Seperti biasa, setelah membaca buku, baperin setiap karakter yang ada, pasti akhir dari semua itu adalah aku menyimpulkan pesan moralnya. Setidaknya pesan moral untuk aku sendiri. Tapi aku share manatau kalian yang baca ini juga butuh. Tapi sebelumnya, siapa itu Ancika Mehrunisa Rabu dan siapa Dilan?
Buat yang baca serial Ayah Pidi Baiq mungkin masih inget namanya, atau kalopun lupa yaudah aku ingetin. Ancika dan Dilan adalah dua karakter yang menyatu menjadi sepasang kekasih, setelah Dilan putus sama Milea.Â
Ancika emang sebenernya gak banyak dibahas sama Dilan, karena di dalem buku, dia fokus nyeritain kisah dia sama mantannya (Milea), katanya "Biar Cika sendiri yang akan menceritakan tentang dirinya bagaimana aku kemudian berpacaran dengannya. Mudah-mudahan, Pidi Baiq bisa merayunya untuk dia cerita dan kemudian dibuat jadi novel sebagaimana yang dilakukan oleh Milea Adnan Hussein."
Mari kita berdoa supaya Cerita Ancika Mehrunisa Rabu bisa segera kita nikmati. Ayah sempet ngasih semacam teaser buat pengikut-pengikutnya di Instagram, yaitu postingan berupa cover dari buku yang berjudul: Dilan yang bersamaku.
Nah sambil nunggu buku Ancika beneran ada di tangan, rasanya aku lebih baik ngerangkum dulu apa aja hal-hal baik yang bisa aku tiru dari Ancika.
Berpikir positif. First thing first, berpikir positif adalah koentji karena segala hal yang kita lakukan itu bersumber dari pemikiran kita. Ancika, meskipun dia tau gimana cerita Dilan dan Milea waktu dulu, dia tetep menghargai apa yang terjadi di masa lalu Dilan berikut dengan privasinya.
Soalnya, semakin kita nodain pikiran-pikiran kita dengan hal jelek maka hal itu beneran bakal jadi pengaruh jelek ke kita. Kaya kata Cika, "Masalah adalah apa yang kau anggap masalah. Jika tidak, maka bukan."
Mencari tempat untuk berbagi. Ini terlepas dari konteks Ancika sebenernya. Tapi aku ngerasa ini perlu dan mungkin Ancika melakukan hal ini juga. Â Ngebagi isi hati dan kepala kita ke orang yang kita percaya.Â
Meskipun pada akhirnya yang ambil keputusan dan bertindak adalah kita sendiri, tapi kita butuh advice untuk mikir enaknya gimana, atau sekedar meluapkan emosi yang ada di dalam diri kita.
Mengambil pembelajaran. Ada pertemuan pasti ada perpisahan dan ketika sudah berpisah maka itu adalah jalannya. Jangan berusaha menggali terus menerus kisah yang udah berlalu, karena masa lalu cuma bisa kita kenang dan gak bisa diapa-apain, tinggal gimana kita menyikapi kenangan itu. Mau stuck, atau mau ambil bagian baiknya aja?
Tidak menyalahkan diri sendiri. Seperti yang disebutkan oleh Ancika bahwa menjadi diri sendiri saat ini adalah hal yang lebih penting daripada memikirkan masa lalu. Karena memang, segala yang telah terjadi, itu bukan salah siapa-siapa. Memang harus begitu. Everything happen for reason tho?