Mohon tunggu...
Sabri Camba
Sabri Camba Mohon Tunggu... wiraswasta -

......____

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pernah Marten Bukan Markus

29 Agustus 2010   16:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:37 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua kita pasti tahu dengan Gayus, keterlaluan kalo tidak ngeh sama si Gayus itu. Itu tuh yang di juluki dengan sebutan Markus, makelar kasus.

Tulisan ini bukan untuk membahas apa dan siapa dengan Gayus. Tapi ingin berbagi cerita tentang yang pernah saya lakukan yang mirip2 dengan Gayus. Bukan maksudku mirip dengan mukanya dan aset2nya baik itu mobil, apatemen, tanah dan nilai rekeningnya.

Begini cerita, dari kenalan saya, seorang PNS di kota makassar. Kenalan ini kebetulan menangani proyek pembangunan gedung menawariku untuk di carikan teman yang berkompeten menangani proyeknya. Sebut saja nama kenalanku ini dengan amir.

Amir : Bri, saya ini proyek tolong carikan temanmu yang bisa menanganinya !
Saya : Kenapa tidak diumumkan saja di koran biar orang/perusahaan2 bisa tahu dan menawar di proyek tersebut.
Amir : Ini Proyek mau diatur supaya tidak ketahuan keluar, kamu carikan saja orang yang punya pengalaman dan mau berkomitmen.
Saya : Maksudnya mau berkomitmen yang gimana ?
Amir : Maksudnya mau berkomitmen atas pekerjaan dan komitmen fee.
Saya : Okelah kalo begitu saya coba bantu.

Tak berapa lama temanku punya teman berminat dengan pekerjaan tersebut. Saya pun ketemu dengan temannya teman. Dari pembicaraan saya jelaskan mengenai proyek itu. Saya juga jelaskan mengenai komitmen yang harus dipenuhi ke pemberi kerja (kenalanku). Sebagai jasa makelar/broker saya juga harus meminta/menerima fee darinya. Setelah kami nego akhirnya diputuskanlah nilai klmitmennya.

Dari nego tersebut saya lalu menemui kenalanku dan menjelaskan nilai komitmen yang sanggup di berikan dari penyedia jasa pemborongan itu. Tak berapa lama akhirnya kenalanku menyetujui nilai komitmen teesebut.

Sebagai tindak lanjutnya diaturlah pertemuan. Dan pertemuan itu lokasinya di sebuah kafe hotel di pantai losari.

Dari pertemuan itu mereka sepakat untuk melakukan mekanisme/proses tender. Tentu prosesnya yang diatur2 sehingga mirip dengan aturan yang sebenarnya. Mulai dari pengumuman, penjelasan pekerjaan, pemasukan/pembukaan penawaran sampai pengumuman tender/pemenang semuanya direkayasa.

Singkat cerita pembangunan gedung tersebut dimulai. Sebagai tindak lanjut komotmen atas peranku sebagai "marten (makelar tender)" pihak pemenang tender itu menghubungiku. Memberi tahu kalo sudah mentransfer dana dari komitmennya ke rekeningku.

Habis ngecek isi rekeningku terus ambil dana itu. Selanjutnya biar dananya tak saya nikmati sendiri sebagian dipakai buat traktir teman2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun