Mohon tunggu...
Sabillah
Sabillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif jurusan Ilmu Pemerintahan

...

Selanjutnya

Tutup

Palembang

Maraknya Fenomena Badut Anak di Bawah Umur Kota Palembang

11 April 2023   14:33 Diperbarui: 11 April 2023   14:36 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Palembang. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Ryan Zulqudsie

Dikota Palembang belakangan ini muncul fenomena yang cukup unik, yaitu maraknya badut anak di bawah umur yang bahkan anak-anak tersebut masih tergolong kanak-kanak yaitu dengan rentang usia 5 tahun ke atas.
Biasanya badut anak tersebut mengamen dan meminta uang dari orang orang yang melintas di jalan serta di tempat keramaian seperti taman, pasar dan semacamnya.

Hal tersebut menimbulkan pro dan kontra yang terjadi di masyarakat. Banyak Masyakarat yang sedih, kasihan dengan anak tersebut dan bahkan ada juga yang menilai bahwa mereka adalah anak yang di paksa orang tuanya untuk mengamen dan meminta-minta di jalanan  agar mendapatkan uang untuk keberlangsungan hidup keluarga tersebut.

Banyak kasus yang mendasari hal tersebut yang pertama ialah karena desakan keluarga dan paksaan orang tua terhadap anaknya untuk meminta dan mengamen di jalanan agar mendapatkan penghasilan demi keberlangsungan hidup mereka. Kedua, kasus ini di landaskan anak yang tidak punya siapa-siapa lalu ada yang oknum yang mengajaknya dan menyuruhnya untuk bekerja terhadapnya agar mereka bisa bertahan hidup di dunia yang kejam ini. Bahkan ada juga beberapa kasus oknum yang menculik anak lalu diperkerjakan untuk mengamen dan meminta minta di jalanan, ada juga anak anak yang berasal dari panti asuhan yang bisa dibilang tidak pantas atau tidak layak untuk keberadaan anak tersebut, dikarenakan kebutuhan yang meningkat dan banyaknya pengeluaran maka anak panti tersebut dipekerjakan dengan cara menjadi badut jalan untuk mengamen dan meminta minta di jalanan. 

Ketiga karena kemauan anak tersebut, biasanya hal ini terjadi pada anak anak yang tinggal di area kumuh seperti rumah susun pinggiran sungai dan semacamnya karena pola pikir mereka yang dipaksa dewasa sebelum waktunya mengharuskan mereka untuk mencari uang sendiri dan dengan pola pikir anak-anak yang belum dewasa, maka jalan keluar yang di ambilnya ialah dengan menjadi badut jalanan sebagai solusi dari permasalahannya.


Yang lebih mirisnya lagi ialah dampak yang akan dirasakan anak tersebut seperti terjadi kecelakaan atau tabrakan yang mengharuskan anak tersebut di rawat di rumah sakit, penculikan dengan kasus penjualan organ-organ tubuh, kekerasan seksual, kekrasan fisik, kekerasan emosional dan lainnya yang tentu sangat membahayakan anak-anak tersebut. Tidak hanya itu peranan orang tua juga harus lebih diperhatikan lagi mengingat dampak dan resiko yang akan diterima oleh anak mereka jika hal tersebut benar benar terjadi.

Hal tersebut sungguh sangat disayangkan jika terjadi kepada anak anak. Akan tetapi tidak dipungkiri lagi anak-anak tersebut memang berasal dari latar belakang keluarga yang tidak mampu. Anak-anak tersebut harus merasakan bahaya dan kerasnya dunia dengan usia dini yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar  dan bermain dengan teman-temannya. Faktor terbesar akan terjadinya fenomena badut anak tersebut ialah tak lain karena faktor kemiskinan.

Kemiskinan memang masih menjadi permasalahan serius yang terjadi di Indonesia terutama di kota Palembang, setiap tahunnya data kemiskinan tersebut tidak stabil bahkan ada pertambahan akan angka kemiskinan. Dalam hal ini yang dinilai gagal adalah pemerintah daerah karena di anggap gagal dalam menggunakan dan memanfaatkan dana angaran yang diberikan oleh  pemerintah pusat. Dana anggaran yang mencapai angka triliunan tersebut belum bisa untuk menuntaskan angka kemiskinan di kota palembang akan tetapi bisa digunakan untuk menaikkan gaji para pegawainya. Bukankan pemerintah bekerja untuk rakyat akan tetapi dalam hal ini mengapa oknum yang bekerja di pemerintahan yang semangkin makmur bukannya rakyat.

seharusnya pemerintah mendahulukan kepentingan rakyat dengan mencari solusi akan hal yang terjadi saat ini. Misalnya memberikan sekolah gratis kepada anak-anak tersebut, memberikan bantuan berupa dana untuk keberlangsungan hidup mereka, menfasilitasi rumah susun yang layak huni, memberikan pelatihan membuat produk untuk orang tua mereka agar tidak menyuru anaknya meminta uang dan mengamen, lebih baik mereka mencari uang dengan cara berjualan dari pada seperti itu, dan memberikan lapangan pekerjaan yang membebaskan batasan pendidikan dan umur untuk mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun