Isro'il
6.Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia (Iran), dengan keahlian dalam bidang pengobatan.
7.Maulana Hasanudin, berasal dari Palestina.
8.Maulana Aliyuddin, berasal dari Palestina.
9.Dan yang terakhir yaitu Syeikh Subakir, berasal dari Persia (Iran), ahli dalam bidang menumbali daerah anker yang di huni jin dan lain sebagainya atau ahli dalam hal meruqyah.
Syeikh Subakir ini merupakan sosok seorang yang 'alim serta berpengetahuan yang luas. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa dia adalah orang yang jenius serta mampu melakukan interaksi dengan menggunakan banyak bahasa. Perjuangan Syeikh Subakir dalam penyebaran agama Islam banyak memberikan pencerahan dalam mengatasi kegelapan dan kemusyrikan di masyarakat Jawa.
Selain itu, Syeikh Subakir juga memiliki sebuah keahlian yakni meruqyah. Ruqyah atau Rukyah ini merupakan sebuah metode penyembuhan dengan cara membacakan sesuatu kepada orang yang sakit akibat dari 'ain (mata hasad), sengatan hewan, sihir, racun, kerasukan, gangguan jin, dan lain sebagainya. Syeikh al-Bani mengatakan bahwa ruqyah adalah bacaan yang di baca untuk meminta kesembuhan yang berasal dari AlQur'an dan Hadits yang shahih.
 Sebagai seorang ulama yang diutus untuk menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa, tentunya banyak sekali halangan yang menghambat laju suksesnya syiar Islam. Selain faktor pertentangan kepercayaan dengan tetua adat dan masyarakat pribumi secara umum, hal lain yang menjadi tantangan berat saat itu adalah membersihkan pengaruh magis yang memang masih kuat di tanah Jawa. Di mana jin dan setan masih menempati setiap sudut Tanah Jawa yang masih kosong.
Namun, setelah Syeikh Subakir sudah mampu meredam amukan dan dapat mengembangkan agama Islam di tanah Jawa, kodratulloh masih tetap berlaku. Dimana kepercayaan lama tidak akan bisa untuk dihilangkan. Bagi seseorang yang imannya lemah, masih dapat kita temui sampai sekarang bahwa ada danyangan  yang harus disembah.
Eyang Ismoyojati adalah seorang pemomonge atau raja tanah Jawa yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Agung pada saat bumi tanah Jawa masih goyang. Yang mana penghuni tanah Jawa pada saat itu adalah para dedemit, jin, dan setan. Eyang Ismoyojati diciptakan oleh Tuhan Sang Pencipta untuk momong tanah jawa sampai 1100 tahun lamanya (Sumarlan/21 Mei 2023).


B. Makam atau Petilasan Syeikh Subakir
Petilasan Syekh Subakir yang berada di Gunung Tidar sebelumnya ditandai dengan adanya kijing yang terbuat dari kayu. Namun setelah dipugar, kijing tersebut diletakkan di pendopo dan diganti dengan batu fosil yang berasal dari Tulungagung serta dikelilingi pagar yang berupa tembok berbentuk lingkaran tanpa atap.
Terjadi kesepakatan diantara Eyang Ismoyo dengan Syekh Subakir yang dilakukan di alas Purwo yaitu tempat padepokan agung milik Eyang Ismoyo. Disana terdapat dua sumur yang baunya busuk dan Syekh Subakir diminta untuk nyabdo sumur atau mengharumkan kedua sumur tersebut agar dapat tinggal di pulau Jawa terkhusus di gunung tidar.Kemudian ia membacakan doa-doa (ruqyah) dengan ayat-ayat Al-Qur'an, as-sunah, serta dzikir menyebut nama Allah agar dapat merubah air tersebut menjadi harum. Dalam merubah bau air sumur tersebut, Syekh Subakir hanya mampu merubah satu sumur menjadi harum, sedangkan satunya tetap berbau busuk. Kedua sumur tersebut mempunyai arti dua kehidupan yang  berbeda. Satu sumur yang berbau harum menandakan kehidupan manusia, sementara sumur yang berbau busuk menandakan kehidupan jin dan setan. Hal tersebut menandakan bahwa antara kehidupan manusia dan jin yang lebih tinggi derajat maupun kedudukan adalah manusia.
 Adanya dua kehidupan tersebut bertujuan untuk menyejajarkan kehidupan di dunia serta untuk keseimbangan alam. Dimana ada harum pasti akan ada bau busuk, dan dimana ada orang baik pasti ada orang jahat. Maka dari itu, manusia harus berhati-hati dalam bertindak. Selain nyabdo air sumur, ada juga ruqyah atau sababiyah yang dilakukan Syekh Subakir di Gunung Tidar. Setelah itu, Syekh Subakir kembali ke tanah pusaran lagi. Dengan bantuan tombak daya pusaka yang bernama Kyai Sepanjang, serta diridhoi oleh Tuhan maka Syekh Subakir melakukan sababiyah atau ruqyah di Gunung Tidar. Dengan tujuan agar gunung Tidar bisa tentrem.Kemudian para dedemit takluk, dan saat itulah baru manusia bisa hidup di tanah Jawa. Jadi sebelum ditumbali, disababiyah atau diruqyah oleh Syekh Subakir, manusia tidak mampu hidup ditanah Jawa karena ganasnya para demit pada saat itu. Dedemit pada masa itu ganas, namun ketika Syekh Subakir menggunakan doa-doa lafal Al-Quran untuk meruqyah, dedemit akan hangus dan sebagian akan menyingkir dari situ.


C. Tipologi Bangunan Makam Syekh Subakir
Tipologi bangunan makam secara umum terdiri dari tiga bagian yaitu tipologi jirat makam, nisan, dan cungkup. Ketiga bagian tersebut merupakan unsur yang biasa ada pada suatu makam, meskipun seringkali tidak lengkap ada ketiga-tiganya.
Cungkup merupakan bangunan yang menaungi atau melidungi makam tersebut. Cungkup pun memiliki bentuk-bentuk yang berbeda sesuai dengan budaya masyaraka tersebut. Pada makam Syeikh Subakir tidak ada cungkupnya akan tetapi terdapat bangunan seperti benteng yang melingkari makam.
Jirat makam adalah bagian dasar dari bangunan makam yang bersentuhan dengan tanah dan menjadi batas terluar antara satu makam dengan makam yang lain. Jirat yang ada di makam Syeikh Subakir ini berbentuk sebuah fosil batu yang ukurannya lumayan besar dan panjang berbentuk seperti persegi panjang yang atasnya rata berbentuk setengah lingkaran.
Berdasarkan dari klasifikasi tersebut, menunjukkan bahwa syekh subakir memiliki tipologi bangunan makam bagian utama yang terdiri dari jirat, nisan, dan cungkup. Jirat merupakan bagian dasar dari bangunan makam yang bersentuhan dengan tanah dan menjadi batas terluar antara satu makam dengan makam yang lain. Di Makam Syekh Subakir, jirat dibuat dari batu bata merah lama yang disemen menutupi seluruh bagian atasnya.
Nisan adalah bentuk penanda atau penghias pada sebuah kuburan. Di Makam Syekh Subakir, nisan terbuat dari marmer putih dengan tulisan arab besar mengenai identitas orang yang dimakamkan serta dilengkapi dengan ornamen hiasan seperti pucuk rebung dan sulur-suluran.
Cungkup adalah bangunan pelindung atau penjaga bagi suatu makam. Cungkup di Makam Syekh Subakir memiliki bentuk atap segitiga setinggi 3 sampai 4 meter dengan tiang-tiang sebagai pondasi. Dinding cungkup terdiri dari susunan bata merah tanpa plesteran sehingga memberikan kesan sejarah pada arsitektur bangunannya.
Makna filosofis dalam pembangunan cungkup ini karena kepercayaan bahwa syeh-suba kir meninggalkan warisan ilmu agama islam dapat membawa barokah untuk siapa saja yang meminta doanya secara ikhlash (ikhlas).
KESIMPULAN
Arsitektur islam merupakan kesatuan antara proses penghambaan seorang manusia Kepada tuhannya dengan kebiasaan (kebudayaan) manusia, yang mana memiliki hubungan Yang keselarasan antara manusia, lingkungan, dan penciptanya. Salah satu hal yang dapat Membawa pada perbaikan peradaban salah satunya yaitu arsitektur islam. Karena didalam Arsitektur islam terdapat hakikat dan nilai-nilai islam yang dapat kita terapkan dalam Mengekspresikan esensi tersebut tanpa menghalangi pemafaatan teknologi bangunan Modern yang mengikuti perkembangan peradaban manusia. Arsitektur juga merupakan Salah satu bagian dari budaya, yang mana selalu berkembang juga selalu mengikuti Perkembangan peradaban manusa. Oleh karena itu, islam yang mengikuti peradaban Manusia juga memiliki budaya arsitektur. Ada beberapa arsitektur islam, yaitu masjid, Keraton dan makam. Dari ketiga arsitektur islam tersebut, masing-masing mempunyai Elemen dan ciri khas pada tiap bangunannya.
Dari pemaparan yang kami lakukan dalam penelitian ini membahas tentang sejarahnya maqam syekh Subakir yang berada di gunung tidar. Mite Gunung Tidar sebagai sastra lisan perlu dijaga kelestariannya. Mite tersebut mengandung kearifan lokal yang secara turun temurun diperoleh dari nenek moyang. Kearifan lokal yang terdapat dalam mite Gunung Tidar yang paling menonjol adalah tentang religiusitas. Meskipun tidak menutup kemungkinan adanya kebudayaan serta simbol atau situs-situs berharga yang ada. Unsur kebudayaan yang tergempar yaitu hubungan antara Kyai Semar atau Eyang Ismoyo dengan tokoh Semar dalam pewayangan. Kedua tokoh tersebut mempunyai korelasi atau hubungan. Untuk situs-situs yang terdapat di Gunung Tidar antara lain, makam Syekh Subakir, Makam Kyai Sepanjang atau paku ning tanah Jawi, Tugu sa sa sa atau pusaran tanah Jawa, tugu Akmil, dan makam Kyai Semar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun