Tersadar aku akan sikapmu selama ini. Berhari, berbulan, bertahun sudah aku mengenalmu. Beribu peristiwa terukir dalam bingkai kehidupanmu juga kehidupanku. Menyelami rasa juga cinta yang saling terpaut. Terjun ke dalam indahnya kenikmatan.
Tersadar aku akan sikapmu. Setelah aku tersipu dengan cintamu. Setelah aku merona dalam penantianku. Setelah aku menahan rindu. Setelah rasaku menerima rasamu. Engkau terlalu menusukku.
Tersadar aku akan sikapmu. Saat tusukan rasa itu kau hujamkan kepadaku. Saat jiwa ini kau benamkan dalam rangkaian jiwamu. Saat tetes ini jatuh dalam pelukanmu. Saat ronamu makin memerah.
Tersadar aku akan sikapmu. Setelah aku tanyakan padamu, tentang jiwa. Saat arah tak lagi menujumu. Saat getaran ini kau abaikan. Setelah belaian anginpun kau jauhkan.
Tersadar aku akan sikapmu. Dalam derasnya aliran rasa. Dalam kuatnya asmara. Kau palingkan muka. Kau bekukan butiran-butiran nada. Kau beri galau. Kau ungkap risau. Kau desahkan kelu.
Tersadar, tersadar, dan juga tersadar. Akan arahan yang makin tidak jelas kemana. Akan sepuhan rasa yang dipaksakan. Kalau ini kan semakin berakhir…kan kucari jalan kembali yang pernah aku lewati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H