Mohon tunggu...
Sabilla Oktaviano Safitri
Sabilla Oktaviano Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43223010021 - Program Studi S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebatinan Mangkunegaran IV pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

21 November 2024   10:33 Diperbarui: 21 November 2024   10:34 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV, lahir pada awal abad ke-19, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Jawa yang membawa pembaruan besar bagi Kadipaten Mangkunegaran. Ia memimpin Kadipaten dari tahun 1853 hingga 1881 dan dikenal sebagai pemimpin yang visioner, berani mengambil langkah modernisasi, serta memadukan nilai tradisional Jawa dengan ide-ide kemajuan di bawah pengaruh kolonial Belanda.

                Mangkunegara IV memulai berbagai reformasi pemerintahan, termasuk menghapus sistem tanah apanage, yaitu tanah yang digunakan sebagai upah untuk pejabat pemerintahan. Sebagai gantinya, ia memberikan gaji tetap dalam bentuk uang tunai, yang lebih terukur dan profesional. Langkah ini menghadapi tantangan besar, terutama dari para pejabat yang terbiasa dengan sistem lama. Namun, keputusan ini menciptakan stabilitas administrasi dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pemerintahan Mangkunegaran.

                Dalam sektor ekonomi, Mangkunegara IV menjadi pelopor pembangunan industri gula, dengan mendirikan dua pabrik gula besar: Pabrik Gula Colomadu pada tahun 1861 dan Pabrik Gula Tasikmadu pada tahun 1871. Keberhasilan ini tidak hanya memberikan pemasukan besar bagi Kadipaten, tetapi juga mengangkat Mangkunegaran sebagai salah satu pusat ekonomi penting di Jawa. Ia juga mengembangkan perkebunan kopi, menjadikan kedua komoditas ini sebagai tulang punggung perekonomian wilayahnya. Pada masa kepemimpinannya, Kadipaten Mangkunegaran menikmati masa keemasan ekonomi.

                Di bidang seni dan budaya, Mangkunegara IV memberikan perhatian khusus pada pelestarian tradisi dan pengembangan sastra Jawa. Pura Mangkunegaran menjadi pusat aktivitas budaya, tempat berkembangnya seni tari, musik, dan sastra tradisional. Pendopo Mangkunegaran yang dibangun pada masa pemerintahannya adalah bukti nyata kontribusi Mangkunegara IV dalam menjaga dan mempromosikan kebudayaan Jawa. Ia juga terlibat dalam penyusunan karya sastra, menjadikannya pemimpin yang juga seorang intelektual.

                Mangkunegara IV tidak hanya dikenal sebagai seorang administrator yang ulung, tetapi juga sebagai pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya. Ia membangun infrastruktur penting, seperti bendungan untuk irigasi, fasilitas perumahan, dan kanal. Langkah ini menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Kadipaten Mangkunegaran. Ia wafat pada tahun 1881, meninggalkan warisan berharga berupa kemajuan ekonomi, budaya, dan sistem pemerintahan yang kuat.

                Mangkunegara IV memandang kebatinan sebagai inti dari kehidupan manusia, terutama dalam menjalankan kepemimpinan dan pemerintahan. Ia percaya bahwa pemimpin harus memiliki kesadaran batin yang kuat untuk menjaga keseimbangan antara kekuasaan, tanggung jawab, dan integritas. Kebatinan, dalam pandangan Mangkunegara IV, tidak hanya menyangkut hubungan spiritual individu dengan Tuhan, tetapi juga keterhubungan manusia dengan lingkungannya, termasuk rakyat yang dipimpin. 

                Dalam kehidupan sehari-hari, kebatinan Mangkunegara IV diwujudkan melalui sikap bijaksana dan pengendalian diri. Sebagai pemimpin, ia menunjukkan kedisiplinan yang tinggi dan kemampuan menahan diri dari godaan kekuasaan yang berlebihan. Prinsip ini diterapkan dalam pemerintahan dengan menghapus sistem apanage yang berpotensi menimbulkan korupsi dan menggantinya dengan sistem gaji tetap, menciptakan keadilan dan efisiensi di lingkungan kerja. 

                Kebatinan bagi Mangkunegara IV juga berperan sebagai sarana introspeksi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk rakyatnya. Ia sering mengingatkan pentingnya memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain. Hal ini terlihat dalam ajarannya yang mendorong setiap individu untuk selalu jujur, disiplin, dan bertanggung jawab. Dalam pandangan Mangkunegara IV, penguasaan diri merupakan langkah awal menuju kepemimpinan yang sejati. 

                Sebagai pelindung budaya Jawa, Mangkunegara IV mengaitkan kebatinan dengan keluhuran tradisi dan seni. Ia percaya bahwa seni dan budaya adalah refleksi dari kebatinan suatu masyarakat. Oleh karena itu, ia mendukung pengembangan seni tari, musik gamelan, dan sastra yang menjadi media untuk mengekspresikan nilai-nilai spiritual dan moralitas. Pendopo Pura Mangkunegaran menjadi simbol dari penguatan nilai-nilai kebatinan melalui seni. 

                Warisan kebatinan Mangkunegara IV tetap relevan hingga kini, terutama dalam menghadapi tantangan modern seperti korupsi dan ketimpangan sosial. Filosofinya menekankan pentingnya introspeksi dan integritas sebagai landasan pengambilan keputusan. Dengan memahami kebatinan ala Mangkunegara IV, pemimpin masa kini dapat belajar untuk tetap teguh pada prinsip moral dan memprioritaskan kepentingan rakyat. 

Nilai-nilai Kepemimpinan yang Diajarkan oleh Mangkunegara IV

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun