Mohon tunggu...
sabiq rifatulloh
sabiq rifatulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tentang Segalanya Yang Semoga Bermakna

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Agama Menjadi Candu Bagi Masyarakat?

28 Mei 2024   17:28 Diperbarui: 28 Mei 2024   17:52 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernyataan 'Agama Candu Masyarakat' begitu melekat merujuk pada tokoh kiri Karl Marx, terlepas dari perdebatan apakah benar tidaknya Marx yang mengemukakan pendapat tersebut, saya tertarik untuk melihat realitas masyarakat agama yang saat ini benar-benar terjadi. Apakah benar agama telah menjadi candu bagi mereka atau bahkan kita?.

Dengan berat hati saya katakan, ya. Pernyataan atau tuduhan tersebut memang benar-benar terjadi pada sebagian masyarakat beragama. Terkhusus ketika sedang dalam kondisi keterpurukan. Mereka menjadi semakin agamis yang salah kaprah. Mereka tertimpa kemiskinan dan ketertindasan, lalu untuk menenangkan jiwanya, mereka berpegang teguh pada dalil-dalil agama yang terkait tentang kefanaan dunia. Kemiskinan yang menimpanya, mereka anggap sebagai kasih sayang Tuhan yang meringankan beban tanggungan hisab di akhirat kelak. Penindasan yang menimpanya, mereka serahkan sepenuhnya pada pengadilan Tuhan di akhirat kelak. 

Padahal agama juga memberikan perintah dan pedoman tentang pentingnya bekerja keras, tidak pantang menyerah, dan berjuang untuk melawan kedzholiman serta menegakkan keadilan. Namun, mereka baik disengaja ataupun tidak telah mengabaikan perintah dan pedoman agama tersebut. Mereka telah salah kaprah memilih menyerah dengan keadaan dan berlindung dibawah naungan agama dibandingkan dengan tetap berusaha dan berjuang bangkit dari keterperukan. Fenomena ini benar-benar terjadi ditengah-tengah kita.

Salah satu bentuk upaya meminimalisir persoalan ini adalah dengan bantuan peranan para tokoh agama. Dalam menyampaikan khutbah atau ceramahnya, para tokoh agama perlu memahami target audiensnya. Ketika audiensya merupakan masyarakat yang sedang dalam keterpurukan, maka yang seharusnya menjadi penekekanan bukanlah tentang keharusan bersabar, kefanaan dunia, dan kerelaan menerima takdir Tuhan. Tetapi harus ditekankan pada pentingnya bekerja keras, pantang menyerah dengan keadaan, keberanian melawan kedzaliman dan kesamaan urgensinya kehidupan dunia ini dengan kehidupan akhirat kelak. 

Berbanding terbalik di saat para audiensnya merupakan masyarakat yang mapan dan bercukupan, yang menjadi penekanan adalah mengenai kesementaraan kehidupan dunia dan pentingnya saling membantu antar sesama terutama yang dalam bentuk bantuan materil.

Namun perlu juga dilihat bahwa terdapat sebagian masyarakat beragama yang justru ketika sedang dalam keterpurukan, peran agama begitu sentral dalam kehidupannya. Mereka bersemangat berusaha bangkit dari keterpurukan dengan bantuan sokongan dalil-dalil agama progresif. Mereka mau dan berusaha memapankan kehidupannya. Kekayaan dan kekuasaan bukanlah sesuatu yang perlu dihindari. Justru ketika keduanya berada ditangan yang tepat, maka dampak kebaikannya akan jauh lebih besar tersebarkan.

Masyarakat beragama perlu memahami kondisinya masing-masing serta menempatkan dalil-dalil agama sesuai pada kondisnya tersebut secara ideal dan benar sebagaimana yang agama harapkan. Maka selanjutnya, agama bukan lagi menjadi obat dalam bentuk negatif yang meninabobokannya dalam keterpurukan, melainkan agama menjadi obat dalam bentuk positif yang mampu meningkatkan gairah dan semangat dalam memperbaiki kondisi yang sedang dialaminya.

Dengan begitu, sudahlah terjawab tuduhan 'Agama candu masyarakat'. Ya, jawabannya ada dua, yaitu tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Tidak sepenuhnya salah karena memang pada realitasnya agama memang telah menjadi candu bagi sebagian masyarakat beragama. Tidak sepenuhnya benar karena juga memang sebagian masyarakat justru dengan beragama, gairah dan semangat hidupnya semakin berkobar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun