Mohon tunggu...
Sabinus Sahaka
Sabinus Sahaka Mohon Tunggu... Guru - Vivere est Cogitare, To think is to Live

Menulis... Merawat pikiran, mengasah logika, Mengungkap rasa dan fakta yang terpendam, Belajar kritis dan berkreasi, Membuka mata, tawarkan harapan, Menulis.... Meninggalkan jejak peradaban dalam guratan,

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY Gagal Menarik Presiden Dalam Pusaran Kemelut Demokrat Lewat Isu Kudeta

7 Februari 2021   13:32 Diperbarui: 7 Februari 2021   13:44 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Creator: M. RISYAL HIDAYAT | Credit: ANTARA FOTO 

.Para petinggi Partai Demokrat kompak satu suara dan konsisten dalam narasi yang dibangunnya sejak konferensi per sang ketua umum tanggal 1 Feberuari 2021, bahwa ada elemen kekuasaan yang ingin mengambil alih kekuasaan di internal partai Demokrat sebagaimana disampaikan oleh kader Demokrat, Andi Malarangeng dalam diskusi di acara Sapa Indonesia Malam di Kompas TV. 

Andi menjelaskan bahwa masalah internal partai tidak menjadi soal karena bisa diselesaikan secara internal kepartaian, ada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai untuk menyelesaikan persoalan internal kantanya. 

Andi melanjutkan, "Tetapi persoalannya adalah ada elemen kekuasaan yang mengintervensi dan mencoba mengambil alih kepemimpinan yang sah dari Partai demokrat secara paksa melalui kekuasaan dan uang. Makanya kita tanyakan kepada Pak Jokowi. Kalau surat kepada Pak Jokowi sangat sopan untuk bertanya, apa benar Pak Moeldoko itu mendapat restu untuk melakukan pengambilalihan kepemimpinan di Partai Demokrat".  

Jika dicermati pernyataan di atas, para kader secara terang-terangan mencoba menarik Presiden ke dalam persoalan yang muncul dari pertemuan para mantan kader  dengan Pak Moeldoko dibeberapa tempat sebagaimana diberitakan berbagai media masa.  

Seharusnya, Partai Demokrat menanyakan langsung kepada Pak Moeldoko. Karena dialah yang bertemu dengan para kader dan mantan kader. Tetapi dalam hal ini, mereka melompat bertanya ke Presiden. Ini menurut hemat saya ada lompatan cara berpikir dalam menyelesaikan persolan atau krisis yang terjadi di internal partai. 

Lebih tidak logis lagi kalau kemudian usaha ini oleh para kader disebut-sebut sebagai kudeta.  Padahal kudeta adalah pengambilalihan kekuasaan Negara yang sah dengan kekuatan militer dan secara paksa.(lihat KBBI) Sementara Partai Demokrat adalah sebuah partai dan bukan sebuah negara. 

Dari definisi ini saja kita bisa mengatakan bahwa tidak mungkin seorang Moeldoko mengadakan kudeta terhadap Partai Demokrat, sekalipun ia didukung oleh para mantan kader yang dijumpainya. Jadi sampai disini penggunaan istilah kudeta yang dipakai sangatlah tidak tepat.

Maka saya mengamini apa yang dikatakan mantan Kader partai demokrat, Ruhut Sitompul, bahwa Andi sedang berhalusinasi. Bagaimana mungkin seorang Moeldoko  mengambilalih kekuasaan di partai Demokrat? Karena dalam sebuah partai ada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang mengatur kapan sebuah KLB harus dilakukan. Mekanismenya akan sulit sekali dan ruwet buat seorang Moeldoko.

Sebagaimana biasanya isu politik, tidak akan seru kalau tidak ada sanggahan ataupun bantahan. Semakin sering digaungkan maka semakin sering pula respon untuk mengcounter isu tersebut. Kader-kader partai besutan Ibu Megawati Soekarno Putri, PDI Perjuangan, akhirnya juga buka suara karena nama kader terbaik mereka dalam hal ini Presiden Jokowidodo dibawa-bawa dalam kasus Kudeta Partai Demokrat. 

Dalam sebuah diskusi di TV One 5 Februari 2021, Deddy Y. Hanteru Sitorus menyebutkan bahwa isu  tersebut adalah klaim sepihak Demokrat. Menurut dia, Seharusnya Demokrat bertanya kepada Pak Moeldoko, bukan kepada Presiden yang tidak tahu menau persoalan tersebut.  

Deddy malah bertanya, "Apa keuntungan Presiden Jokowi mencampuri urusan internal Partai Demokrat? Beliau sudah periode kedua dan tidak mungkin mencalonkan diri lagi. Dia mempunyai dukungan super mayoritas di parlemen mencapai 80 persen. Dia mempunyai tanggung jawab kepada partai-partai politik yang sudah mengusung dia pada periode pertama dan kedua. Tidak mungkin ujuk-ujuk dia berusaha bagaimana mengambil Demokrat lalu menunjuk orang. Tidak mungkin hal itu terjadi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun