Suatu hari dalam sebuah kehidupan sang remaja yang selalu mengharapkan jika seorang wanita datang menghampirinya dan berkata untuk menyatakan sebuah perasaan suka kepada dirinya. Kala itu diawali dengan sebuah hubungan emosional yang sangat luar biasa, dikala hati dua insan saling menumbuhkan benih-benih bunga cinta yang tumbuh mepererat sebuah hubungan tingkat emosional tersebut. Berawal dari diskusi ringan antara sang pria dengan si wanita dalam membahas singkat data profil masing baik hobby maupun makanan kesukaan mereka berdua baik sifat baik buruknya saling mempelajari dan mengetahui sehingga hubungan semakin erat dijalani kedua insan tersebut.
Bermula dari membahas sebuah hoby sang pria memiliki hoby yang cukup menguras sebuah pikiran yaitu hobby dalam dunia jurnalis antara lain menekuni tulis menulis baik ditingkat media lokal maupun nasional. Berawal dari itu sang wanita mulai tertarik dengan sang pria karena memiliki hobby yang sama dalam menekunin sebuah dunia tulis.
Sebuah kisah yang menceritakan perjalan sang penulis muda yang berkiprah diberbagai media. Yaitu sering di sapa Rimba diam-diam memberi harapan kepada seorang wanita yang bernama Selatan yang memiliki hobby sama-sama dibidang tulis menulis.
Ketika itu suasana romantis pun terjadi di sebuah Kafe minuman yaitu Capucino kedua insan muda tersebut bertemu untuk membicara tindak lanjut tentang menulis. Sekitar pukul 10:00 Wib mereka berdua bertemu ketika itu sang lelaki Rimba dijemput oleh Selatan dikediamanya yaitu Desa Kece untuk nyantai membahas sebuah tulisan di café minuman itu. Seketika sampai di tempat café itu mereka memesan minuman Capucino dan mereka saling mengeluarkan laptop alat untuk menulis hasil karyanya.
Sang Selatan sedikit malu-malu ketika itu sempat ngomong tidak bisa menulis dan dia ingin sekali menulis, kemudian si Rimba memberi sebuah motivasi dalam menulis yaitu dengan perkataan menulislah ketika apa yang ada dibenak kita maka tulislah menjadi dalam bentuk karangan tulisan baik pengalaman yang terjadi hari ini. Sehingga Selatan mulai tertarik dan berusaha untuk menulis. Tidak lama kemudian terjadi suasana yang sangat indah kedua insan saling menatap satu sama lain dengan penuh bunga-bunga cinta yang melingkari kedua bola mata mereka masing-masing.
Suasana semakin romantis dengan diguyuri oleh hujar rintih-rintih yang membasahi bumi ini sehingga mereka semakin kuat daya saling menatapnya. Tidak tau itu hari keberuntungan bagi Rimba ataupun bagi Selatan.
Hampir setengah jam mereka saling tatap dan ngobrol seolah sudah seperti sang kekasih. Tidak lama mengoblrol tulisan Rimba pun Selesai yaitu dengan judul” Tiada hari tanpa Guru” seketika tulisan Rimba selesai lalu langsung membantu Selatan mengerjakan tugas IPA-nya membuat Rencana Proses Pembelajaran (RPP) yaitu membuat soal sebanyak Sepuluh (10) tentang pernafasan. Tidak lama dari itu semangat Selatan untuk menulis sangat besar maka si Rimba memberi dan meminjamkan sebuah Modem untuk Internet mencari data kepada Selatan agar menambah referensi dam semakin tertata segi penulisannya.
Tidak lama kemudian hujan pun berhenti dan Selatan sudah mau berangkat Nari dengan teman satu kuliahnya untuk latihan nari. Lalu mereka bergegas mematikan Laptop dan merapihkan kembali meja minuman yang mereka gunakan. Lalu Selatan mengantar Rimba ke kediamanya kemudia berangkat ke Sanggar Tarinya.
=======
Hari selanjutnya
Kemudian mereka bertemu lagi ketika itu dengan Rimba menjemut Selatan dirumah temannya karena ketika itu dia sedang menghadiri sedekahan temannya. Setelah selesai mereka keluar dan Nongkrong di tempat Capucino biasanya Selatan ngumpul bersama teman-teman sekolahnya. Setelah sampai Selatan langsung memesan Capucino dan duduk dimeja dengan mengeluarkan Laptop keduanya masing-masing.
Setelah itu semakin dalam pembicaraan mereka berdua mengenai sebuah tulisan dan sehingga Selatan mengatakan dalam bulan ini dia harus bisa menulis dimedia koran. Dengan arahan Rimba memberi motivasi menulis tentang Ibu ketika itu dalam nuansa hari Ibu, lalu Selatan mulai segera menulis dan si Rimba juga menulis sebuah puisi dengan bertemakan Ibu ku sayang ibu ku malang.
Berselang dari waktu itu tulisan Selatan sudah mulai terlihat parahgraf demi parahgraf dan kemudian Rimba pun mulai membantu sehingga menjadi sebuah tulisan yang sangat indah dan kemudia dikirim oleh Rimba ke redaksi media koran lokal didaerah itu. Setelah selesai mereka pun mulai pulang dan Selatan diantar oleh Rimba ke kediamannya.
*****
Esok harinya ketika Rimba membuka koran ternyata tulisan yang mereka bikin bersama Selatan dimuat di koran. Dengan senang kegembiraan lalu Rimba langsung mengabari Selatan lewat Handpone (HP) dan Selatanpun bahagaia tulisan pertamanyabisa dimuat dalam media koran.
Tidak setelah itu kedua insan muda ini saling merindu karena dihalangi dengan waktu libur kuliah masing-masing. Hampir 2 bulan mereka tidak bertemu dan hanya komunikasi seminggu sekali menanyakan kabar dikarenakan di tempat tinggal Selatan susah akses sinyal Hp masuk.
Ketika itu bertepatan di hari Ulang tahun si Rimba dan selatan mengucapkannya tetapi tidak bisa merayakan dan memberi kado. Tiga hari berselang setelah Rimba ulang tahun lalu Selatan juga ulang tahun tepat tanggal 07 Januari lalu rimba juga hanya bisa memberi ucapan lewat jejaringan sosial.
Setelah melepas rindu mereka bertemu kembali di tempat mereka menuntut ilmu lalu si Selatan memberi Kado untuk Rimba. Setelah dibuka Rimba ternyata dalam kado itu terdapat sebuah lukisan tangan yang dilukiskan oleh Selatan dengan perasaan sehingga menghasilkan suatu gambar yang sangat luar biasa.
Kado pertama Rimba yang sangat istimewa dari sang Selatan yaitu Goresan Lukisan sang kekasih. Kebahagianmulai dirasakan oleh Rimba sampir satu jam Rimba gembira melihat lukisan yang dikasih oleh sang Kekasih yang selama ini selalu dipuja dan dirindukan olehnya. Inilah kisah dari dua insan yaitu goresan lukisan sang kekasih. (*)….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H