Mohon tunggu...
sabina anjani
sabina anjani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Idak Be

30 September 2015   13:27 Diperbarui: 30 September 2015   13:59 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di kota tempat tinggal saya, Palembang, ruang publik yang paling ramai dikunjungi adalah Kambang Iwak Family Park. Geliat aktivitas masyarakat sudah dimulai sejak pukul empat pagi. Para pedagang mulai menata barang dagangan mereka di lapak masing-masing. Berbagai macam hal dijual mulai dari makanan dan minuman, pakaian, hingga peralatan rumah tangga. Ketika matahari sudah mulai terbit, fasilitas jogging track akan dipenuhi berbagai macam orang dari berbagai usia, disisi lain taman terdapat sejumlah orang, yang kebanyakan lansia, sedang melakukan senam jantung sehat dan tak ketinggalan pula sarana playground yang juga dipenuhi anak-anak. Setelah melakukan aktivitas penyegaran tubuh selesai, lapak-lapak penjual yang berada di sekeliling taman akan penuh dengan orang-orang yang sedang sarapan pagi, tawar menawar harga, atau hanya sekedar melihat-lihat saja. Kemudian dari siang hingga sore menjelang, akan terlihat sekumpulan remaja dari berbagai macam komunitas.

Umumnya mereka memilih taman ini karena areanya yang dikelilingi pepohonan rindang dan terdapat bangku taman yang tersebar di beberapa tempat selain juga rerumputan yang dapat diduduki. Menariknya lagi di tengah taman terdapat danau buatan dengan ukuran yang cukup besar, terdapat sebuah jembatan yang menghubungkan satu sisi taman ke sisi lainnya. Pemandangan seperti ini dimanfaatkan oleh sebagian besar orang untuk mengabadikan gambar mereka. Pepohonan di taman tersebut juga diberi nama latin sebagai salah satu sarana untuk belajar tentang jenis flora dan manfaatnya. Tidak sampai disitu saja, malam harinya Kambang Iwak akan dipenuhi lampu warna-warni yang berasal dari kafe atau restoran yang berada di sekelilingnya. Banyak pasangan atau keluarga yang menghabiskan malam akhir mereka untuk makan malam atau hanya sekedar nongkrong.

Selain Kambang Iwak, sebenarnya Palembang juga memiliki ruang publik lainnya seperti Benteng Kuto Besak yang berada dekat dengan Jembatan Ampera, Kawah Tengkurep, Bukit Siguntang, Masjid Agung, Jakabaring Sport Center (terdapat taman yang sangat luas di daerah ini dengan danau buatan yang cukup besar di tengahnya) Hutan Wisata Punti Kayu, Pulau Kemaro, Taman Dharma Wanita di dekat Palembang Square Mall dan dalam beberapa tahun terakhir juga dibangun beberapa taman kota seperti Taman Simpang Polda yang terdapat di sisi jalan raya yang banyak dilewati kendaraan bermotor dan Taman Jeramba Karang yang berada di sekitar perkantoran pemerintah di jalan Merdeka.

Semua tempat tersebut digunakan oleh masyarakat Palembang sebagai wadah untuk saling bertemu dan berinteraksi satu sama lain. Tiga aktivitas bergulir dalam satu waktu di tempat yang disediakan oleh pemerintah ini, yakni sosial, ekonomi, dan edukasi. Melihat perkembangan ini rasanya pemerintah sudah cukup baik dalam memanfaatkan lahan untuk ruang bagi publik walaupun mungkin belum dalam luas yang seharusnya (saat ini tercatat luas wilayah kota Palembang adalah 40.000 hektar dan dengan 30% wilayah kota sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai dengan peraturan tata ruang maka setidaknya Palembang harus memiliki 12.000 hektar RTH.)

Sayangnya, perkembangan yang baik ini tidak diiringi dengan pengelolaan yang baik pula dari masyarakat. Saya jadi teringat dengan ungkapan dari bahasa Palembang, Jangan Idak Be. Ungkapan ini dikatakan ketika seseorang melakukan sebuah pekerjaan yang hanya sekenanya atau sekadarnya saja padahal dia bisa melakukan hal yang lebih untuk pekerjaan tersebut. Seperti itulah kira-kira yang terjadi pada ruang publik di kota ini. Masyarakat seolah enggan untuk mengurusi hal-hal terkait pengelolaan dan pemeliharaan yang lebih daripada sekadarnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kelangsungan dan kelestarian ruang publik.

Dalam pengelolaan fasilitas, misalnya saja kebutuhan akan toilet umum di ruang publik. Di Kambang Iwak, entah kenapa, tidak disediakan toilet umum. Jika ingin buang air, orang-orang harus pergi ke kafe atau restoran yang ada di sekitar sana, itu pun kalau tempatnya buka. Ada juga beberapa ruang publik di Palembang yang menyediakan toilet umum tapi kondisinya tidak cukup baik, kotor, atau tidak tersedianya air bersih. Kemudian masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan. Biasanya setelah kegiatan pagi berakhir di Kambang Iwak, masih ada sampah-sampah berserakan di beberapa tempat padahal sudah ada tempat sampah yang disediakan disana, para petugas kebersihan pun juga sudah dikerahkan.

Namun, tentu saja hal itu belum cukup jika masyarakat tidak ambil bagian dalam menjaga kebersihan. Masalah lainnya adalah vandalism. Saya sering menemukan dinding-dinding atau pot tanaman dipenuhi dengan coretan-coretan orang tidak bertanggungjawab dengan menggunakan pylox. Ini menyebabkan berkurangnya keindahan ruang publik tersebut. Padahal ruang publik bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi turis baik domestik ataupun luar negeri untuk mengenal lebih jauh kota yang dikunjunginya.

Maka dari itu untuk mewujudkan fasilitas ruang publik yang bermanfaat dan lestari ada baiknya masyarakat dan pemerintah saling bekerjasama dalam pengelolaannya, mengingat banyaknya fungsi yang diberikan oleh ruang publik bagi semua orang. Peningkatan kesadaran untuk menjaga lingkungan terlebih ruang publik sangat diperlukan karena secara tidak langsung kehidupan kita juga bergantung disana. Pengelolaan dan pemeliharaannya pun harus dilaksanakan dengan segenap hati, fikiran, dan tenaga agar ungkapan Jangan Idak Be tidak terdengar lagi di telinga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun