Sebagai manusia yang suka sekali bersosialisasi,aku paling sukar kalau disuruh diam,karena selain suka berteman aku juga sekali bertemu dengan orang-orang baru dan biasanya dari situlah aku mendapatkan pengalaman serta pembelajaran baru.
Tapi kali ini melalui sebuah proses yang panjang dan hampir saja membuat aku colaps,baru aku sadari bahwa dalam diam itu bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa tapi justru dalam diam itu kita berpikir sambil mengamati situasi serta mempelajari strategi yang pas buat menjalankan misi-misi kita.
tapi kali ini aku diam bukan karena aku berpikir untuk mengatur strategi atau apalah. aku diam karena dengan diam aku bisa mengambil hikmah dari sebuah pelajaran hidup yang selama ini terpampang jelas di depan wajah ku namun selalu luput dari pandanganku. aku pun berpikir apa yang salah denganku? setelah aku berpikir dan tidak juga menemukan sebuah jawaban akhirnya aku tidak mau berpikir lagi. Dan di luar dugaan ketika itulah aku menemukan jawaban-jawaban itu. aku belajar bahwa cinta yang sesungguhnya hanyalah apa yang aku berikan. cinta tidak ada "di luar sana", menunggu. Cinta ada di dalam diriku, di dalam hatiku: di dalam apa yang rela aku berikan. Kita semua mungkin sanggup mencintai, tetapi hanya sedikit yang punya keberanian untuk melakukannya dengan semestinya. Kita takut memberi lebih,kalau-kalau pemberian kita tidak berbalas (bodoh sekali bukan?), padahal cinta adalah bagaimana cara kita memberikan hati kita dengan tulus ikhlas.
Sebagai sebuah pembelajaran aku menyadari satu hal,ketika aku memberikan cinta kasih,hal tersebut itu tumbuh dan berbunga di dalam diriku seperti tanaman mawar yang di pangkas dan dibentuk dengan saksama, Cinta bagiku adalah sukacita. Seperti sebuah pepatah mengatakan, Mereka yang mencintai selalu penuh sukacita, apa pun yang harus mereka tanggungkan.
Suatu hari ketika setelah sekian lama,aku tidak membuka FB, tiba-tiba di wall ku muncul sebuah tautan dari seorang penulis yang akhirnya aku sukai. kurang lebih seperti inilah puisi tersebut
*Puisi "Kalau pun Tidak"
Kalau pun dia tidak tahu kita menyuka nya.
Kalau pun dia tidak tahu kita merindukannya.
Kalau pun dia tidak tahu kita menghabiskan waktu memikirkannya.
Maka itu tetap cinta. Tidak berkurang se-senti perasaan tersebut.
~Tere Lije~
Justru dengan ngotot ingin bilang, ingin pacaran, ingin aneh-aneh, perasaan itu tiba2 ber-metamorfosis menjadi egoisme dan sebatas keinginan yang tidak terkendali saja. Justru dengan diam itu menjadikannya lebih baik. Karena dengan diam aku bisa dengan bebas,melihat,mengamati serta mengagumimu dari jauh hal itu sudahlah cukup buatku bahagia.tidak ada secuilpun darimu yang aku inginkan selain kau tetap sehat,sejahtera dan tentu saja bahagia. sayangku dimanapun kau berada dan dengan siapapun kau saat ini,semoga kau baik-baik saja. itu doaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H