Mohon tunggu...
Rahmat Saboga
Rahmat Saboga Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Bola

Blunder PSSI dan Tanda Suram Masa Depan Sepak Bola Indonesia

30 Januari 2017   16:01 Diperbarui: 30 Januari 2017   16:16 1411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah resmi mengumumkan Iwan Budianto yang akan membawahi operator liga resmi, ketua umum PSSI, Edy Rahmayadi justru menganulir keputusan tersebut, Iwan hanya diagendakan untuk menjadi ketua panitia di Piala Presiden 2017.

Sontak hal ini menimbulkan tanda tanya, klub yang awalnya sudah sepakat dengan penunjukan Iwan Budianto menjadi kecewa. Kekecewaan klub bukan kali ini saja, PSSI acapkali mengeluarkan kebijakan kontroversi. Tak ayal para voter yg sepenuh hati mendukung Edy Rahmayadi mulai ragu dengan pilihannya.

Desas-desus kekecewaan klub pada Edy Rahmayadi sudah terlihat saat digelarnya Kongres Tahunan di Bandung beberapa waktu lalu, beberapa kebijakan yang tidak sesuai dengan hasil KLB mulai terlihat, seperti digesernya Iwan Budianto yang menurut hasil KLB merupakan wakil ketua umum bersama Joko Driyono, Iwan diganti menjadi coordinator exco.

Keputusan cacat lainnya juga sempat mewarnai kongres tahunan tersebut, seperti munculnya rencana Golden Club bagi peserta Liga 1 dimana klub yg setir minimal 4 pemain ke timnas bakal digaransi tdk degradasi. Untung rencana untuk digagalkan oleh para petinggi 18 klub krn mencederai sportifitas kompetisi.

Blunder PSSI kembali terulang dengan dianulirnya keputusan penunjukan iwan Budianto sebagai CEO PT Liga Indonesia Baru, awalnya klub sangat gembira karena mendapatkan hak saham mayoritas dari operator liga sebesar 99 persen dan PSSI sebesar 1 persen.

Namun PSSI tampaknya berpikir ulang, karena berhembus isu bahwa ada kepentingan lain diluar perkembangan sepak bola yang membuat PSSI memberikan ralat yang misterius. Hasilnya terjadi perubahan skema saham, PSSI menduduki 60 persen saham, sedang klub hanya memiliki 60 persen. Keputusan ini sangat kontradiktif, sebab klub sebagai pasar utama dalam perputaran kepentingan sepak bola di dalam liga.

Keputusan PSSI ini menimbulkan banyak pertanyaan besar, terdapat segerombolan orang diluar voter yang coba memberikan bisikan kepada Edy Rahmayadi, bahkan muncul nama Theo Sutanteo, pengusaha minuman impor asal Thailand yang tengah gencar menempel ketua umum PSSI. Bahkan perkembangan terbaru, Theo menjabat sebagai wakil ketua pelaksana Piala Presiden 2017.

Praktis masuknya Theo membuat klub risau, sepak bola Indonesia harus diselamatkan, jangan sampai ada campur aduk kepentingan. Lebih-lebih diubahnya saham otomatis pengelolaan kompetisi akan dipegang oleh orang-orang yang tidak kompeten di sepak bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun