Mohon tunggu...
Sabilla Fauzi
Sabilla Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - 21 years old student.

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kisah yang Nggak Kalah Romantis dari Dilan-Milea

20 Januari 2020   13:18 Diperbarui: 20 Januari 2020   13:16 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu masih jadi anak asrama, aku inget disitu juga awal mula aku bisa denger nama Pidi Baiq yang akrab dipanggil Ayah itu. Nama beliau mulai kedengeran familier di telinga aku semenjak tau bukunya yang luar biasa terkenal yaitu Dilan. Buku ini sebenernya ada tiga seri, Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea. Tiga-tiganya sama-sama nyeritain tentang kisah mereka berdua dari awal jadian sampe akhir, bedanya kalo yang seri Milea itu kita bisa nyimak cerita mereka dari sudut pandang Dilan sendiri.

Sebenernya soal romantis emang relatif ya. Tapi untuk sebagian besar orang apalagi yang suka kisah romansa, cara Dilan untuk perlakuin Milea ini emang so sweet abis. Pernah salah satu anak di asrama ini aku pergokin lagi baca novel Dilan, dan dia senyum-senyum sendiri. Terima kasih kamu yang namanya kurahasiakan, setelah liat kamu, aku jadi keracunan baca buku Dilan. Nah yang jadi pertanyaan sekarang, adakah buku Pidi Baiq lainnya yang gak kalah romantis? Jawabannya, ada.

Novel Helen dan Sukanta sebelumnya pernah dibocorin pas 2017, waktu itu banyak penggemar yang ngikutin kisah mereka di blog pribadi Ayah. Beriringan sama postingan ayah yang berkali-kali ngaku di twitternya kalo beliau lagi nulis Helen dan Sukanta. Akhirnya sekarang udah terbit dan bisa kalian baca, kuy kuy.

Novel ini berawal dari pertemuan "aku" dengan seorang wanita bernama Helen, di salah satu restoran Belanda yang bernama Lachende Javaan (artinya: Jawa yang tersenyum). Mereka berbincang tentang kisah Nyonya Helen, wanita Belanda yang lahir dan tumbuh di Indonesia, tepatnya di Ciwidey, Bandung.

Perbincangan "aku" dengan Nyonya Helen di tahun 2000 itu ternyata ngalir ke obrolan yang lebih khidmat, akhirnya Nyonya Helen nyeritain masa remaja yang dilalui di Bandung, sampe kisah asmara yang pernah terjalin bersama dengan Sukanta sang cowok pribumi. Buku ini, sebenernya pengen nyampein bahwasannya semenjak mengucapkan selamat tinggal pada Indonesia, Nyonya Helen masih terus merasakan kenangan dan rasa rindu yang besar.

"Dia yang ada di dalam hatiku maka itu adalah keabadian. Meskipun dia pergi, kenangan tidak akan pernah benar-benar meninggalkan."

Di novel Dilan, Ayah masang latar tahun 90-an. Di novel yang ini, Ayah pasang latar yang lebih jadul lagi, dari kisaran tahun 1924 (lahirnya Nyonya Helen) sampe 1942 (pas Jepang dateng). Jadi, kalo dulu kita bisa nemuin banyak banget kutipan-kutipan romantis dari Dilan, disini kita bisa dapetin hal yang lebih romantis lagi dari sosok Sukanta alias Ukan.

Buku ini banyak ngasih gambaran Bandung tempoe doeloe, soalnya Ayah emang lumayan lama juga garap buku ini. Buat nyeritain sesuatu dengan detail dan tepat emang butuh banyak riset yang serius.

Tapi sebagai imbalannya, akhirnya kan kita bisa tau kemana biasanya Helen diajak jalan sama Ukan, dimana Helen sekolah, dan dimana Helen tinggal. Karena seperti remaja-remaja pada umumnya, Nyonya Helen dulu sekolah dan berteman dengan orang-orang pribumi, beribadah, jajan dan lain-lain. Pasti banyak tempat yang udah dikunjungi, mulai dari Alun-Alun Bandung, Braga, sampe tempat-tempat lainnya.

Hmm, buat yang penasaran sama gambaran Bandung pas dulu, terutama orang-orang Bandung sendiri, disaranin banget nih baca buku ini. Siapatau yang tadinya ngerasa Ciwidey dingin malah jadi ngerasa Ciwidey hangat gara-gara Ukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun