[caption id="attachment_173163" align="alignleft" width="300" caption="dari google (http://www.cambridge-united.co.uk/)"][/caption] Wasit sebuah pertandingan olahraga apapun dituntut untuk benar, tegas, jujur, adil dalam setiap pertandingan. Bisa dibayangkan bila keputusan wasit yang tidak tepat dalam memimpin pertandingan, pertandingan sepak bola misalnya. Bisa saja menimbulkan kekalahan salah satu kesebelasan. Bukan saja pemain yang akan protes keputusan tersebut tapi juga supporter marah. Makanya banyak kejadian sampai-sampai wasit dipukuli pemain. Bahkan supporter ikut masuk ke lapangan buat mengeroyok si wasit. Untuk jadi wasit bola memang tidak harus mantan atau pemain bola. Setidaknya wasit bisa memahami dan mengerti aturan dari permainan bola. Malah kalo tidak salah bahkan ada pelatihan untuk jadi wasit dan untuk liga profesional ada persyaratan khususnya. Untuk liga tarkam persyaratan untuk menjadi wasit tidak perlu harus yang pernah ikut pelatihan. Bekal pengetahuan dan pengalaman dari lapangan bola dan aturan main sudah cukup. Pada tulisan ini saya ingin berbagi kisah lucu (setidaknya buat saya) wasit bola di kampungku. Kejadian semasa masih sekolah menengah pertama. Orang di kampungku sudah kenal betul kalo setiap ada liga tarkam orang itu jadi salah satu wasitnya. Kebetulan pekerjaan/profesinya adalah seorang Mantri kesehatan di sebuah puskesmas. Orangnya kocak dan humoris. Ceritanya begini, saat diadakan pertandingan bola antar Desa, Pak Mantri ini yang dipercaya untuk memimpin pertandingan. Saat pertandingan mau di mulai sekitar jam 3.30 sang wasit belum juga tiba dilapangan. Tak berapa lama di tunggu akhirnya Pak Mantri datang tergesa2. Alasannya dia terlambat sedikit karena barusan selesai menangani pasien di Puskesmas. Pertandingan pun dimulai dengan meniupkan pluitnya. Babak pertama selasai, wasit memimpin pertandingan dengan sukses meskipun terlihat ada pelanggaran2 kecil tapi tidak membuahkan kartu kuning maupun merah. Babak setelah turun minum pertandingan kembali dilanjutkan. Kedua kesebelasan berjuang untuk menggolkan ke gawang lawannya masing2. Wasit terus memimpin pertandingan dengan baik. Kira2 pada menit2 terakhir pertandingan salah seorang pemain meng-tackle pemain lawannya. Pemain yang kena tackle jatuh. Wasit melihat sebagai pelanggaran dan patut di ganjar kartu kuning. Sang wasit kemudian mengambil kartu di saku bajunya lalu mengangkat ke pemain sebagai pelanggaran. Namun apa yang terjadi bukan kartu kuning malah kartu merah yang keluar sehingga mau tidak mau memaksa pemain itu harus keluar lapangan. Atas kejadian ini pemain dan temannya merasa dicurangi protes. Bahkan pendukung kesebelasan juga protes atas keputusan wasit. Saat pemain yang melanggar protes dan meminta penjelasannya. Jawaban/penjelasan wasit ke pemain sambil senyam senyum (dalam bahasa daerah/ bugis) "messu banno jolo, sala redduka kartue, silo. tabbuluni". Kira-kira begini artinya: "saya salah cabut kartu (harusnya kuning), sudah terlanjur. keluar saja dulu". Karena dasar wasit ini orangnya kocak dan mereka saling kenal/akrab, pemain itu rela saja keluar lapangan. Untungnya sampai pertandingan usai kedua kesebelasan imbang/seri. Belakangan ketahuan menurut pengakuan sang wasit tersebut dua kartu yang dikantongi tersebut semuanya merah. Wkwkwkwk....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H