Dosen Pengampu: Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN (0881) dan Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd. (2991)
Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern, kita tidak dapat membayangkan hidup tanpa ada nya media sosial, karena media sosial telah menjadi sarana kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan dunia, juga sebagai sumber informasi dan hiburan.Â
Namun, perlu diketahui aspek negatif dari media sosial juga, media sosial memainkan peran penting dalam membentuk standar kecantikan, bahwa standar kecantikan yang berkembang ialah orang dengan kulit putih, tinggi, dan berwajah mulus.
Standar kecantikan digital yang dipromosikan di media sosial sering kali tidak realistis dan sulit untuk dicapai., sehingga orang orang berupaya keras untuk memenuhi standar tersebut, mulai dari diet, olahraga dan bahkan melakukan operasi plastik agar sesuai dengan standar kecantikan.Â
Orang-orang yang merasa tidak puas dengan penampilan mereka mungkin juga akan melakukan bodyshaming terhadap orang lain, hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak berharga dan malu pada orang yang menjadi sasaran bodyshaming.
Dalam era media sosial saat ini, Banyak orang yang berani membagikan foto mereka tanpa memperhatikan standar kecantikan yang mungkin berlaku. Meskipun seharusnya ini menjadi langkah positif dalam merayakan keragaman penampilan manusia, sayangnya, hal ini juga membuka peluang untuk munculnya fenomena yang disebut body shaming.
Paparan terus-menerus terhadap standar kecantikan modern yang tidak realistis dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik, kehancuran harga diri, dan peningkatan tekanan untuk memiliki penampilan yang "sempurna". Akibatnya, banyak generasi muda menjadi tidak percaya diri, depresi, kecemasan, gangguan makan, dan juga bodyshaming.
 Pada dasarnya setiap perempuan memiliki kecantikan dan keunikan tersendiri sehingga tidak bisa ditetapkan bagaimana standar kecantikan tersebut, setiap wanita cantik dengan caranya sendiri tanpa harus memenuhi standar kecantikan yang tidak masuk akal itu.Â
Setiap wanita memiliki tingkat kecantikan dan keunikan yang berbeda, pada kenyataannya kecantikan berasal dari hati kita, bukan dari penampilan kita. Kecantikan sejati terdiri dari menjadi diri sendiri dan merasa nyaman dengan diri sendiri tanpa harus memenuhi standar tertentu merupakan bagian dari kecantikan.
Standar kecantikan digital dapat memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental, antara lain:
1. Sosial Media : Media sosial menawarkan platform untuk berbagi foto dan konten kecantikan, karena gambar yang diposting di media sosial seringkali telah diedit secara digital untuk memenuhi standar kecantikan ideal, ini dapat memengaruhi persepsi diri seseorang. Salah satu efeknya adalah menjadi tidak puas dengan penampilan Anda..
2.Body shaming : Standar kecantikan digital dapat menyebabkan bodyshaming, di mana seseorang mungkin diejek atau dihina karena penampilan fisiknya yang tidak sesuai dengan standar tersebut, juga bisa menyebabkan stress, depresi, dan malu.
3.Kesehatan Mental : Idealisasi kecantikan digital memiliki dampak pada kesehatan mental seseorang. Merasa kurang puas dengan penampilan dan melakukan perbandingan dengan gambar yang telah dimanipulasi secara digital dapat memicu gangguan kecemasan, depresi, dan masalah makan.
4.Ketergantungan pada Validasi Online: Individu dapat sangat bergantung pada validasi online melalui "like" atau komentar, yang dapat berdampak pada kesehatan psikologis dan perasaan diri.
5.Ketidakseimbangan antara Kehidupan Nyata dan Digital: Seseorang mungkin mengalami kesulitan membedakan kehidupan digital mereka dari kehidupan nyata mereka, yang dapat menyebabkan kecemasan sosial dan masalah psikologis.
Implikasi media sosial, body shaming, dan kesehatan mental yang disebabkan oleh pengaruh standar kecantikan digital adalah perhatian serius dalam masyarakat saat ini. Beberapa implikasi yang muncul termasuk:
1. Â Menghina tubuh dan penekanan pada penampilan fisik: Gambar-gambar yang diubah secara digital sering muncul di media sosial, menunjukkan standar kecantikan yang tidak realistis, hal ini dapat menempatkan individu di bawah tekanan yang signifikan untuk memenuhi standar penampilan yang dianggap "ideal". Orang-orang yang tidak memenuhi standar ini mungkin menjadi target bodyshaming, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat membahayakan kesehatan mental dan harga diri mereka.
2. Gangguan makan: Standar kecantikan digital yang tidak realistis dapat menyebabkan gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia nervosa. Untuk mencapai standar ini, orang mungkin merasa perlu untuk mengontrol berat badan dan penampilan mereka. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.
3. Â Perasaan tidak berharga dan depresi: Melihat foto yang diubah di media sosial dapat membuat seseorang merasa tidak cukup dan tidak berharga, yang dapat menyebabkan kecemasan dan depresi.
Tantangan yang terkait dengan media sosial, bodyshaming, dan kesehatan mental yang disebabkan oleh pengaruh standar kecantikan digital adalah kompleks dan dapat berdampak serius pada individu
- Tantangan utama dalam menjaga kesehatan mental terkait dengan standar kecantikan digital adalah meningkatkan kesadaran akan bagaimana media sosial memengaruhi persepsi seseorang tentang diri mereka sendiri dan mengembangkan rencana untuk meningkatkan kepercayaan diri, penerimaan diri, dan kesadaran bahwa kecantikan tidak dapat diprediksi..
- Tantangan yang timbul di media sosial adalah dorongan untuk sesuai dengan standar kecantikan yang tidak realistis. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kurang puas, merasa tidak berharga, dan upaya untuk mencapainya melalui penyuntingan gambar atau prosedur kosmetik berisiko.
- Tantangan utama dalam kasus bodyshaming adalah melawan prasangka dan stigmatisasi terhadap beragam jenis tubuh dan penampilan. Ini melibatkan perluasan pemahaman tentang kecantikan yang inklusif dan mendorong penerimaan diri dan orang lain.
Untuk mengatasi dampak ini, kesehatan mental harus diprioritaskan. Berikut ini adalah beberapa saran untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dengan media sosial:
1. Menyisihkan waktu untuk offline: Menghindari penggunaan media sosial dan aplikasi pada malam hari.
2. Mengikuti akun yang menginspirasi: Bergabung dengan akun yang mempromosikan kesehatan dan kebugaran tubuh.
3. Menghargai diri sendiri: Ingatlah bahwa setiap individu memiliki keunikan dan keindahan tersendiri.
4. Mencari dukungan sosial: Jika Anda menghadapi tantangan, jangan ragu untuk meminta dukungan dari teman-teman atau keluarga.
5. Melatih rasa syukur: Mengucapkan terima kasih dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kesehatan mental.
Kasus-kasus yang melibatkan media sosial, body shaming, dan kesehatan mental terkait dengan pengaruh standar kecantikan digital seringkali membuat individu mengalami dampak negatif dari tekanan media sosial dan ekspektasi kecantikan yang tidak realistis. Beberapa contoh kasus meliputi:
Studi yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Fardouly, Diedrichs, Vartanian, dan Halliwell menitikberatkan pada pengaruh media sosial, terutama Facebook, terhadap persepsi tubuh dan suasana hati perempuan muda.Â
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dampak penggunaan Facebook terhadap keprihatinan perempuan muda terkait citra tubuh dan perasaan mereka.Â
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental di mana partisipan wanita muda ditempatkan dalam dua kondisi eksperimental. Kondisi pertama adalah "Facebook Image Condition," di mana partisipan melihat gambar profil Facebook dari teman sejenis yang mereka anggap lebih menarik.Â
Kondisi kedua adalah "Control Image Condition," di mana mereka melihat gambar yang tidak ada hubungannya dengan Facebook. Partisipan kemudian mengisi kuesioner tentang citra tubuh dan suasana hati mereka.Â
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah melihat gambar profil Facebook teman sejenis yang dianggap lebih menarik, partisipan mengalami peningkatan keprihatinan tentang citra tubuh mereka dan perasaan negatif terkait dengan tubuh dan penampilan mereka.Â
Penelitian ini mengindikasikan bahwa pemaparan terhadap gambar-gambar yang idealis di media sosial seperti Facebook dapat berkontribusi pada peningkatan ketidakpuasan tubuh dan perasaan negatif terkait tubuh pada perempuan muda.
 Implikasi: Penelitian ini menyoroti pentingnya kesadaran tentang pengaruh media sosial, khususnya Facebook, terhadap citra tubuh dan kesejahteraan psikologis perempuan muda. Hasil ini menunjukkan perlunya pendidikan tentang literasi media dan pengelolaan citra tubuh yang positif di era media sosial.Â
Dengan demikian, penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana media sosial, khususnya Facebook, dapat memengaruhi citra tubuh dan suasana hati perempuan muda, dan menyoroti tantangan yang harus diatasi dalam mempromosikan kesehatan mental dan kepercayaan diri di era digital, suasana hati perempuan muda. Hasilnya menunjukkan bahwa perbandingan sosial yang sering terjadi di Facebook dapat berdampak negatif pada citra tubuh dan suasana hati.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Yurdakul-Åžahin dan Atik pada tahun 2013, berjudul "Celebrity Influences on Young Consumers: Guiding the Way to the Ideal Self," mengeksplorasi dampak pengaruh selebriti pada konsumen muda dan bagaimana selebriti memengaruhi citra diri ideal mereka.Â
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana selebriti memengaruhi pemikiran dan perilaku konsumen muda, khususnya dalam hal membentuk citra diri ideal mereka.Â
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap konsumen muda. Data dikumpulkan dari peserta yang berusia antara 18 hingga 25 tahun.Â
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selebriti memiliki pengaruh yang kuat pada konsumen muda dalam membentuk citra diri ideal. Peserta studi mengungkapkan bahwa mereka seringkali merujuk pada selebriti sebagai model yang ingin diikuti, terutama dalam hal penampilan fisik, gaya hidup, dan kepribadian.Â
Selebriti dianggap sebagai sumber inspirasi untuk mencapai citra diri ideal, dan peserta sering mengikuti tren yang dipromosikan oleh selebriti yang mereka kagumi. Mereka merasa bahwa dengan meniru selebriti, mereka dapat mendekati citra diri ideal yang mereka inginkan.Â
Studi ini juga mencatat bahwa media sosial memainkan peran penting dalam memfasilitasi keterlibatan konsumen muda dengan selebriti, karena mereka dapat mengikuti dan berinteraksi dengan selebriti melalui platform media sosial. Implikasi: Penelitian ini menyoroti pentingnya pemahaman tentang bagaimana selebriti memengaruhi pemikiran dan perilaku konsumen muda. Pengaruh selebriti dapat membentuk citra diri ideal dan gaya hidup.
Sumber dari :Â
- Fitriana, F. (2023). Analisis Pemberitaan Body shaming di Media Online Detik. com (Doctoral dissertation, IAIN PAREPARE).
- Laila, Z., Nasichah, N., Amir, A. Z., & Prayogo, M. F. (2023). Jejaring Sosial Sebagai Cara Utama Komunikasi di Era Modern. Indonesian Journal of Learning Studies (IJLS), 3(1), 9-16.
- Irwansyah, I. (2021). Narasi Persuasi Social Media Influencer Dalam Membangun Konsep Kecantikan Dan Kepercayaan Diri. Jurnal Pustaka Komunikasi, 4(2), 173-186. Â Â Â Â Â
- Rahardjo, S., Hagijanto, A. D., & Maer, B. D. A. (2016). Mitos Kecantikan Wanita Indonesia Dalam Iklan Televisi Produk Citra Era Tahun 1980-an, 1990-an Dan 2010-an. Jurnal DKV Adiwarna, 1(8), 14.
- Fardouly, J., Diedrichs, P. C., Vartanian, L. R., & Halliwell, E. (2015). Social comparisons on social media: The impact of Facebook on young women's body image concerns and mood. Body image, 13, 38-45.
- Yurdakul-Åžahin, D., & Atik, D. (2013). Celebrity influences on young consumers: Guiding the way to the ideal self. Izmir review of social sciences, 1(1), 65-82.
- Mukhlasin, R., Kusrini, K., & Wulandari, A. (2023). Visualisasi Penggunaan Media Sosial Berlebihan Terhadap Kesehatan Mental Melalui Fotografi Ekspresi. Specta: Journal of Photography, Arts, and Media, 7(1), 59-74.