Melihat hal tersebut dan juga menilik potensi Indonesia yang sangat besar, sudah dapat dipastikan jika dalam beberapa tahun ke depan akan semakin banyak penutur asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dipelajari sebagai bahasa komunikasi ketika penutur asing tinggal atau mengunjungi Indonesia untuk melaksanakan kepentingannya.
Pada hakikatnya, penutur asing mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa asing memiliki tujuan yang bervariasi. Sejalan dengan hal ini, Suyata (Nurlila 2014), menjelaskan bahwa orang asing mempelajari bahasa Indonesia dengan tujuan bermacam macam, dari sekadar berkomunikasi untuk keperluan sehari-hari, seperti berbicara dengan sopir, menawar barang, sampai penguasaan bahasa Indonesia yang bersifat resmi, seperti mengikuti kuliah atau mengajarkan bahasa Indonesia.Â
Dengan demikian, ada tiga tujuan penutur asing belajar bahasa Indonesia, yakni ingin menguasai keterampilan komunikasi antarpersonal dasar, menguasai konsep serta prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, dan menggali kebudayaan dengan segala aspeknya. Ketiga tujuan tersebut dapat berjalan masing-masing, akan tetapi dapat pula berkelanjutan. Mereka belajar bahasa Indonesia untuk keperluan praktis, setelah itu belajar yang lebih bersifat ilmiah, dan akhirnya dapat pula menguasai kebudayaan.
Dari berbagai tujuan yang beragam, hal yang terpenting bagi penutur asing dalam belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing adalah bagaimana sistem bahasa Indonesia dan pemakainya di dalam masyarakat untuk berkomunikasi. Jadi, pemfokusan pengajaran BIPA tidak terlalu menitikberatkan bahasa Indonesia dalam sudut pandang tata bahasa. Meskipun tata bahasa juga penting dan tidak bisa diabaikan, tetapi tata bahasa bukan menjadi fokus utama dalam pembelajaran BIPA, terlebih untuk penutur asing tingkat pemula.Â
Penutur asing tingkat pemula membutuhkan cara untuk berkomunikasi dengan baik. Setelah paham dengan bahasa Indonesia, baru selanjutnya tata bahasa yangkompleks bisa diajarkan dan dikembangkan. Ibarat anak kecil yang baru mempelajari bahasa Indonesia, penutur asing belajar bahasa Indonesia untuk proses komunikasi kemudian mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia ke tata bahasa yang lebih kompleks untuk kepentingan pendidikan maupun pekerjaan. Dengan demikian, pengajar harus mampu komunikatif dan kreatif dalam mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing.
Selain itu, pembelajaran BIPA juga harus menitikberatkan pada aspek budaya sebagai sistem sosial bermasyarakat. Jika tidak, maka hasilnya akan terlahir penutur asing yang hanya mengetahui tentang struktur bahasa atau tata bahasa saja, tetapi penutur asing tidak bisa menggunakan atau menerapkan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.Â
Oleh sebab itu, salah satu pemikiran yang melandasi keberhasilan pembelajaran BIPA adalah upaya merancang dan melaksanakan pembelajaran yang mampu mengaitkannya dengan budaya dan juga dengan dunia nyata. Terlebih lagi, jika pembelajaran BIPA diselenggarakan di Indonesia, maka pertimbangan dari segi sosial dan budaya menjadi semakin penting. Dikatakan demikian, karena pertimbangan tersebut sekaligus akan menjadi sumber belajar dan kebutuhan penutur asing dalam berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat Indonesia.
Pada dasarnya, pembelajaran BIPA dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat pemula, tingkat menengah, dan tingkat lanjut. Sementara itu, tingkatan penutur asing menurut Common European Framework of Reference (CEFR) yang kini mulai menjadi acuan dalam kurikulum BIPA juga dibagi menjadi tiga, yaitu meliputi: (1) pengguna dasar: pemula A1 dan pemula A2, (2) pengguna menengah: menengah B1 dan menengah B2, dan (3) pengguna mahir: lanjutan C1 dan mahir C2.
Bahan ajar yang akan dikembangkan ditujukan untuk mencapai kompetensi pembelajaran BIPA tingkat pemula A1. Adapun karakteristik penutur asing tingkat pemula A1 menurut Mulyono (Sulistiyo 2012), yaitu: (1) ucapannya masih merupakan kata atau frasa yang terpisah-pisah, (2) belum memiliki kemampuan komunikatif, (3) tuturannya terdiri atas lebih dari dua atau tiga perkataan dengan disertai jeda panjang dan pengulangan kata yang diucapkan partisipan (pendengar), (4) pembicara mengalami banyak kesulitan dalam memproduksi tuturan yang sederhana sekalipun, dan (5) tuturan bisa dipahami partisipan dengan kesulitan tinggi.
Darimana penutur asing dapat memperoleh program BIPA?Â
- Indonesia menyelenggarakan program bahasa indonesia untuk penutur asing (BIPA) dengan membuka pembelajaran bahasa indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) yang berada di luar negeri untuk memfasilitasi warga negara asing yang ingin mempelajari bahasa indonesia dengan tujuan-tujuan tertentu.
- Indonesia menyelenggarakan program darmasiswa, yaitu program beasiswa yang ditawarkan kepada semua mahasiswa asing dari negaranegara yang memiliki hubungan dengan Indonesia untuk mempelajari Bahasa Indonesia, seni, musik dan kerajinan. Peserta dapat memilih salah satu dari 51 universitas negeri dan swasta yang berbeda yang terletak di berbagai kota di seluruh Indonesia.
- Indonesia menyelenggarakan pameran kesenian dan kebudayaan di luar negeri yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah salah cara untuk menggambarkan keragaman, kekayaan nilai-nilai budaya indonesia, menarik negara lain untuk berkunjung ke indonesia dan mempelajari budaya budaya indonesia termasuk bahasa indonesia.