Mohon tunggu...
Sabitha Wastika Rafa Adya
Sabitha Wastika Rafa Adya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional - Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diplomasi Makanan Indonesia dan Turki: Bantuan Kemanusiaan Pasca Bencana Gempa Bumi 2023 Menguatkan Hubungan Bilateral

23 Mei 2024   23:05 Diperbarui: 23 Mei 2024   23:05 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gempa bumi dahsyat yang melanda Turki pada 17 November 2023 menelan korban jiwa lebih dari 40.000 orang. Bencana alam ini membawa duka mendalam dan kerugian besar, baik dari segi korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur. Di tengah situasi duka ini, bantuan kemanusiaan menjadi sangat penting untuk membantu korban bencana dan memulihkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang terdampak.

 Indonesia, sebagai negara dengan sejarah panjang dalam diplomasi kemanusiaan, sigap dalam memberikan bantuan kepada Turki. Bantuan ini tidak hanya berupa materi, seperti logistik dan tim SAR, tetapi juga bantuan makanan. Di sinilah Diplomasi Makanan Indonesia dan Turki memainkan peran penting.

Diplomasi Makanan merupakan salah satu bentuk diplomasi yang menggunakan makanan sebagai alat untuk mempererat hubungan antar negara. Dalam konteks bantuan kemanusiaan pasca gempa, Indonesia dan Turki dapat menggunakan Diplomasi Makanan sebagai sarana untuk memperkuat kerjasama dan solidaritas dalam penanganan bencana.

 Indonesia, dengan kekayaan budaya makanannya, telah menggunakan Diplomasi Makanan untuk meningkatkan kesadaran dan simpati masyarakat terhadap korban bencana. Berbagai acara makanan yang berfokus pada budaya makanan Indonesia, seperti festival makanan dan acara memasak, telah diadakan dan terbukti meningkatkan kesadaran dan simpati masyarakat.

Turki, dengan kekayaan budaya makanannya yang tak kalah beragam, juga menggunakan Diplomasi Makanan untuk tujuan yang sama. Acara-acara makanan yang berfokus pada budaya makanan Turki pun telah diadakan dan mendapatkan respon positif dari masyarakat.

Di tengah situasi duka dan krisis ini, Diplomasi Makanan Indonesia dan Turki menjadi jembatan penting untuk memperkuat kerjasama dan solidaritas antar kedua negara. Diplomasi ini tidak hanya membantu meringankan beban korban bencana, tetapi juga meningkatkan kesadaran dan simpati masyarakat terhadap budaya masing-masing.

Oleh karena itu, Diplomasi Makanan Indonesia dan Turki harus terus dikembangkan dan ditingkatkan. Kerjasama dan saling tukar informasi di bidang kuliner dapat meningkatkan efektivitas Diplomasi Makanan dalam mencapai tujuannya.

Dengan demikian, Diplomasi Makanan dapat menjadi alat yang ampuh untuk memperkuat hubungan bilateral antar negara, meningkatkan kesadaran dan simpati masyarakat terhadap korban bencana, serta mendorong kerjasama dan solidaritas dalam penanganan krisis.

Pada dasarnya Setiap Negara-Negara di dunia tentunya saling berinteraksi dan memiliki kepetingan nasional nya masing-masing yang ingin di raih. Untuk mencapai kepentingan nasional tersebut, pastinya sebuah Negara membutuhkan kekuatan atau sebuah power untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan menjalankan politik luar negerinya masing-masing.

Menurut Joseph Nye dalam bukunya yang berjudul "Public diplomacy and Soft Power" (2008), menjelaskan bahwa Soft Power merupakan "the ability to get what you want through attraction rather that through coercion or payments". Soft power dan juga Hard power yang di miliki negara sangat berperan penting dalam melakukan interaksi antar Negara, keduanya juga memiliki kekuatan yang sama-sama dapat mengubah perilaku Negara lain maupun publik internasional.

Keduanya memiliki perbedaan yang terletak pada cara kekuatan tersebut diterapkan serta darimana kekuatan tersebut berasal. Jika hard power kekuatannya berasal dari kekuatan militer serta ekonomi, lain halnya dengan soft power yang kekuatannya berasal dari kebudayaan, hubungan bilateral dan kemanusiaan dan nilai-nilai politik serta kebijakan luar negeri Negara tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun