Mohon tunggu...
Muhammad Sabiq Hilmi
Muhammad Sabiq Hilmi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri

Alumni Perguruan Islam Mathali'ul Falah Kajen-Pati Sekarang nyantri di Pondok Pesantren Mamba'ul Ulum Pakis Tayu

Selanjutnya

Tutup

Book

Kebahagiaan Ala Mark Manson

29 Maret 2024   20:16 Diperbarui: 29 Maret 2024   20:23 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebanyakan orang tentu menginginkan kehidupan yang bahagia. Tak jarang, banyak orang yang sampai melakukan apa saja supaya hidupnya bahagia. Lantas, apakah bahagia bisa kita dan cari? Dan bagaimana mendapatkan kebahagiaan itu?

Kebahagiaan menurut banyak orang diartikan sebagai suatu perasaan yang membuat diri kita senang. Dalam Buku Mark Manson yang berjudul The Subtle Art Of Not Giving AF*ck, kebahagiaan itu muncul setelah adanya sebuah penderitaan. Seseorang tidak bisa mengatakan dirinya bahagia kalau belum merasakan penderitaan. Bahkan ada salah seorang motivator juga yang mengatakan bahwa hidup adalah penderitaan yang diselingi kebahagiaan.

Asumsi dan keyakinan kita adalah bahwasanya kebahagiaan itu bersifat algoritmik, bisa diutak atik seperti contoh kalau saya dapat pacar maka saya akan bahagia, kalau saya bisa beli Iphone 14 maka saya akan bahagia.
Kebanyakan orang berfikir demikian dan itu pemikiran yang kurang benar. Karena ketika kita sudah mendapatkan kebahagiaan itu, maka kita juga menginginkan kebahagiaan yang lain. Kebahagiaan bukanlah suatu persamaan yang dapat dipecahkan. Dari sini, dapat kita simpulkan bawah kebahagiaan tidak dapat kita cari apalagi kita beli.


Lanjut menurut Mark Manson, kebahagiaan juga muncul karena telah berhasil menyelesaikan suatu masalah. Disini dapat kita mafhum apabila seseorang lari dari masalah, maka yang didapat bukanlah sebuah kebahagiaan melainkan penderitaan yang semakin besar karena dia harus berhadapan dengan ketakukan dan kecemasan karena lari dari masalah tersebut. Cobalah untuk belajar dan bersabar dalam menyelesaikan suatu masalah, karena dengan begitu kita akan terbiasa menghadapi masalah-masalah yang lebih besar.

Terakhir, saya mengutip dari bukunya yang mengatakan bahwa pada intinya, hidup hanyalah rentetan masalah yang tidak ada ujungnya. Jangan mengharapkan suatu kehidupan yang bebas dari masalah. Sebaliknya, berharaplah akan hidup yang penuh dengan masalah-masalah yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun