Mohon tunggu...
Sabrina Cintya Daffany
Sabrina Cintya Daffany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa semester 2 program studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Media dalam Soft Selling Rokok pada Kalangan Wanita

12 Juni 2024   12:32 Diperbarui: 16 Juni 2024   09:25 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa tahun terakhir, industri rokok telah mengubah strategi mereka dalam pemasarannya, mereka menggunakan teknik baru yang populer saat ini, yakni soft selling, soft selling merupakan penjualan secara halus dan tidak langsung. Dalam pemasarannya, industri rokok kali ini menargetkan wanita.

Strategi Soft Selling

Berbeda dengan hard selling yang cenderung membujuk pelanggan sebisa mungkin, soft selling cenderung tidak memaksa dan mengarahkan pelanggan tidak secara langsung. Teknik ini dilakukan pada berbagai media, seperti film, series, video musik, bahkan unggahan media sosial atau endorse. Endorse merupakan bentuk promosi atau rekomendasi yang dilakukan oleh influencer, yang bertujuan untuk mempengaruhi audiens agar tertarik dan mencoba produk yang dipromosikan. Endorse yang dilakukan oleh para influencer ini di posting pada berbagai platform media sosial, seperti Instagram, TikTok, maupun X. Dalam soft selling pada film atau series, karakter wanita yang merokok digambarkan sebagai sosok yang independen dan glamor. Karena hal ini, rokok menjadi bagian dari lifestyle modern yang menarik bagi para penontonnya.

Soft selling rokok terutama di media sosial menjadi strategi pemasaran yang berbahaya, karena banyak pengguna media sosial yang masih di bawah umur. Selain itu, rokok menjadi dinormalisasi padahal banyak sekali dampak yang berpengaruh pada sekitar.

Dampak Soft Selling Rokok 

Industri rokok memahami potensi pasar yang kurang terjamah, yaitu wanita. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa hanya 1,06% wanita yang merokok pada tahun 2023. Industri rokok juga mempromosikan produknya dengan gaya baru yang menunjukkan citra lebih feminin agar menarik perhatian wanita. Contohnya, mereka menggunakan kemasan rokok yang modis dengan menggunakan warna yang menarik perhatian wanita, termasuk design coquette yang menonjolkan design feminin, elegan, dengan warna-warna yang soft. Kemasan rokok yang cantik dan elegan ini kemudian menarik pelanggan terutama pada kalangan wanita untuk membeli produk.

Namun, kenyataan dibalik kemasan rokok yang cantik sangat berbeda. Rokok dapat berdampak negatif pada kesehatan wanita, berlawanan dengan pesan glamor yang disampaikan. Wanita perokok aktif dapat mengalami gangguan menstruasi dan kesuburan. Lebih parahnya, wanita perokok beresiko lebih tinggi terkena penyakit, seperti penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker payudara, kanker rahim, dan lain-lain.

Langkah-langkah Mengatasi Soft Selling Rokok

Peningkatan Regulasi dan Pengawasan

Salah satu langkah utama yang perlu diambil adalah memperkuat regulasi dan pengawasan terhadap pemasaran produk rokok di berbagai media. Pemerintah harus memperluas aturan iklan rokok. Langkah ini sangat penting karena banyak produk rokok yang dipromosikan secara terselubung melalui adegan-adegan di film atau unggahan influencer di media sosial. Dengan meningkatkan pengawasan, kita dapat mengurangi eksposur publik, terutama anak-anak dan remaja, terhadap konten yang mempromosikan merokok secara implisit.

Edukasi dan Kesadaran Publik

Langkah penting berikutnya adalah meningkatkan kampanye edukasi dan kesadaran publik mengenai bahaya merokok. Kampanye ini harus dilakukan secara berkelanjutan, dengan fokus pada resiko kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok. Pendekatan yang lebih proaktif dan inovatif dalam menyampaikan pesan kesehatan sangat diperlukan. Misalnya, penggunaan media sosial dapat membantu menyebarkan informasi yang benar tentang bahaya merokok.

Kerja sama dengan Media dan Influencer

Mengajak media dan influencer dapat menjadi strategi yang sangat efektif dalam melawan soft selling rokok. Media dan influencer memiliki pengaruh yang besar terhadap opini publik dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan positif tentang gaya hidup sehat tanpa rokok. Misalnya, kampanye yang melibatkan influencer dapat membantu mengubah persepsi tentang merokok dan mengurangi daya tariknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun