[caption id="attachment_218907" align="alignleft" width="300" caption="Rumkit I Lagaligo (dok. pribadi)"][/caption] Saat menulis repotase tentang pilkada 10 Kabupaten di Sul-Sel disini, salah seorang kompasiner menanggapinya. "Apakah para calon bupati/walikota menjual "kesehatan gratis" lagi dalam kampanyenya ? jangan sampai mereka "Menjual", padahal hanya "membual". Tanggapan balikku: klo di luwu timur salah satu kandidatnya, bukan lagi menjual atau membual kesehatan gratisnya tapi akan melanjutkan (menambahkan) ke-gratisan..... salam gratissss... Kesehatan gratis mungkin sudah jadi dambaan terutama masyarakat menengah kebawah (kurang mampu). Terkadang malah orang kaya yang pelit pun pengen juga merasakan nikmatnya gratisan. Didaerahku (Luwu Timur) program kesehatan gratis sudah bergulir sejak 2008. Sebelumnya cuma tahu ada kesehatan gratis tapi belum pernah merasakan apa2 saja yang digratiskan, apa memang gratisnya sesuai harapan masyarakat? Biasanya orang baru merasakan kebenarannya bila setelah mengalaminya. Sekitar beberapa bulan lalu anak keduaku sakit. Tengah malam sekitar jam 3.00, anakku terkena demam tinggi, segera kami mengambil keputusan untuk membawa ke Puskesmas. Di puskesmas itu, dokter dan tenaga medis tidak sanggup menanganinya dan akhirnya dirujuk ke rumah sakit I Lagaligo Kecamatan Wotu, Luwu Timur. Karena letak Rumah Sakit tersebut bukan di ibukota Kabupaten (Malili) kami diantar pakai mobil ambulans puskemas. Jarak ke Rumah Sakit sekitar sejam perjalanan dan anakku dalam keadaan sudah diinfus. Setelah anakku sudah masuk di ruang ICU ditemani ibunya, saya kemudian menemui pak sopir ambulans dengan maksud menanyakan biaya antarannya. Pak sopir ambulans berkata ongkos ambulansnya tidak dikenai biaya alias gratis. Selama 2 hari anakku di rawat dirumah sakit tersebut. Ongkos inap dan perawatannya semua tanpa bayar. Saat sudah ada saran dokter untuk bisa keluar/kembali ke rumah sambil dikasih resep obat. Obatnya diambil di apotik rumah sakit. Pikirku mungkin ini yang pake bayar. Saat mau bayar tapi petugasnya menolak. Petugas apotik bilang obatnya gratis. Syukur kataku dalam hati. Uangnya bisa beli bensin mobil buat pulang. Saat itulah saya percaya betul sama kesehatan gratis. Tanpa bayar anakku jadi sehat/sembuh. Dalam kampanye yang lalu pilkada pasangan kandidat incumbent berjanji bila terpilih kembali akan melanjutkan/menambahkan program gratisnya dengan membiayai ongkos pemulangan bagi pasien dan keluarga kembali ke rumahnya. Bagi warga Luwu Timur patut bersyukur dengan program kesehatan gratis. Hanya dengan bermodal kartu keluarga semua biaya obat dan perawatan semuanya gratis baik di Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Daerah. Pengecualian sakit karena mabuk2an dan perkelahian tak ada yang gratis bagi pelakunya. Kalau ditanya kepada siapa saya, mamanya dan anak saya berterima kasih atas kegratisan ini, selain berterima kasih terlebih dulu kepada Allah SWT. Juga kepada dokter2, tenaga paramedis, supir ambulans tak lupa harus juga berterimakasih kepada penggagas program kesehatan gratis yaitu Bupati Luwu Timur, Andi Hatta Marakarma. Bulan Juni lalu beliau berhasil memenangkan kembali Pilkada Luwu Timur 2010-2015. Sungguh nikmat memang yang gratisan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H